Tell Me How (2)

494 102 10
                                    

Peperangan besar antara Swaziland dan Zenslikovania akan terjadi. Zenslikovania menang atas banyaknya pasukan, tapi tanpa mereka sadari, ada sebuah jebakan besar dibalik kabut pagi ini.

Peperangan ini terjadi di sebuah padang luas yang setiap paginya ada kabut tebal menghalangi pandangan. Zenslikovania tidak mengetahui medan ini karena memang padang ini lebih dekat dengan wilayah kerajaan Swaziland.

Gracia kini sedang berada di depan tenda tempat Alandra beristirahat, dia ditugaskan untuk menjaga tenda itu dari ancaman apapun. Sudah lebih dari dua jam Gracia berdiri di sana, tapi kakinya seakan tidak lelah.

"Sayang," sebuah panggilan lembut membuat tatapan tajam Gracia hilang seketika, dia menoleh ke belakang tempat dimana suara berasal.

"Ada apa sayang? Kenapa kamu keluar?" tanya Gracia.

"Apa kamu tidak lelah? Istirahatlah, biar Sam menggantikanmu sebentar," pinta Shani.

"Tidak perlu sayang, aku tidak lelah. Lagipula aku di sini menjagamu," jawab Gracia.

"Besok kamu mulai perang Gracia, istirahatlah."

Mendengar Shani sudah menggunakan panggilan nama membuat Gracia menghela nafas pasrah. Dia segera menghampiri Sam kemudian meminta waktu untuk istirahat, beruntung Sam mengerti bahwa itu perintah Shani.

"Sayang," panggil Shani lembut.

"Hm?"

"Aku benar-benar mencintaimu," lirih Shani.

Gracia yang sejak tadi hanya menatap api unggun di depannya kini menoleh ke arah samping. Dia sendiri sadar bahwa dirinya sudah ketahuan, dia juga tau Sam akan membunuhnya saat perang nanti.

Bahkan Alandra sudah mengirimkan pesan untuk kerajaan Angevin bahwa dia butuh bala bantuan, tentu dengan Shani sebagai bayarannya. Nyawa Gracia benar-benar terancam sekarang.

"Aku juga sangat mencintaimu, apapun keadaannya hari ini, besok, atau kapanpun itu, aku tetap mencintaimu," Gracia membalas dengan lembut.

"Aku mau kamu pulang dengan selamat."

"Aku pasti selamat, aku cukup mahir dalam hal ini," canda Gracia.

"Firasatku buruk Ge, aku tidak tau mengapa."

Gracia menarik Shani kedalam pelukannya, diusapnya kepala Shani dengan lembut. Dia juga sama takutnya, siapa yang tidak takut jika sudah dijadikan target?

***

Pagi itu, peperangan besar terjadi. Zenslikovania menyerbu lebih dulu tanpa mengetahui bahwa terdapat galian parit besar berisi minyak yang mudah terbakar.

Kabut tebal itu menjebak pasukan berkuda kerajaan Zenslikovania yang terus melaju dengan kencang. Alhasil, hampir dua pertiga pasukan terjun langsung ke parit yang dibuat Swaziland.

Di seberang parit terdapat menara dengan pemanah yang siap menembakkan api ke dalam parit. Parit itu terbakar ketika api menyentuh minyak di dasar parit, menewaskan hampir seluruh orang yang terjebak di parit itu.

Gracia tersenyum tipis dibalik pelindung kepalanya, rencananya berhasil mengurangi pasukan Zenslikovania secara besar-besaran. Sementara di garda depan, Alandra murka karena jebakan Swaziland.

"Bawa Gracia ke depan saya sekarang!" titah Alandra.

"Baik Yang Mulia," Sam yang berada di samping Alandra langsung pergi setelah mendengar perintah rajanya.

Alandra kembali ke belakang, menuju tempat dimana putrinya berada. Shani sendiri berada di baris belakang bersama para medis. Dia dijaga ketat oleh beberapa murid Sam yang dipercaya. Melihat ayahnya mundur, membuat Shani heran.

Arc En CielDonde viven las historias. Descúbrelo ahora