Tiga Belas

438 84 7
                                    

Bagian 8-12 sudah di up di KaryaKarsa ya..  link ada di papan pengumuman emak.
***

Di perjalanan Kemala terus menghubungi nomor Santo, tapi tak kunjung terhubung.

“Tenang, jangan panik. Dia bapaknya, nggak mungkin menyakiti anaknya sendiri.”

Kemala terdiam beberapa saat. “Saya tahu itu, Mas, yang saya takutkan sekarang adalah saya nggak akan bisa bertemu Syakila lagi. Saya takut banget.” Kembali cairan bening berlinang. “Ketakutan terbesar seorang Ibu adalah berpisah dan nggak bisa melihat anaknya lagi, Mas.”

Satria diam.

Sampai di rumah Santo dari alamat yang diberikan Intan, tanpa menunggu lama Kemala langsung keluar mobil berlarian menuju pintu utama rumah Santo. Kemala menggedor pintu berkali-kali tanpa jeda sampai pintu terbuka. Bukan Intan yang muncul pertama kali, melainkan Laksmi dengan kondisi kacau tidak berbeda jauh dari Kemala.

Melihat Kemala berdiri di depan rumahnya, wajah lesu Laksmi mendadak sangar dan merah padam. “Mau apa kamu ke sini?! Belum puas kamu setelah menghancurkan rumah tangga saya, hah!”

Alih-alih menjawab bentakan Laksmi, Kemala malah bertanya keberadaan Santo di mana dan dibawa ke mana anaknya.

“Kalau aku tahu, aku udah nyusul dia sebelum kamu datang ke sini!” Suara Laksmi tetap tinggi hingga urat di lehernya terlihat. “Lagian, dapat apa kamu setelah misi balas dendam kamu berhasil? Nggak dapat apa-apa, kan? Kamu malah kehilangan anak kamu!” sinis Laksmi. “Semua gara-gara kamu, Kemala!”

Kemala menarik napas, matanya memerah. “SEMUANYA GARA-GARA MBAK YANG GATAL REBUT SUAMI AKU! BUKAN HANYA AKU YANG KEHILANGAN SUAMI, MELAINKAN ANAKKU JUGA HARUS KEHILANGAN AYAHNYA!” teriak Kemala memuntahkan isi hati yang dirinya pendam bertahun-tahun itu. “Kalau Mbak nggak merusak hubungan kami, mungkin aku nggak akan seperti ini, Mbak. Bukan aku pelaku sepenuhnya, melainkan kalian juga pelakunya. Kalian penjahat yang menjadikan aku lebih jahat dari kalian. Mbak baru menderita sekarang, tapi aku dan Syakila harus menderita bertahun-tahun gara-gara, Mbak. Siapa sih yang jahat sebenarnya di sini. Aku atau Mbak?”

Laksmi bergeming, sementara Satria merangkul Kemala menenangkan. “Kita cari Syakila sekuat tenaga, ayo kita pergi dulu dari sini.”

Kemala menggeleng, menolak diajak pergi, menghampiri Laksmi mencengkeram bahu Laksmi kuat. “Mbak, aku nggak akan sudi memungut kembali barang bekas Mbak, aku cuma mau hidup damai bersama Syakila. Aku minta tolong sekali ini saja biarkan aku bahagia. Di mana Syakila? Ke mana dia bawa Syakila pergi?”

Laksmi menggeleng. “Bukan hanya Syakila yang dibawa pergi, Endro juga dibawa pergi. Mas Santo juga sudah menceraikan aku,” jawabnya kemudian menangis.

Cengkeraman terlepas, Kemala mundur beberapa langkah. Bukan ini akhir yang dirinya bayangkan ketika akan memulai permainan. Bukan begini akhirnya, bukan. Harusnya dirinya tidak terseret ikut menderita di akhir seperti sekarang ini. Dada Kemala terasa berat, napasnya pendek-pendek. Semakin tipis harapan dirinya bisa mengambil kembali Syakila.

Kemala berbalik menghadap Satria yang sigap berdiri di belakangnya. “Mas, saya nggak akan bisa bertemu Syakila lagi, Mas.”

Satria mengusap kepala Kemala. “Syakila pasti ketemu, kok.”

Kemala menggeleng. “Kita nggak tahu dibawa ke mana Syakila.”

“Syakila ada.”

Kemala terus menggeleng-geleng. “Syakila dibawa kabur.” Kemala syok, mendadak pikirannya gelap dan tidak lama kemudian pandangannya pun ikut menggelap.

Satria dengan sigap menahan tubuh Kemala yang tak sadarkan diri. Tanpa mengatakan sepatah kata pun Satria menggendong Kemala membawanya meninggalkan teras rumah Santo, membaringkan Kemala di kursi penumpang, lalu dirinya masuk ke mobil. Mobil pun melaju meninggalkan rumah Santo. Satria melirik Kemala yang belum sadarkan diri lewat kaca spion tengah, menghela napas panjang, menggeleng tak habis pikir dirinya akan terlibat sejauh ini dalam kehidupan anak buahnya.

Wanita Simpanan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang