08. Memberikan Gelang

Start from the beginning
                                    

"Kata siapa?" tanya Vegas memakaikan gelang itu ketangan Albiu, "ini hanya gelang 2000 doang, jadi terimahlah, jika kamu tidak mau kamu bisa membuangnya!"

"Lagian saya tidak ada keniatan buat beliin kamu gelang, saya pikir itu cantik saja makanya saya beli," lanjut Vegas tersenyum indah kepada Albiu.

"Iya pak iya, gue bakal ambil ini gelang, jarang juga gue pake gelang murahan."

Padahal yang albiu pake itu harganya bisa setara dengan motor baru, berkisar 25 jutaan.

-

Keduana kini tiduran diatas kasur, Vegas menoleh menatap wajah Albiu dari samping. Perasaan takut mulai melandainya sekarang, karena ia tau bagaimana buruknya Albiu saat tertidur.

"Biu!"

"Hm?" lirih Albiu pelan dengan mata terpejam. Namun matanya membuka dengan terkejut ketika tangan kekar kini melingkar diperutnya, "lo ngapain?"

"Mengunci tubuh kamu," kata Vegas dengan mata terpejam, "jika kamu tidak suka, maka bayangkan saja jika saya ini bapak kamu."

"Tidak bisalah, lo terlalu besar dengan ukuran bokap gue."

"Ukuran?"

"Ukuran tingginya," jelas Albiu.

"Kenapa emang, cowo tinggikan idaman semua pasangan," kata Vegas membuat Albiu memutar bola matanya malas.

"Nih ya Pak, memang cowok tinggi itu bagus tapi kalau terlalu tinggi juga ga bagus," jelas Albiu mengetahui jika ukuran tinggi Vegas lumayan tinggi.

Bayangkan saja, tubuh albiu berkisar 168 cm dan vegas 190 lebih. Seberapa unyilnya dia kalau disamping Vegas.

Yah memang Albiu memiliki tubuh paling mini diantara murid lainya, makanya selain membenci, dia juga banyak yang suka. Terutama para cowok-cowok.

"Baguslah," jelas Vegas membuka mata, menatap Albiu yang kini dekat denganya, "biar kalau kamu mau nampar saya, kamu harus cari tangga dulu."

"Gue ga sekecil itu bangsat," grutu Albiu kesal.

"Iya, sudah besok kan sekolah mending kamu tidur," jelas Vegas lembut, "atau mau dinyanyiin lagu lengser wengi?"

"Mata lo lengser wengi."

"Udah yah tidur!" suruh Vegas membuat Albiu hanya pasrah saja.

-

Keesok harinya, seperti biasa Vegas selalu menyiapkan sarapan untuknya dan Albiu.

Untung saja semalam dia bisa tidur nyenyak. Karena, Albiu sangat alim tidur pas malam mungkin karena Vegas peluk?

"Masak apa Pak?" tanya Albiu yang kini disamping Vegas, membuat Vegas melirik sejenak kearanya.

"Nasih goreng, kamu suka?" tanya Vegas, membuat Albiu melirik kearah wajan itu.

"Lebih suka kalau pedas Pak."

"Yaudah ambil sambal dilaci atas!"

"Siap," Albiu langsung bergegas mencari apa yang Vegas maksud.

"Pak laci atas yang mana?" tanya Albiu melihat beberapa laci diatasnya.

"Dua," jawab Vegas membuat Albiu langsung mengangguk saja.

"Kursi tidak ada ya Pak?" tanya Albiu ketika ia menyadari, dirinya tidak sampai untuk meraih laci dua jika tidak dengan bantuan kursi.

"Sayakan suruh kamu ambil sambal bukan kursi," kata Vegas masih fokus.

"Ya lacinya jauh, ga bisa liat kedalamnya pa."

Vegas memghela nafas, menatap Albiu yang kini sedang loncat-loncat berusaha membuka laci itu.

"Bisa tidak?" tanya Vegas. Albiu menoleh lalu tersenyum indah sambil mengelengkan kepalanya dengan pelan.

"Bilang kalau tidak bisa," jelas Vegas menghampiri Albiu.

Vegas memegang pundak Albiu, memutarkan tubuh itu untuk menghadap kelaci yang ada diatas. Ia berjongkok, memegang ketek Albiu lalu mengangkat tubuh itu keatas.

"Lah ngapain Pak?" tanya Albiu ketika ia sudah diangkat oleh Vegas.

"Cepat ambil!" suruh Vegas membuat Albiu hanya menghela nafas saja. Kemudian bocah itu langsung mengambil sambal itu.

"Sudah?" tanya Vegas masih setia mengangkat tubuh Albiu dengan lembut, Albiu menghela nafas lalu berdehem untuk membalas perkataan Vegas.

Setelahnya Vegas menurunkan bocah itu dengan pelan, "berat banget kamu."

"Dih siapa juga yang mau diangkat sama lo," kata Albiu nyolot sambil melihat Vegas dari atas sampai bawah, "btw punggung aman?"

"Lo kan udah tua pak, gue ga mau bertanggung jawan kalau lo sampe mat-" Vegas menyela perkataan Albiu dengan bekepan yang ia lakukan.

"Bocah jangan asal ngomong."

"Ya ga usah bekep gue bego," grutu Albiu menghempaskan tangan Vegas kesamping, "pak nanti antar saya beli mobil ya."

"Kan ada mobil saya, kenapa beli?"

"Anu loh pak, besok pacar gue ulang tahun jadi gue mau kadoin dia mobil gitu," jelas Albiu dengan tubuh malu-malu kucingnya. Tubuh dia mengoyang kekanan dan kekiri sambil tangan yang bertautan (ngerti ga sih, intinya gitu wey).

"Masih pacaran kok berani ngado mobil, ga sekalian kamu beliin rumah saja sana!" ujar Vegas membuat Albiu menatap Vegas dengan ronaan diwajahnya, "kenapa sama wajahmu?"

"Bener juga kata lo, apa gue beli rumah aja buat dia."

"Ck serah, saya tidak mau ngantar besok," jelas Vegas langsung berjalan untuk menghampiri kompor itu.

"Lah pak plis," kata Albiu mengikuti langka Vegas lalu memegang tangan kirinya dengan pelan.

"No!"

"Pak."

"Saya tidak suka!"

"Hah?" kata Albiu kaget lalu melepaskan tangan Vegas perlahan.

"Saya tidak suka dengan ide kamu membelikan dia mobil," jelas Vegas menatap Albiu yang kini mengerutkan keningnya dengan heran.

"Kenapa?" tanya Albiu heran, "lo cemburu karena gue mau beliin sesuatu buat pacar gue?"

"Bukanya wajar jika saya cemburu?" jeda Vegas menatap wajah Albiu yang sedang kaget, "saya suami kamu, saya berhak cemburu."

"Pak, ayolah kitakan main suami-suamian pak bukan beneran,"jelas Albiu cengegesan namun ia berhenti cengegesan ketika ia melihat wajah Vegas tampak serius.

"Ck, yaudah besok saya antar!"

"Nah gitu dong," kata Albiu labgsung senang lalu ia berlari dimeja makan.

Bersambung....

Yang nyangka dipart ini bakal ena ena maaf ya buat kalian kecewa wkwkwkwk.

Vegas tim greenflag!

maaf banget ya kalau telat telat nanti. Sekarang aku udh mulai kerja lagi dan aku juga harus ngonten youtube, fizzo sama wattpad. melelahkan buat otak.

My Husband Is Police END [Segera Terbit]Where stories live. Discover now