16• DETENTION

1.1K 162 11
                                    

     "Ron, bisakah kau cepat sedikit?" aku mengelap sisa-sisa makanan dimulutku. Lalu, menyesap jus labu untuk yang terakhir, dan berdecak kesal melihat Ron yang masih sibuk mengunyah dengan santainya. "For Merlin's Sake, Ron, kita harus ke Hospital Wing!" gerutuku, terdengar sedikit putus asa.

Ron mengerutkan hidung dengan mulut penuh. "Y/n, kau benar-benar tidak membiarkanku menikmati makanan," protesnya. "Aku bahkan baru menyuap dua sendok!" dia memperlihatkan isi piringnya sambil mengomel.

Aku memutar bola mata dan menghela nafas dengan pasrah. Percuma saja kalau harus mendebat Ron dengan makanan kesayangannya itu. Pasti tidak akan menang. Sama seperti Lilac, yang sekarang sedang duduk di sebelahku dengan dua paha ayam goreng ditangannya.

Seperti biasanya, suasana Great Hall malam ini sangat ramai. Cuaca dingin tentu saja tidak menghalangi orang-orang untuk melewati jam makannya. Malahan menurutku, hal itu membuat perut kami menjadi lebih cepat lapar. Plus, juga lebih cepat mengantuk. Seandainya saja aku tidak harus mengerjakan detensi sial itu, pasti setelah ini aku akan langsung melompat ke tempat tidurku dengan nyaman.

     "Y/n, kamu mau aku menemanimu?" tanya Ginny setelah meletakkan sendok dan garpunya. Kalau aku tidak salah mengasumsikan, dia menawarkan diri dalam detensiku, bukan?

Sebagaimana Morro menawarkan kepadaku tentang hal yang sama tadi siang. Aku langsung meliriknya yang sedang duduk di sebelah Ginny. Mata kami bertemu satu detik sebelum dia cepat-cepat kembali fokus pada makanannya.

     "No," jawabku, menggeleng pelan ke Ginny. "It's okay, Gin," mataku beralih lagi ke Morro.

Laki-laki itu kenapa, sih? Sejak aku keluar dari perpustakaan tadi siang, dia sama sekali belum berbicara kepadaku. Bahkan, sekarang dia terlihat sedang menghindariku. Apa aku punya salah sama dia? Tapi apa? Jujur, aku tidak nyaman kalau harus terus-terusan seperti ini.

I mean, I don't want to lose my bestfriend.

     "Kamu boleh ikut, Gin," suara Ron menginterupsi pikiranku. Aku menoleh untuk melihatnya yang sedang mengunyah dengan pipi menggembung. "Kamu bisa membantu kita menggosok pispot ... ya kan, Y/n?" sambungnya lagi, berusaha meminta persetujuanku.

Aku hanya diam mengedikkan kedua bahu.

Ginny mengerang menampakkan ekspresi jijik atas ajakan kakaknya. "Kebetulan aku tidak sedang bertanya denganmu, Ronnie— aku menawarkan Y/n, dan dia juga sudah bilang 'no' ... jadi berhentilah berharap."

Huft, kedua bersaudara itu memang susah akur.

     "Sejujurnya Ron," Hermione buka suara sambil membersihkan tangannya dengan tisu. "Kamu tidak bisa mengajak orang lain dalam detensimu, kamu tahu profesor Snape akan marah," katanya dengan tenang, sama sekali tidak menuntut seperti biasanya.

Tumben sekali.

Ron berdecak sambil memutar bola mata. "Aku tidak tahu, deh," lirihnya, tampak tidak peduli.

Hermione tidak menjawab apa-apa lagi setelahnya, dan Ron kembali mengalihkan fokusnya pada makanan. Mungkin saja, alasan kenapa kakakku tidak menanggapi Ron sekeras biasanya adalah, karena laki-laki berambut merah itu mendapatkan detensi akibat dari membelanya di kelas profesor Snape. Jadi, bisa saja dia merasa tidak enak, ya kan?

Itu hanya dugaanku, sih.

Lagipula, aku sangat bersukur Ron sudah mau membelanya. Selain bisa menyemangati Hermione yang tadi sempat sedih, dia juga bisa menemaniku dalam menjalani detensi.

Kamu benar-benar berjasa, Ron.

     "Mor, mau kemana?" Lilac membeo tepat di telingaku. Aku mendongak dan melihat Morro yang sudah berdiri sambil mengelap mulutnya dengan cepat, seperti ingin buru-buru pergi.

𝐋𝐢𝐭𝐭𝐥𝐞 𝐆𝐫𝐚𝐧𝐠𝐞𝐫? | Draco Malfoy X ReaderWhere stories live. Discover now