THE FOG

64 14 6
                                    

Langit kelabu hari itu bermotif polkadot kalau-kalau digambarkan. Kapas putih yang rapat beterbangan di atmosfer, sesekali bercelah di beberapa tempat dan sinar keemasan terik itu menyorot masuk. Sedangkan sekelompok hypersensonik (sejenis mobil terbang milik militer uni eropa) mengarungi gurun pasir Namibia Afrika hingga mendadak berhenti di pesisir. Angin badai menerjang 195 kilometer per jam. Sesekali mereka tersantuk-santuk oleh pasir yang terbang oleh angin esktrem. Satu dekade belakangan ini iklim sudah tidak terbendung lagi, kadang mengamuk hingga suhu global mencapai sepuluh derajat, atau paling parah naik ke suhu empat puluh derajat, dan aspal jalan yang digunakan kelompok paling bawah kadang ditemukan mencair. Bahan pangan sepenuhnya hasil rekayasa teknologi, air minum hasil penyulingan, atau paling autentiknya yakni fakta buatan dari unsur hidrogen sebelum direaksikan senyawa organik sintesis lainnya.

"Sial, apa-apaan disana?" suara terdengar dari layar hologram diatas dashboard yang menampilkan raut pucat pasi pria baya di balik kemudi Hypersensonik lain. Gadis itu membalas dengan tautan alis sebelum menyipitkan mata menyorot pemandangan diluar kaca jendela. Terbelalak tak percaya dengan apa yang dilihatnya menutupi seluruh permukaan laut atlantik hingga sudah tak tampak lagi rona biru raksasanya.

"...Kabut." Gumamnya yang cukup bisa ditangkap pendengaran kru lainnya.

"Ya, tepatnya mengapa, Kalee?" Tanya kru lainnya dari hypersensonik yang satu lagi. Gadis itu menarik lengan jas putihnya hingga siku dan melipat di depan dada. Ia adalah perwakilan tim peneliti bidang sains komputer setelah isu afrika bagian bawah sudah hilang dari radar. Mau tak mau ia turun tangan sebab IP Adress satu negara hilang total sedang militer memiliki maksud lain tersendiri, menjaga teritori agar Afrika tidak keluar dari PBB dan bagian Uni Eropa. Kalee menghela napas, lalu menggeleng.

"Coba telusuri dimana celah kabutnya." Hanya itu pikirannya saat ini.

Hanya dalam seperkian detik para kru-kru itu terbang menyebar ke segala arah.

"Coba turunkan aku."

"Mustahil. Aku tidak bisa pulang tanpa jasadmu."

Kalee mendelik pada pemuda militer yang menyetir hypersensonik secara manual disebelahnya, Samuel, sebelum ia memutar bola mata jengah dan duduk menyender kembali sambil sesekali misuh-misuh.

"Kalau gitu majukan hypersensoniknya, aku perlu melihatnya dengan jelas. Samuel." Tekan Kalee secara informal mengingat umur mereka yang sepantaran. Pemuda dengan wajah khas oriental itu, tebak saja keturunan asli China dengan kelopak mata segaris hanya diam saja.

Tiba-tiba kendaraan itu bergerak hingga Kalee nyaris mematukkan wajahnya pada dashboard.

"Hati-hati."

"Tepat waktu sekali Samuel."

Samuel hanya tertawa mendengarnya.

Kendaraan itu meluncur dengan cepat menukik ke bawah. Terhenti tepat beberapa inci di atas permukaan pasir gurun. Mereka hanya berdiam diri disana untuk beberapa lama.

Samuel tak sekalipun mengalihkan pandangan dari stir manualnya, menjaga keseimbangan dari terpaan badai luar sedang Kalee mulai mengutak-atik layar hologram untuk terhubung ke kru lain.

"Beta 199, lapor?"

Tidak ada respon. Kalee melirik Samuel yang mengendik bahu.

"Alpha 222, lapor? Beta 241? Alpha 455? Hei, satupun?"

Tiba-tiba alarm tanda bahaya menyala keras dan suar merah muncul dari layar hologram. Kalee segera mengotak-atik layar itu seakan bermain piano di udara, namun alih-alih menjadi lebih baik, koneksinya pun terputus. Ia beranjak dari kursi menuju bagasi belakang untuk mengambil beberapa alat untuk teknologi manual. Begitu menemukan alat satelit sekecil USB, ia kembali ke tempatnya semula dan mendongak memasang ke sebuah sambungan di plafon. Lampu sonar merah kini menyala ke segala penjuru hypersenonik membuat Samuel langsung menautkan alis, menyalakan auto-drive, dan menekan beberapa tombol dibalik stir hingga layar hologram muncul dihadapan wajahnya, mengcoding ulang sistem hypersensonik sedangkan Kalee masih sibuk mengcoding sistem satelitnya.

THE FOG [SHORT STORY]Where stories live. Discover now