my fiance

1 0 0
                                    

Kota kami yang biasanya damai, saat ini sedang mengalami masalah yang cukup serius. Banyak terjadi penyerangan acak di berbagai tempat. Entah itu penyerangan terhadap orang-orang di jalanan atau penyerangan dan pengerusakan properti pribadi serta umum. Adikku yang sudah menikahpun di titipkan suaminya padaku dan adik laki-lakiku. Karena ia sering bepergian keluar kota.

Kami menonton berita yang mengabarkan situasi saat ini. Penyerangan yang semakin meluas membuat kami semakin memperketat keamanan dirumah. Aku mengunci semua pintu dan jendela, selain itu, aku juga memasang gorden yang tebal agar tidak bisa di lihat dari luar. Meskipun berakibat pada area rumah yang menjadi sedikit gelap. Terutama di area kamar. Namun dengan kondisi tersebut kami merasa aman.
Meskipun rumah kami berada di dalam gang yang hanya bisa di lewati oleh sebuah mobil dari satu arah, tapi posisi rumah kami berada di paling ujung dan satu-satunya rumah yang tidak memiliki pagar. Hal itu menyebabkan diriku selalu menginting ke balik jendela untuk memastikan keadaan.

Kondisi semakin mencekam kala, para pembawa berita mengatakan bahwa penyerangan sudah mulai memasuki daerah-daerah pinggir kota. Dan besar saja, tidak berselang lama. Terdegar suara seperti batu yang yengah di lemaprkan ke teras rumah kami. Aku yang mendengar hal itu langsung mengintip ke jendela dan menemukan ada begitu banyak orang sednag melakukan penyerangan secara bersamaan ke rumah kami. Entah melempar rumah dengan natu atau kerikil dan mengetuk-ngetuk pintu serta jendela rumah.

Aku meminta adik-adikku bersembunyi di kamar mereka untuk berjaga-jaga jika para penyerang tersebut berhasil membobol rumah kami. Dan di saat aku masih berjaga di balik pintu untuk mencoba menahan agar pintu tidak terbuka. Terdengar keributan dari arah  depan gang kami yang membuat para penyerang pergi dari rumah kami.

Aku yang melihat para penyerang berlarian meninggalkan rumah kami, bergegas masuk ke kamar untuk memberitahukan kepada kedua adikku bahwa kondisi sudah sedikit membaik. Meskipun begitu aku masih meminta mereka tetap bersembunyi di dalam kamar ku karena posisinya kamar itu yang paling luas dan paling "gelap" serta memiliki segala kebutuhan kami selama satu minggu kedepan tanpa keluar kamar.

Selama tiga hari kami menghabiskan waktu di dalam kamar sembari adik ku yang paling kecil memeriksa keadaan sekitar rumah (ia tidak keluar rumah dan hanya melihat melalui jendela). Berita di televisi juga sudah mengatakan bahwa kondisi kota kami sudah kembali aman berkat bantuan dari para pengusaha muda yang berhasil melakukan negoisasi dengan para penyerang tersebut.

Esok harinya adik perempuanku memutuskan untuk kembali ke rumahnya bersama suaminya. Tapi saat dia akan kembali aku merasakan keanehan pada lemari bukuku. Aku melihat ada benda asing yang menutupi lemari itu. Dan saat mendekatinya, aku terkejut melihat dia memaku sebuah cermin yang seukuran setengah lemari. Cermin itu juga di tutupi oleh selembar kain berwarna biru tua. Aku memarahinya dan bertanya

"Dek! Kenapa cerminny di paki di lemari buku ku? Bagaimana aku membuka lemarinya?"

"Nanti minta tolong adek bukain. Kemarin maksudnya mau di pakai untuk mengganjal pintu"

"Bantu aku lepaskan sekarang!" Ucapku padanya

Kami pun mencoba melepaskan cermin tersebut. Dan berhasil meskipunpada akhirnya lemari buku milikku mengalami sedikit kerusakan. Saat akan memarahinya lagi, tiba-tiba adikku yang paling kecil memanggilku karena ada banyak orang di depan rumah.

Akupun bergegas ke depan rumah untuk melihat siapa yang datang. Tapi, tidak ada seorangpun yg aku kenal, kebanyakan dari mereka terlihat seprti orang tua dan orang-ornag yang sudah memasuki usia 30 sampai 40 tahun. Dan diantara mereka ada seorang pria yang terlihat seperti pemimpin mereka. Dia di kelilingi oleh orang-orang yang ber0akian rapih menggunakan jas.

Pria itu menghampiri ku dan mengatakan sesuatu yang membuatku membeku tidak percaya

"Aku ingin menjadikanmu istriku. Tapi kita bertunangan terlebih dahulu sembari saling mengenal" ucapnya.

"Eh?"

Aku hanya merespon kebingungan dan memintanya untuk tidak bercanda dengan ucapannya.

"Aku serius. Aku ingin kamu menjadi pendampingku."

Kali ini aku tidak menjawab dan meminta mereka untuk meninggalkan rumahku. Di saat aku sednagn meminta mereka untuk pergi dari rumahku. Aku mendengar seseorang berkata kepada pria tersebut

"Dua lamaran lain ditolak. Mereka berdua gagal. Hanya tinggal anda harapan terakhir"

Saat mendengar kalimat itu, aku merasa bingung, rencana apanyang sedang di lakukan oleh sekelompok orang yang ada di sini.

"Saya mohon untuk pergi dari sini. Kami membutuhkan ketenangan"

Setelah aku mengatakan hal itu mereka semua satu persatu meninggalkan rumahku. Dan yang terakhir keluar adalah pria yang melamarku tadi. Sebelum meninggalkan rumahku dia sempat berkata

"Pikirkan baik-baik. Kamu belum menjawabku."

Keesokan harinya, saat akan pergi bekerja. Pria itu sudah berada di depan rumahku bersender di sebuah motor dengan pakaian yang cukup santai.

"Aku antar" ucapnya sembari menghampiriku dan memberikan ku helm

Aku menerima helm tersebut dan menerima tawarannya. Sebenarnya, aku sudah berniat ingin menolak lamaran yang di ajukan olehnya. Jadi aku membiarkan segala tindak tanduknya. Katena aku tidak merasakan apapun padanya.

Semua perlakuannya dan pe dekatannya berlangsung hampir satu bulan. Ia rutin mengantarku tapi tidak menjemputku. Dia sering bermain ke rumahku dan sudah akrab dengan adik laki-lakiku bahkan ayahku.

Hari ini, aku ingin pergi berkumpul dengan teman-temanku. Aku memutuskan untuk pergi menggunakan kendaraan umum dan berjalan ke jalan utama sendirian, aku sadar kalau ada orang-orang yang mengikutiku sejak tadi. Mereka sepertinya ingin melakukan tindak kejahatan. Saat aku mempercepat lariku. Pria itu muncul entah dari mana, menarikku untuk berlari dan bersembunyi dari orang-orang itu. Disaat yang sama ketika kami sednag bersembunyi. Perutku tiba-tiba terasa sakit, sepertinya penyakit maag ku kambuh karena kepanikan dan ketakutan tadi.

Tangan kanan ku tanpa sadar memegang erat tangannya menyalurkan rasa sakitku. Sedangkan tangan kirinya memegang area perut yg terasa sakit. Pria itu membiarkan tanganku mencengram erat lengannya dan aku emrasakan salah satu lengan nya yg bebas sedabg memegang erat tanganku yang mencengram lengannya. Dia tidak bergerak sama sekali. Di situ aku tersentuh dengan tindakannya.

Saat rasa sakitku sedikit mereda. Aku melihat pengawalnya mendatangi kami dan memberikan dua buah map. Tapi pria itu mengambil salah satunya dengan raut wajah sedih, seperti sudah tahu apa yang akan ku lakukan. Aku membukanya dan melihat isinya yang merupakan surat pernyataan bahwa aku memutuskan untuk menolak lamaran pria itu. Saat melihatnya, aku merasa bahwa aku tidak bisa menolaknya. Jadi aku hanya melihat isinya kemudian mengembalikannya kepada pengawal yang memberukan map tersebut. Kemudia meninggalkan mereka.

Aku tidak tahu apakah ia memeriksa map itu atau tidak karena aku tidak mendengarkan apapun lagi. Aku memutuskan kembali ke rumah melalui jalan lain. Dan beristirahat.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 14, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DreamingWhere stories live. Discover now