Chapter 15: In de Gloria

Zacznij od początku
                                    

"Kak Dimas, aku tak tahu harus berkata apalagi. Di sini aku benar-benar tak mengenal dirimu. Lalu untuk Yudha, inikah yang ingin kamu perlihatkan padaku? Kenyataan bahwa kamu tak dapat memanipulasi keadaan yang sebenarnya. Kalian jahat, benar-benar jahat!" Anna berteriak dengan keras di hadapan mereka sembari meluapkan tangisannya, meskipun tak ada satupun dari mereka yang menyadari keberadaan Anna.

 Kalian jahat, benar-benar jahat!" Anna berteriak dengan keras di hadapan mereka sembari meluapkan tangisannya, meskipun tak ada satupun dari mereka yang menyadari keberadaan Anna

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

Beberapa menit Anna larut dalam pikirannya sendiri, tiba-tiba keadaan berubah kembali. Benar-benar cepat hingga membuat Anna bingung. Belum sempat ia meluapkan emosi dan kekesalannya, kini ia dihadapkan dengan pemandangan yang sepertinya sedikit membuat hatinya tenang.

Saat ini Anna kembali berada di dalam rumah, dan hal pertama yang ia tangkap dengan indera penglihatannya adalah sosok Isakh yang sudah berdiri di hadapannya.

Isakh tersenyum sangat manis pada Anna.

"Aku merindukanmu, Jeff. Aku ingin memelukmu." Anna hanya bisa membatin, melihat sosok Isakh yang tengah tersenyum semanis itu pada Anna membuat perasaan Anna berkecamuk. Jujur, saat ini Anna ingin sekali menumpahkan semua rasa sakitnya pada Jayden.

"J-jeff? Ah, maksudku Isakh? Kau bisa melihatku?" Anna berujar pelan, tak yakin apakah Isakh memang benar-benar bisa melihatnya saat ini atau tidak.

"Mala, besok adalah hari ulang tahunku. Apa kau mau merayakannya bersamaku?" Suara lembut yang terucap dari bibir Isakh membuat pertahanan Anna seketika runtuh. Anna menangis, lalu ia mengikuti gerakan Isakh yang ternyata berjalan melewatinya.

Begitu Anna membalikkan tubuhnya, ada sosok Mala yang tengah mengangguk, sebagai balasan atas pertanyaan Isakh.

"Kau mau hadiah apa dariku, Isakh? Mau ku buatkan roti ulang tahun? Atau mungkin kau ingin makan sesuatu? Aku akan membuatkannya untukmu."

Isakh menggeleng lalu menggenggam kedua tangan Mala dengan erat. "Aku hanya ingin menghabiskan waktu denganmu besok. Apakah bisa?"

Mala tersenyum lebar. "Tentu, aku bisa meluangkan waktu untukmu."

Airmata Anna jatuh bertubi-tubi membasahi kedua pipinya, ia ikut merasakan perasaan cinta yang begitu besar terpancar dari Isakh meskipun ia tidak hidup di zaman itu.

Tiba-tiba saja ia merasa iri pada dirinya sendiri yang hidup ketika itu.

Anna iri karena Isakh masih berwujud manusia ketika bertemu Mala.

Anna iri karena Mala bisa menyentuh Isakh secara langsung.

Anna iri karena Mala bisa mendengar detak jantung Isakh.

Anna iri karena Mala dicintai sebesar itu oleh Isakh.

Ingin rasanya ia memohon untuk menghadirkan sosok Isakh dalam wujud manusia di zamannya. Namun ia tahu semua itu mustahil. Jayden yang menemaninya di zamannya hidup sudah bukan manusia lagi. Jayden yang selalu membersamainya tak akan pernah hidup lagi. Jayden yang selalu melindunginya tak akan bisa hidup bersamanya selamanya.

Anna jatuh terduduk sembari menangis dengan kencang. Hatinya terasa sakit, benar-benar sakit hingga ia merasa ingin mati saja agar bisa satu dunia bersama Jayden.

"Jeff, aku tidak kuat. Aku tidak kuat jika harus melihat kejadian yang membuatmu terbunuh. Tolong, bawa aku kembali ke masa depan. Aku sudah tidak kuat lagi!"

Seakan semesta sedang tak berpihak pada Anna, lagi-lagi kejadian kembali berubah dalam sekejap mata.

Tiba-tiba saja keadaan rumah menjadi ramai. Semua orang berkumpul di ruang keluarga dengan raut wajah yang bahagia, termasuk Arka, Wiryan, Hatta dan Bima yang berpura-pura ikut terlihat bahagia.

Ibu Isakh membawakan kue ulang tahun dengan lilin bertuliskan angka 18 di atasnya. Tanda jika ketika itu Isakh sudah berumur 18 tahun.

Raut wajah Isakh terlihat sangat bahagia, lalu ayah dan ibunya mulai menyanyikan lagu ulang tahun dengan bahasa Belanda, sedangkan Mala dan yang lainnya hanya mengikuti saja.

Lang zal hij/ze leven,
Lang zal hij/ze leven,
Lang zal hij/ze leven,

In de gloria,
In de gloria,
In de gloria,

Hip, hip, hip, hoera!
Hip, hip, hip, hoera!
Hip, hip, hip, hoera!

Isakh langsung berdoa dan meniup lilinnya, lalu tepuk tangan meriah pun menggema dalam ruangan.

Anna yang melihat suasana bahagia itu turut bertepuk tangan sembari terus meneteskan airmatanya. Setidaknya ia merasa menjadi manusia beruntung yang bahkan bisa mengetahui dan melihat kehidupannya di masa lalu, meskipun kehidupan lalunya harus berakhir mengenaskan.

"Selamat ulang tahun, Isakh." Ujar Anna pelan.

Anna terus melihat satu per satu dari mereka yang bergantian mengucapkan selamat ulang tahun pada Isakh, meskipun Anna tahu keempat laki-laki itu tak ada satupun yang tulus ketika mengucapkannya.

Anna terus saja memerhatikan ekspresi para lelaki yang dikenalnya itu ketika Mala tengah mengucapkan selamat ulang tahun sembari memberikan sebuah kotak kecil sebagai hadiah untuk Isakh.

"Terimalah hadiahku yang sederhana ini. Hanya ini yang bisa kuberikan untukmu."

Isakh tersenyum sembari menerima hadiah dari Mala. Dengan terang-terangan ia langsung membuka hadiah tersebut di hadapan yang lain, mengundang rasa penasaran bagi yang melihatnya, termasuk Anna.

"Wah, liontinnya cantik sekali! Ini benar untukku? Apa aku pantas memakai ini?" Isakh mengambil liontin giok yang berwarna hijau gelap itu dan segera memakainya di leher.

Mala mengangguk, namun keempat pria yang masih ada di sana tak ada satupun yang memberikan respons.

Wiryan terlihat diam-diam mengepalkan tangannya, hanya melihat kalung yang dipakai Isakh saja membuat amarahnya memuncak.

Anna mengernyit, ia seperti merasa tak asing dengan kalung yang kini sudah bertengger dengan manis di leher Isakh. Persis seperti yang pernah ia lihat di leher Dimas, kakak kelasnya.

"Mustahil! Bagaimana bisa!? Aku tak sengaja pernah melihat kalung itu ketika kak Dimas sedang bermain piano di ruang musik. Bagaimana bisa kalung itu ada padanya di masa depan? Apa pembunuh yang sebenarnya adalah kak Dimas?"

🍂

JAYDEN, 18:23Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz