Chapter 2

4.1K 188 3
                                    


Lapangan basket Konoha Junior High School tampak renggang. Para siswa kelas 3 yang tadi memenuhi lapangan itu untuk merayakan kelulusan mereka kini mulai meninggalkan sekolah yang mereka tempati selama 3 tahun belakangan ini untuk menuntut ilmu. Hinata masih berdiri dipinggir lapangan enggan ada yang berjanji akan menemuinya, tapi ia tetap menunggu. Entah menunggu apa, ia pun tak mengerti.

Seseorang mendekatinya. Seorang pemuda berkulit tan dengan mata berwarna safir. Pemuda itu berdiri tepat di depan Hinata yang tengah menyembunyikan kedua bola matanya. Mata beriris ungu pucat itu kembali muncul. Ekspresi kaget tengah terpasang di wajah imutnya. Tadi saat menutup mata, Hinata tidak mendengar ada yang mendekat padanya, kenapa si jabrik ini sudah berada tepat diharapannya dengan cengiran khas mengkhiasi wajah tampannya.
"Hei," sapa pemuda itu masih mempertahankan cengirannya.
"N-naruto-kun," ucap Hinata, gugup. Naruto, pujaan hatinya, ada di depannya! Tepat di depannya! Oh, Kami-sama wajahnya pasti sudah memerah.
"Aku punya kabar gembira," kata pemuda yang ternyata bernama Naruto itu tetap dengan cengirannya. Hinata hanya diam. Ia menunduk, ia tahu kabar gembira apa yang dimaksud oleh Naruto.
"Hinata-chan, aku lulus," ucapnya.
"E-eh? Bu-bukannya itu sudah pasti?" tanya Hinata, kaget. Bukan ini yang Hinata bayangkan tadi.
"Hehehe, bagiku ini menyenangkan," jawab Naruto dengan wajah polosnya. Hening. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Mata safir Naruto menerawang jauh entah kemana.
"N-naruto-kun, kau dan Haruno-san..." kata Hinata tidak jelas sambil memainkan jari-jemarinya.
"Kau sudah mendengar berita itu?" tanya Naruto.
"E-eh? J-jadi itu benar, ya?" ucap Hinata, Naruto hanya diam sambil memandanginya, poni rata Hinata menghalangi pandangan Naruto karena saat itu Hinata sedang menunduk.
"Se-selamat ya, Naruto-kun," tambah Hinata. Naruto tetap diam. Saat Hinata mengangkat wajahnya, Naruto memasang senyumnya.
"Hinata, aku akan pindah ke Otto," kata Naruto setelah keheningan yang cukup panjang melanda mereka.
"K-kenapa?" ada nada tidak rela yang terdengar.
"Kaa-san menyuruhku untuk pindah, katanya aku hanya akan membuat Tou-san malu jika aku tetap disini. Kau tahu kan, mungkin nilai ku tidak akan cukup untuk masuk ke KSHS," itu terdengar masuk akal, Naruto memang tak secerdas Hinata bahkan jauh dibawah Hinata, dan akan sangat memalukan bagi ayahnya yang notabene pemilik KSHS, KJHS, dan Konoha University, sekolah paling bergengsi di Konoha. Masuk KJHS saja Naruto harus berusaha sekuat tenaga, dan dibantu 'tangan-tangan' ayahnya, kali ini ia tidak ingin seperti itu, makanya ia menyetujui penawaran ibunya.
"Kenapa harus di KSHS, masih banyak sekolah lain, kan?" Hinata tidak terima kalau Naruto harus pindah ke Otto.
"Karena KSHS adalah sekolah terbaik di kota ini dan hanya orang berotak di sana jadi kalau aku tidak masuk KSHS dan tetap di sini, akan banyak kabar miring yang beredar,"
"Kenapa Kushina-baa-san peduli dengan itu?" tanya Hinata tidak mengerti, setahunya Kushina itu sangat sayang pada Naruto walau Naruto sebodoh apapun.
"Awalnya Kaa-san hanya bercanda memberiku penawaran itu, tapi aku malah menganggapnya serius," Naruto dengan sabar menjelaskan pada Hinata. Ia tahu Hinata tidak rela ia pergi, 2 tahun mereka selalu bersama, Naruto-lah yang selalu disamping Hinata, Hinata juga begitu, ia selalu berada disamping Naruto.
"Kenapa begitu?" tanya Hinata, matanya tidak lagi memancarkan sinar. Naruto mengangguk.
"Aku tidak ingin dipandang remeh lagi. Masuk di sekolah ini, bukan karena kepintaranku, semua sudah memandangku remeh. Aku tidak ingin itu terulang lagi," Hinata mulai mengerti. Hening.
"B-bagaimana dengan Haruno-san? M-maksudku kalian kan berpacaran,"
"Aku sudah memberitahunya, dia mengaku pasti akan sangat sulit, tapi dia bilang dia akan berusaha," Hinata diam, ia tidak punya alasan untuk membuat Naruto tetap di sini.
"Tolong jangan lupakan aku," ucap Naruto. .-. Hinata terbangun dengan bercucuran keringat. Ia kembali bermimpi. Mimpi yang sama dengan mimpi-mimpinya yang kemarin. Mimpi tentang Naruto.

Hinata's P.O.V
Terjebak cinta pertama, eh? Lucu tidak, kalau aku bilang aku masih tidak bisa menemukan seseorang pengganti cinta pertamaku? Konyol, ya? Apalagi kalau cinta itu hanya cinta monyet khas remaja yang masih labil. Aku mulai menyukainya saat duduk di kelas 2 di Konoha Junior High School, awalnya hanya rasa kagum biasa. Dia mengakui keberadaanku bukan karena aku adalah keturunan Hyuuga yang kaya raya. Ia mengakuiku sebagai teman. Selama 2 tahun terakhir di KJHS, kulewati bersamanya. Perlakuannya sangat manis padaku. Bukan, pada semua perempuan ia selalu berlaku manis. Dia, Uzumaki Naruto tlah mencuri hatiku dan mengendalikan pikiranku. Namun, dengan kejam, dunia memperlihatkan kepadaku bahwa Naruto tidak pernah tertarik padaku. Perlakuan manisnya padaku, hanya bentuk sopan santun belaka.
Dia pernah bercerita padaku, katanya ia sangat menyukai Sakura, temannya sejak kecil. Tanpa ia beritahu pun aku sudah tahu, setiap pagi ia selalu berjalan di belakang Sakura sambil memanggilnya, ia selalu mengejar Sakura, tanpa sadar aku sedang melihatnya. Saat lulus, ada kabar bahwa ia berhasil mendapatkan hati Sakura. Ya, dia berhasil. Entah bagaimana hubungan mereka sekarang. 3 tahun aku berusaha melupakannya. Kupikir ini hanya cinta monyet, tapi kenapa begitu sulit? Apa dia benar-benar tlah mengunci hatiku? Kenapa Kami-sama mempertemukanku dengannya kalau hanya membuatku sakit?
Aku suka membaca, pernah aku membaca sebuah novel yang jalan ceritanya hampir sama dengan jalan cintaku. Cinta pertama yang bertepuk sebelah tangan. Yang bertahun-tahun terus terpendam. Tapi, tokoh utamanya sangat beruntung, ada seseorang yang sangat menyayanginya, sampai-sampai terus mengejarnya. Dan akhirnya ia pun luluh dan melupakan cinta pertamanya. Lalu, kapan Kami-sama mengirimkan orang itu padaku? Orang yang akan membuatku melupakan cinta konyolku?! Aku lelah menunggu!

My first LoveWhere stories live. Discover now