10• ROBE

1.1K 203 4
                                    

     "Anyone seen my cloak?" Aku bertanya dengan wajah panik kepada teman-teman sekamar-ku. Mereka yang sedang sibuk berpakaian dan berias langsung menoleh kearahku seraya menggelengkan kepalanya tampak bingung. Ah, damn.

     "Bukankah kamu selalu menyimpannya disana?" Lilac bersugesti, menunjuk gantungan yang tertaut di samping lemari kayu-ku dan menyarankan, "Coba kamu ingat-ingat lagi."

Ginny yang sedang menguncir rambutnya ikut bergumam, "Tidak biasanya kamu lupa."

Aku kembali membuka lemariku, memporak-porandakan berbagai pakaian yang memang sudah sepenuhnya berantakan sejak aku mencarinya seusai mandi tadi. Erangan kekecewaan keluar dari mulutku setiap menemukan sesuatu yang berwarna hitam namun ternyata itu bukan jubahku.

Tidak mungkin aku pergi ke kelas hari ini tanpa mengenakan jubahku. Bayangkan, berapa banyak poin yang akan dikurangkan dari gryffindor hanya karena keteledoranku seorang.

Opsi lainnya adalah; tidak perlu menghadiri kelas alias bolos, tapi itu tidak mungkin, hari ini ada empat kelas dan banyak tugas yang harus dikumpulkan. Belum lagi, komentar dari para guru yang akan bertanya kepada kakakku tentang kenapa aku tidak hadir– setelah itu urusannya akan semakin panjang.

Jadi, lebih baik menghadiri kelas tapi dapat pengurangan nilai atau tidak hadir tapi ketinggalan banyak hal? Oh, tidak ada yang lebih baik, pilihannya adalah buruk atau lebih buruk; that's all.

Dengan rasa frustasi, aku berbalik melihat kedua temanku yang sudah rapih dan lengkap dengan seragamnya untuk bertanya, "Guys, tell me, dimana aku bisa mendapatkan jubah baru?"

     "Diagon Alley, isn't it?" Jawab Lilac, mengedikkan kedua bahunya sebelum melanjutkan, "Tapi kita tidak bisa kesana kalau bukan liburan, lagi pula mau kesana naik apa?"

Ginny menggangguk dan memberikan saran lain, "Kamu bisa mengirimi surat ke orangtua-mu untuk membelikannya, setelah itu mereka akan mengirimnya kesini dengan—" Dia berhenti melihat perubahan ekspresiku, lalu menurunkan suaranya, "—Oh, I forgot."

Ya, perkataan Ginny benar, akan lebih mudah jika orang tuaku memang seorang penyihir juga, tapi— sayangnya bukan. Mereka tidak akan mengerti bagaimana caranya untuk melakukan itu semua; seperti menukarkan uang muggle dengan galleon, berbelanja di Diagon Alley, bahkan sampai mengirimkan barang dengan burung hantu. Tidak akan bisa.

Lagi pula, mereka pasti terlalu sibuk dengan pekerjaannya di luar sana. Aku dan Hermione-pun memutuskan untuk tidak terlalu mengekspos apapun tentang sihir kepada mereka, kecuali hanya dengan mengiriminya surat kabar secara reguler setiap minggu.

     "Er— aku sebenarnya ada jubah lain," Ginny mengakui, seketika memberikan sedikit harapan yang langsung tergambar di wajahku, "Tapi aku tidak yakin kamu mau menggunakannya."

Aku mengerutkan kening, "And why is that?"

     "You know, jubah bekas kakak keduaku, Charlie, ibuku memberinya di awal tahun, tapi aku bersikeras untuk membeli jubah baru. Bayangkan saja, warnanya sudah kumal, ukurannya sangat kebesaran, bahkan logo gryffindor-nya juga sedikit tergores."

     "Boleh aku lihat?" Tanyaku, terdengar seperti tidak ada pilihan lain lagi.

Ginny mengangguk dan berbalik ke lemarinya, mencari-cari jubah yang dimaksud dengan terburu-buru seraya aku menunggunya penuh harap. Setelah menemukan, dia menarik dan memperlihatkan satu buah jubah besar padaku dalam gantungan tangannya.

     "Tidak seburuk itu," Komentar Lilac.

Tanpa basa-basi, aku mengambil jubahnya dari tangan Ginny dan segera mencoba untuk memakainya. Aku lihat diriku sendiri dalam pantulan cermin, berlama-lama mengamati tubuhku yang tampak seperti tenggelam dalam besarnya jubah ini. Selain itu, warnanya memang sedikit luntur, kancingnya pun terlihat telah diperbaiki beberapa kali, dan terakhir— logo gryffindor-nya tampak sudah usang.

𝐋𝐢𝐭𝐭𝐥𝐞 𝐆𝐫𝐚𝐧𝐠𝐞𝐫? | Draco Malfoy X ReaderWhere stories live. Discover now