Bab 3 ; Jadi aku seorang pengantin

1.3K 204 11
                                    

Jisung melotot tidak percaya saat ular itu berubah menjadi seorang manusia tampan, berbaju putih, bibirnya sedikit menyunggingkan senyum menawan membuat Jisung sedikit terhipnotis.

"Kau suka dengan wajahku?" Tanya pemuda itu, tangannya mengelus pipi Jisung.

"Ya! Siapa kau?" Tanya Jisung terkejut, dia menyeret tubuhnya untuk mundur.

"Bukankah kau yang membawaku pulang?" Seru pemuda itu tersenyum remeh, dia mempermainkan Jisung.

"Kau, tuan ular?" Tanya Jisung memastikan.

Pemuda berhanbok putih itu mengangguk-anggukkan kepalanya, dia senang Jisung memiliki kemampuan berpikir yang baik.

"Iya, kau benar."

Jisung semakin melotot tak percaya, "Bagaimana mungkin?"

"Menurut mu?" Tanya pemuda itu dengan tatapan malas.

"Hewan yang dapat berubah menjadi manusia hanya ada dua jenis, pertama dia siluman atau dewa yang sedang menyamar." Seru Jisung dengan lugu.

"Menurut mu aku berasal dari kaum yang mana?" Tanya pemuda itu dengan senyuman tipis.

Pemuda itu yakin bahwa Jisung tidak sebodoh itu jika mengganggap dirinya adalah jelmaan deー

"Kau adalah dewa?"

ーLupakan, nyatanya pemuda ini terlalu berpikir secara positif sehingga terdengar tidak rasional.

"Kenapa kau berpikir bahwa aku adalah seorang dewa?" Tanya pemuda itu malas.

"Kalau kau siluman pastinya sedari awal kau akan memakan diriku. Tapi tidak kan?" Jawab Jisung lugu.

Pemuda itu tersenyum miring, Jisung terlalu lugu. Sifat Jisung ini membuat dia menjadi sedikit gemas.

"Hanya karena seperti itu kau berpikir aku bukanlah seorang siluman?" Tanya pemuda itu tidak percaya.

Jisung mengangguk, "Benar! Memangnya aku salah?"

Pemuda itu diam, menatap ke arah bahan masakan Jisung yang masih mentah.

"Lebih baik kau memasak, aku sudah sangat lapar. Pembicaraan ini akan kembali kita lakukan setelah aku selesai makan," seru pemuda itu mengelus rambut Jisung dengan lembut.

Bagaimanapun dia tidak mungkin membiarkan Jisung kelaparan dan ketakutan.

Jisung mengangguk, kembali fokus pada masakannya, sedangkan pemuda tampan itu memperhatikan Jisung dengan seksama. Pikirannya menerawang jauh, dia masih bingung cara yang efektif untuk mendapatkan seluruh kekuatan Jisung.

Cara memakan Jisung mungkin bisa memulihkan kekuatannya, tapi itu tidak menambah kekuatannya sama sekali. Dia harus menemukan cara yang tepat untuk merebut kekuatan Jisung.

Itu semua agar para pendeta suci akan lengah dengan dirinya jika dia memiliki kekuatan Jisung. Karena kekuatan yang Jisung miliki adalah kekuatan penyembuhan yang luar biasa, belum lagi aura kemurnian yang berasal dari dirinya. Hal itu akan membantu dia menipu para pendeta dan menghabisi mereka.
Tapi cara seperti apa yang harus dia lakukan agar bisa memiliki kekuatan Jisung seutuhnya?

"Tuan ular? Kenapa melamun? Ayo makan!" Seru Jisung menepuk pundak pemuda tampan itu dengan pelan.

"Oh? Kau sudah selesai?" Tanya pemuda itu.

"Iya, ayo kita makan!" Seru Jisung tersenyum lembut.

Keduanya memakan makanan mereka, Jisung memang benar-benar pandai memasak. Mungkin karena hidup sendiri, membuat Jisung harus serba bisa dan mandiri.

"Tuan ular, kita belum berkenalan bukan? Perkenalkan aku, Park Jisung, kau bisa memanggilku Jisung!" Seru Jisung memperkenalkan diri.

"Aku, Na Jaemin. Kau bisa memanggilku dengan apapun yang kau inginkan," Seru Jaemin.

Jisung hanya mengangguk, keduanya sangat canggung. Membuat Jisung sedikit tidak nyaman.

"Jisung, kau tinggal sendirian?" Tanya Jaemin, dia harus selalu bersama Jisung untuk sekarang. Jadi Jaemin harus mendekatkan diri dengan Jisung.

"Iya, orang tuaku menghilang secara tiba-tiba di hutan saat aku berusia 13 tahun, orang bilang mereka telah meninggal karena dimakan siluman." Seru Jisung sendu.

Pernyataan Jisung membuat Jaemin kebingungan, pasalnya selama dia menjadi raja siluman disini tidak ada seorangpun siluman yang memakan manusia yang berada disini.

Tapi jika dilihat Jisung yang merupakan keturunan dewa, bisa jadi kedua orang tuanya naik kelangit dan menjadi dewa. Hal itu membuat Jaemin sedikit jijik dan kasian kepada Jisung, karena ayahnya ternyata lebih mencintai ibunya sehingga memutuskan untuk pergi ke surga tanpa membawa Jisung.

"Apakah kau membenci siluman?" Tanya Jaemin.

Jawaban yang akan dikeluarkan Jisung menjadi penentu identitas dirinya saat ini. Karena jika Jisung membenci siluman maka Jaemin pasti akan diusir kalau mengaku bahwa dia adalah seorang siluman.

"Tidak, setiap kematian pasti sudah digariskan oleh sang pencipta, tapi jika aku bertemu siluman mungkin aku akan mati ketakutan, karena yang aku dengar mereka sangat-sangat menakutkan!" Seru Jisung.

"Bagaimana jika aku mengaku padamu bahwa aku adalah seorang siluman? Apakah kau akan takut?" Tanya Jaemin kepada Jisung.

Jisung menggeleng, "Jika Jaemin adalah siluman maka Jisung tidak masalah. Karena Jaemin baik, tidak memakan Jisung. Jadi apakah benar Jaemin adalah seorang siluman?"

Jaemin mengangguk dan tersenyum senang, "Aku adalah Na Jaemin, siluman ular putih, aku adalah siluman tertua disini dan aku adalah Ra..."

"Jaemin adalah siluman tertua? Apakah Jaemin mengenal raja siluman? Apakah benar raja siluman memakan pengantinnya?" Potong Jisung tidak sabaran.

Jaemin tersenyum kecil, dirinya mencubit hidung bangir Jisung. "Tidak baik memotong pembicaraan orang lain, Jisung."

Jisung memerah malu, wajah mereka terlalu dekat, "Maaf, aku tidak sengaja!" Seru Jisung dengan sedikit gugup.

"Tidak masalah, tapi jangan lakukan itu dengan orang lain!"

"Baik!" Seru Jisung tersenyum manis, "Tapi jawab pertanyaan aku tentang yang tadi!"

"Iya, aku mengenal raja siluman, dia tidak memakan pengantinnya kok, hanya saja pengantinnya selalu terbunuh oleh musuh-musuhnya. Hal itu membuat raja siluman selalu kesepian! Karena setiap pengantin yang dia pilih malah berakhir mengenaskan" Bohong Jaemin.

"Kasihan sekali, aku harap pengantin raja siluman yang sekarang bisa menemaninya sampai akhir!" Seru Jisung dengan tulus.

"Iya, seperti kita!" Seru Jaemin mengedipkan matanya, menggoda Jisung.

"Maksud, Jaemin?"

"Malam ini, adalah malam dimana para siluman sedang mencari pasangannya. Kebetulan kau adalah orang pertama yang aku temui, jadi tanpa sengaja aku menandai mu sebagai pengantin-ku!" Seru Jaemin tentunya penuh kebohongan.

Kebohongan ini sengaja dia lakukan, agar Jisung tidak takut kepadanya dan juga agar Jisung bisa melindungi Jaemin dari kejaran para pendeta suci.

"Apa?" Tanya Jisung terkejut.

"Tato yang ada dipergelangan tanganmu adalah bukti bahwa kau telah resmi menjadi pengantin siluman ular, maafkan aku! Saat itu aku tidak sadar karena terluka!" Seru Jaemin berpura-pura sedih, karena pertemuannya dengan Jisung merupakan sebuah berkah.

Melihat Jaemin yang sedih, Jisung akhirnya tidak tega.

"Jadi aku seorang pengantin sekarang." Gumam Jisung sedikit sedih, Jisung tidak pernah memimpikan dirinya menikahi seorang pria terlebih lagi pria itu adalah seorang siluman.

"Apakah hubungan ini bisa di lepaskan?" Tanya Jisung.

"Bisa, jika kau bersedia aku makan!" Seru Jaemin berpura-pura lugu.

"Lupakan! Lebih baik aku menjadi pengantin mu untuk selamanya!" Sanggah Jisung secepat mungkin.

°°°°





White Snake's WifeWhere stories live. Discover now