Si Soleh

9 5 1
                                    

"Bunyi apa itu?" teriak Jimmi.
Karyawan P.T. Angkasa Jaya divisi pemasaran itu kemudian berlari ke arah jendela, rasa penasaran telah menggoyakkan pikirannya. Sejurus kemudian, pandangannya mengarah ke jalanan. Dari lantai dua tempatnya berdiri, dia membelalak dengan tubuh membeku.

Seorang pengendara motor Ninja Kawasaki oleng saat ingin mendahului truk tanki berisi bahan bakar milik Pertamina. Namun, seorang pengendara motor lainnya tanpa sengaja menyenggol dengan sangat cepat mengakibatkan sipemilik Ninja terhempas, lalu masuk ke dalam kolong truk tanki. Supir truk tanki rem mendadak dan ban belakangnya  menggilas kepala pengemudi ninja kawasaki hitam itu.

Gila! Kepala pemilik Ninja itu pecah!

Teriakan kengerian menggelegar dan mampu membuat kaget semua orang dekat pertigaan Jalan Sudirman. Mereka punya satu pemikiran ... pengemudi ninja kawasaki itu kini berada di bawah truk dan sudah dipastikan meninggal. Jimmi segera berlari ke luar, rasa penasaran mendorong lebih kuat.

Pengemudi Ninja Kawasaki itu memakai jaket jeans warna dark blue, kaki putus dari tubuh dan tangan hancur tergilas ban truk tanki. Isi kepalanya berceceran, darah mengubah jalan di sekitar TKP menjadi merah. Wajahnya susah dikenali karena sudah tidak berbentuk.

Kerumunan orang langsung menutupi TKP. seorang bapak langsung memanggil polisi. Orang yang berada di sana tidak berani memegang korban kecelakaan itu. Mereka cuma mengamankan supir truk tanki. Sikap kooperatif dari supir tidak menimbulkan amukan massa.

"Permisi, saya mau melihat identitas korban!" seru Jimmi yang sudah berada diantara kerumunan orang.

Namun Jimmi tidak bisa menyentuh kerumunan orang itu. Jimmi bingung dan melihat ke sekelilingnya. Orang di sekitarnya tidak sedikit pun mendengar atau bahkan melihatnya.

"Mohon beri jalan, kami akan evakuasi korban," terdengar suara bariton penuh ketegasan membungkam suara-suara kegelisahan.

Jimmi mengembuskan napas panjang.  Polisi sudah datang. Kerumunan orang mengurai TKP, semuanya begidik ngeri.

"Kasihan pemuda ini dia lelaki baik, sering makan di warung saya." Terdengar suara di belakang Jimmi, lelaki muda itu menoleh. Pak Imam menyeka air matanya.

"Kita doakan semua amal kebaikannya di terima Allah, Pak. Ibu juga tidak sangka harus begini akhir hidupnya Si Soleh." Bu Yeli terisak di bahu Pak Imam.

Apa? Si Soleh? Bukannya itu nama khusus Pak Imam untuknya?

Jimmi penasaran sekali. Dia segera merangsek ke barisan orang-orang itu. Rasa penasaran semakin menggelayut jiwa. Hatinya berdebar-debar. Siapa yang kecelakaan itu?

Hei, jaket itu! Jaket itu ...

Jimmi mulai panik, dia berusaha berbicara pada Pak Imam. Namun, Pak Imam tidak merespon. Lelaki itu berkeringat dingin dan dia merasakan hawa dingin membalut tubuhnya.

Hei, ada apa ini?

Refleks Jimmi mendongak ke arah lantai dua, tempat yang sangat dia kenali. Jimmi semakin bingung, Nara terlihat pucat pasi. Gadis itu seperti tidak menghiraukan dirinya yang berulang kali berteriak menyerukan nama Nara. Justru, Nara terlihat sangat shock dan jeritannya sungguh memilukan.

Berulang kali gadis itu memanggil nama Jimmi dengan penuh emosional. Nara, harus kehilangan Jimmi. Wajah Jimmi yang tidak berbentuk dilindas truk, tetapi Nara tahu itu dia karena Jimmi  memakai jaket yang Nara belikan. Andai saja Nara tidak meminta Jimmi membelikan pesanannya.

Nara pingsan.

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Jun 25, 2023 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

TULAH GELANG UNGUDonde viven las historias. Descúbrelo ahora