Part 23

9.8K 581 6
                                    

AUTHOR'S POV

[//////]

Sisi menautkan jari-jarinya dengan jari-jari Digo. Inikah yang dinamakan cinta? Kata-kata itu terus menerus terngiang di kepala Digo maupun Sisi.

"Aku sayang kamu. Gatau kenapa," ucap Digo. Sisi menatap wajah vampire imut itu. "Aku juga. Padahal dulu aku benciiiii banget sama kamu."

"Kamu benci aku?" Digo kaget. "Iya. Gara-gara kamu sama Tristan pernah ngerencanain rencana jelek buat ngambil darah Nayla."

"Itu kan dulu. Sekarang aku sayanh kamu, kok," lanjut Sisi. Ia mencubit pipi Digo. "Aku anter kamu balik, ya."

"Gausah. Aku pulang sendiri aja," ucap Sisi. "Besok sekolah, aku gamau kamu kenapa-napa," balas Digo. Sisi tersenyum manis.

Digo merangkul bahu Sisi, sementara Sisi melingkarkan tangannya di pinggang Digo. Mereka berjalan ke rumah Sisi dan Nayla dengan senang.

[//////]

Nayla tengah berfikir keras. Apa perasaannya sekarang terhadap Tristan? Cinta? Sayang? Menurut Nayla, cinta dan sayang itu sama saja.

Belum tentu dibalas.

"Nay? Mikirin apa?" Tristan melambaikan tangannya di depan wajah Nayla, berharap ia bangun dari lamunannya.

"Eh? Ga.. Gapapa, kok," ucap Nayla. Suaranta bergetar, antara kaget dan takut jikalau Tristan dapat membaca fikirannya.

"Cerita aja, gapapa." Nayla menggeleng, "Ga perlu diceritain, kok. Bukan masalah apa-apa. Dan urusan pribadi juga."

Tristan mengangguk mengerti. Mengerti Nayla tidak mau memberitahu apa yang ia pikirkan karena itu menyangkut mereka.

"Kayaknya Sisi udah pulang," gumam Nayla saat mendengar ketukan pintu di depan. "Mau ke depan? Sekalian pulang?" tawar Nayla.

Tristan mengangguk, "Boleh. Makasih, Nay."

Nayla dan Tristan berjalan beriringan ke pintu depan. Di sana tampaklah wajah senang Sisi dan Digo. Tangan mereka bertautan.

Pandangan Nayla tertuju pada Sisi, sama sekali menghiraukan gandengan tangan dua insan yang sedang jatuh cinta itu.

"Balik duluan, ya, Nay, Si," pamit Digo. "Duluan ya, makasih buat hari ini," lanjut Tristan. "Sama-sama dan hati-hati di jalan!" seru Sisi.

Nayla dan Sisi masuk, lalu mengunci pintu.

"Loh, emang Mama udah pulang?" ucap Nayla bingung. "Belom. Bunda tadi gajadi ngintilin kita gara-gara mau nostalgia sama temennya, dia juga nginep."

Nayla ber-oh ria. Sisi beranjak dari sofa yang mereka duduki. "Mau kemana?" tanya Nayla. "Mandi, mau ikut?"

"Idih, ogah banget." Nayla menolak. "Ikut ke kamar, Nay. Bukan ikut mandi," ucap Sisi sambil menggelengkan kepalanya.

"Yeee. Kalo itumah udah pasti ikut. Yuk yuk," ucap Nayla sambil merangkul lengan Sisi.

Ya, kadang, Nayla bisa sangaaat manja. Kadang juga bisa dingin, seolah dia sedang marah besar pada Sisi.

>>> Check the Author's Note Below!

1. Cerita ini tamat bentar lagi, tenang, Happy Ending, kok.

2. Abis cerita ini tamat, mau bikin cerita baru (semoga banyak yang baca), tentang Ali Prilly. Baru kepikiran tokoh sih, jadi yang mau ngasih saran bisa Message (via wattpad) aku.

That is All The Author's Note! <<<

Btw, partnya cukup panjang, gak? Kalo menurut kalian kurang panjang, biar aku panjangin. Hehehe. Comment, ya!

Different Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang