Chapter 47 - Ganjaran

Mulai dari awal
                                    

Aruna menggendong sahabatnya itu dan membawanya menjauh dari reruntuhan, dengan sekali ucap beberapa ranting membentuk sebuah sarang burung besar, bulat seperti mangkuk dan terlihat rapi serta nyaman, dirasa aman ia baringkan Feyra di sana. 

Tidak ada kata ataupun suara yang keluar dari mulut Aruna ketika melihat kehancuran di hadapannya, mata beningnya kembali berkaca-kaca, memori buruk dan indah yang sebelumnya hadir dalam benaknya membuat Aruna tidak tahu harus berbuat apa. Hingga pada akhirnya kutukan itu keluar dari mulutnya untuk memberikan pelajaran pada manusia serakah seperti Xavier.

Axcel dengan langkah tertatih pelan menghampiri Aruna yang masih berdiri tertegun melihat kekacauan yang mereka perbuat. Ia merengkuhnya dan membiarkan kekasihnya itu menangis di pelukannya, berharap Aruna tak lagi menyalahkan dirinya sendiri dengan apa yang terjadi hari ini. 

"Menyalahkan diri sendiri juga bukan pilihan yang baik, kamu juga tau jika segala sesuatu yang diperbuat ada konsekuensinya, kita mungkin hanya perantara untuk menghukum mereka Aruna."

Dengan lembut Axcel mengusap kepala Aruna, mencoba menenangkan pikiran kacaunya. Aruna merenggangkan pelukannya lalu menatap Axcel, setelah menyeka air mata di pipinya. 

"Kamu gak marah aku berkata kasar bahkan mengutuk suami Ibumu?" tanya Aruna dengan mimik lucu khasnya. 

"Mungkin jika tidak ada kamu, aku yang sudah membunuhnya, tapi aku rasa hukuman terberat bukanlah kematian melainkan justru tidak bisanya mengakhiri hidup," jawab Axcel terkekeh karena pertanyaan itu. 

Aruna kembali memeluk Axcel, dia ingat bagaimana tadi pria yang ia dekap itu tiba-tiba tergeletak begitu saja setelah mengeluarkan kekuatan sebesar itu. Pikirannya kalut saat itu dan membuatnya tidak bisa berpikir, siapa sangka kejadian itu membuat semua memori dari Alstro memperburuk hadir dan merubah situasi.

"Bagaimana caranya memperbaiki kekacauan ini?" mendengar pertanyaan Aruna, Axcel melepaskan pelukannya. 

Ikut menatap kekacauan yang ia buat dan beberapa orang yang masih bernapas tergeletak di mana-mana. Tak banyak sebenarnya orang yang tewas di tempat itu, hanya saja jika mereka dibiarkan begitu saja, maka orang-orang itu juga pasti akan mati. 

"Kamu memaafkan mereka?" 

"Mereka gak bersalah di sini Axcel, mereka hanya salah karena mereka berharap pada manusia tamak dan rakus seperti Xavier." 

Axcel terdiam, ucapan Aruna memang ada benarnya. Namun melihat bagaimana mereka begitu setia pada pria tua itu, membuat Axcel sedikit mengeraskan hatinya, hingga berpikir untuk membiarkan mereka semua mati begitu saja. Lalu mengubur mereka semua dengan sejarah kelam di desa ini. 

"Kamu benar. Kita bawa dulu Feyra dan obati Arkan, setelah itu kita pikirkan lagi caranya, mungkin Arkan punya saran."

Setelah diskusi kecil itu, Aruna menghampiri Arkan untuk menyembuhkan luka dan juga mengeluarkan racun di dalam tubuhnya. Sedangkan Axcel mengevakuasi para korban kejadian ini dengan sedikit kekuatannya yang kembali berangsur pulih. 

Aruna bahkan dengan baik hati juga mengobati luka-luka para pengikut Xavier dan dengan bantuan orang-orang yang tersisa, mereka akhirnya bisa mengevakuasi tempat itu. 

o0o

Setelah perdebatan panjang diambilah sebuah keputusan yang di rasa baik untuk semua. Aruna akan memakai kekuatan untuk menghilangkan ingatan mereka tentang kejadian hari ini, memberi mereka kesempatan kedua untuk memulai kembali kehidupan mereka.

Salah satu pengikut  Almeta yang memegang tanggung jawab desa itu diajak untuk mengadakan perjanjian. Bahwa Aruna sanggup untuk membawa mereka agar di proses hukum jika mereka masih mengusik Alstro, namun jika mereka mundur maka Aruna akan menganggap ini semua salah paham saja. 

I Did [VMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang