Jajan

2.5K 316 18
                                    

"Kalian mau jajan gak?" tanya Ten ketika mereka melewati sebuah toko mainan di dalam mall tempatnya mengajak kedua cucu kembarnya itu berjalan-jalan sembari menunggu Johnny selesai meeting.

"Tidak usah oma." tolak Jisung halus menanggapi pertanyaan dari pria yang lebih tua. Raut wajahnya terlihat serius dengan kalimatnya.

"Kenapa?"

"Mahal." jawab Chenle sambil lalu, tidak menyadari kerutan di kening sang Oma dan terus berjalan melewati toko yang menjual mainan.

"Eh, tau dari mana?" tanya Ten heran, tidak menyangka jawaban yang keluar dari bibir salah satu cucunya itu justru membicarakan masalah harga, yang tentu saja tidak akan dipermasalahkan oleh Johnny, selama kedua cucunya menyukainya. Terutama karena Johnny maupun Ten mengetahui bahwa Jisung dan Chenle selalu menjaga barang-barang mereka dengan baik. Mainan pemberian dari mereka maupun dari pasangan Jung juga masih tersimpan rapi meskipun sudah beberapa tahun mereka miliki.

"Nolnya banyak." Jawab Jisung, seakan-akan itu menjelaskan semua hal yang perlu diketahui Ten. Membuat Ten cukup kagum dengan cara Haechan mendidik kedua putranya. Meskipun Ten tahu penghasilan Mark dan juga Haechan lebih dari cukup untuk membelikan si kembar apapun yang mereka inginkan, nyatanya kedua cucunya itu justru tidak tertarik pada benda mahal dan justru menolak pemberian dari Ten yang membebaskan mereka memilih apapun.

"Atau mau beli sepatu aja? Tas?" tawar Ten lagi, belum menyerah ingin membelikan Jisung maupun Chenle barang sesuai keinginan mereka. Terutama karena seingat Ten, kedua cucunya sempat membahas mengenai keinginan mereka untuk memiliki tas baru.

"Tidak usah, sepatu Lele masih bagus Omaaa" tolak Chenle lebih lanjut, memamerkan senyum lebarnya untuk meyakinkan yang lebih tua bahwa mereka benar-benar tidak perlu dibelikan barang apapun.

"Tas Jisung juga." anggukan mantap Jisung mengiyakan kalimat Chenle, menolak tawaran dari sang nenek.

"Duit Opa banyak kok, Jisung sama Chenle gak perlu khawatir kalau memang mau beli." bujuk Ten lagi, masih merayu kedua cucunya untuk membeli sesuatu. Pergi bersama kedua orang tua dari sang mama, si kembar benar-benar menuruti kalimat Haechan dengan tidak merepotkan Ten maupun Johnny. Dari masalah makanan yang mereka biasanya pemilih, jam tidur yang tepat waktu, si kembar juga tidak bergeming ketika ditawari boleh membeli apapun oleh Ten. Baik Ten maupun Johnny sama sekali tidak kesulitan mengurus si kembar dalam hal makanan maupun tidak perlu mengatur jam tidurnya karena mereka akan pergi tidur sendiri tanpa disuruh.

"Lele tau. Tapi tidak usah Oma, sepatu Lele dan Icung masih bagus, masih bisa dipakai." tolaknya lagi, bahkan keduanya tidak memperlihatkan antusias yang berlebih kepada benda-benda mahal yang ditunjukkan Ten. Dan justru lebih terlihat berbinar ketika diajak Ten untuk membeli makanan. Keduanya persis seperti Haechan, tidak bisa diganggu gugat ketika sudah berhadapan dengan makanan.

"Le, belikan Mama aja." ujar Jisung, mengingatkan saudara kembarnya mengenai janji mereka yang akan membawakan sang mama oleh-oleh. Yang lebih tua menjentikkan jarinya, memuji ingatan Jisung yang cukup bagus karena hampir saja keduanya lupa untuk membelikan mama mereka sesuatu.

"Mau beli apa buat Mama?"

"Tidak tahu." balasnya sambil mengedikkan bahu, sama tidak memiliki ide ingin memberikan apa untuk orang tua mereka. Jisung lalu mengalihkan perhatiannya kepada Ten yang diam-diam memperhatikan interaksi si kembar.

"Oma, sebaiknya belikan mama apa ya?"

"Mama saja?"

"Oh iya, papa juga." balas Chenle, terkekeh pada kenyataan mereka melupakan eksistensi sang ayah dan hanya mengingat Haechan untuk dibawakannya sesuatu.

"Memangnya mama kalian sukanya apa?" tanya Ten, bertanya ingin tahu kepada si kembar. Meski tahu pasti Haechan tidak akan menolak apapun pemberian dari orang tuanya, maupun dari sang anak, Ten ingin mengetahui sejauh mana inisiatif si kembar dalam memilih.

"Jadi beli apa Chit?" tanya Johnny begitu bertemu dengan suami dan kedua bocah kesayangannya. Matanya memindai dari atas hingga ke bawah, sedikit bingung karena tidak melihat barang belanjaan apapun di sekitar para kesayangannya. Padahal sudah hampir dua jam Ten dan kedua cucu kembarnya itu meninggalkannya untuk pergi terlebih dahulu, tetapi ternyata mereka tidak terlihat membeli apapun.

"Tuh si kembar masih bingung mau beliin apa buat Haechan."

"Loh, gak beli apa-apa buat Chenle sama Jisung?" tanya Johnny, perhatiannya beralih ke arah dua sosok yang berukuran separuh dari dirinya itu.

"Tidak Opa, beli buat Mama saja." jawab Jisung cepat. Toh dirinya tidak sedang menginginkan apa-apa untuk dibeli.

"Sama Papa." sahut Chenle cepat, mengingatkan saudara kembarnya akan eksistensi ayah mereka, yang pasti akan cemberut seharian jika mereka hanya memberikan oleh-oleh untuk sang mama.

"Oh." jawab Johnny singkat, melirik suaminya yang terkikik geli melihat interaksi mereka. "Beli apa buat anak-anak?" tanya Johnny lagi.

"Coba tanya ke mereka." jawab Ten, mengedikkan dagunya ke arah dua bocah yang menatap mereka dengan mata bersinar.

"Apa ya? Lele bingung mau beli apa buat mama." balasnya, kerutan terlihat di wajah mungilnya. Jangan lupakan kerucutan di bibirnya.

"Beli apa Le, Sung?" tanya Johnny sekali lagi ketika wajah cucunya itu berubah sumringah, tersenyum dengan lebar, terlihat jelas sudah mempunyai ide akan membeli apa.

"Coklat. Permen. Sangat banyak. Buat mama sama papa." balas Chenle antusias, mata bulatnya berbinar seakan-akan sudah mengetahui jika sang mama akan menyukai pemberiannya.

"Enggak beliin tas atau sepatu aja?" tanya Ten, mencoba menggodai keputusan sang cucu.

"Tidak ah, kalau beli tas atau sepatu nanti Lele sama Icung tidak bisa minta. Ya kan Cung?" siku tangan Chenle menjawil saudara kembarnya sambil terkikik, membayangkan coklat yang akan didapatnya meskipun sebenarnya dan seharusnya makanan itu diperuntukkan Haechan dan Mark. Yang lebih muda, seperti biasa mengangguk-anggukkan kepalanya, menyetujui keputusan saudara kembarnya.

"Ya Tuhan." keluh Johnny, mendengar alasan konyol sang cucu memberikan makanan sebagai oleh-oleh untuk orang tua mereka, lalu membiarkan keduanya berlari memilih apapun dan Ten yang mengejar kedua cucunya itu.

***

Kangen gak kangen gak? hehehe

Aku punya banyak prompt buat di-up, semoga bisa tiap hari sampai ultah Mark :)

Johnny oh Johnny! Where stories live. Discover now