-Part 9-

673 125 13
                                    

Pagi harinya, Chaeyoung sudah bisa berangkat kesekolah namun kali ini dia akan dihantar oleh Chanyeol yang akan terus mengikutinya.

"Ingat Chaeyoung, pastikan kamu langsung pulang setelah waktu jam sekolah tamat!" Tegas Dowon.

"Arrasso Appa" sahut Chaeyoung patuh.

"Appa, bisa aku berangkat bersama Chaeyoung?" Tanya Lisa meminta izin.

"Tidak! Kamu berangkat bersama supir seperti biasa. Appa tidak mau kamu terlalu sering menghabiskan waktu kamu bersama Chaeyoung!" Sahut Dowon.

"Kenapa Appa!? Chaeyoung itu saudara aku. Apa salahnya aku sering menghabiskan waktu aku bersama dia!?" Tanya Lisa yang sudah terlanjur emosi dengan semua peraturan sang Appa.

"Kamu ingin menentang Appa hah!?" Dowon berteriak marah.

"Kalau iya kenapa!? Sampai kapan lagi aku harus mengikuti semua keinginan Appa!?" Balas Lisa.

"Kurang ajar!"

Dowon bangkit lalu menghampiri anak bungsunya itu.

Plakkkk

Satu tamparan diberikan olehnya kepada Lisa membuatkan wajah yeoja berponi itu berpaling.

"Dowon!" Hwayeon berteriak marah. Dia mendorong sang suami menjauh dari anak anaknya.

"Lisa-ya" Chaeyoung mengelus pipi Lisa yang sudah sedikit bengkak itu.

"Aku tidak apa apa Chaeng" ujar Lisa tersenyum dengan sedikit ringisan.

Prakkk

Jennie membanting sendok makannya. Dia bangkit lalu menghampiri sang Appa "Cukup Tuan Shin! Jangan pernah kamu menyakiti saudara saya lagi!" Marahnya.

"Kamu juga mau menentang Appa hah!?" Tangan Dowon sudah terangkat untuk menampar pipi Jennie.

Namun secara tiba tiba tangannya itu dipegang oleh seseorang "Tuan Shin, tenang lah" ternyata Chanyeol yang memegang tangannya.

Dengan kasarnya Dowon menghempaskan tangan Chanyeol "Kamu jangan ikut campur! Kamu itu hanya pembantu!" Sentaknya emosi.

"Saya ditugaskan untuk menjaga anak Tuan dan sekarang saya hanya menjalankan tugas saya" jelas Chanyeol dengan wajah yang datar.

"Mendingan kalian berangkat sekarang. Biar Eomma yang menguruskan Appa kalian" timpal Hwayeon menatap ketiga anaknya secara bergantian.

Jennie menghembuskan nafasnya dengan kasar "Aku duluan" setelah menyambar tasnya, dia langsung pergi meninggalkan mansion.

"Kamu berangkat sama pak supir seperti biasa ya. Kita ketemu disekolah" bisik Chaeyoung mengelus pundak Lisa.

Akhirnya Lisa sudah tidak punya pilihan. Dia mengangguk pasrah dan berganjak pergi menghampiri sang supir yang sudah menunggunya.

"Eomma, aku duluan" pamit Chaeyoung sebelum berganjak pergi bersama Chanyeol.

"Kamu sudah keterlaluan Dowon-ah!" Setelah kepergian ketiga anaknya, Hwayeon akhirnya mengeluarkan amarahnya.

"Aku hanya memberi pelajaran kepada anak anak kita! Tidak seharusnya mereka kurang ajar!" Balas Dowon.

"Mereka kurang ajar juga gara gara kamu! Kamu yang mengekang mereka"

Dowon menatap Hwayeon dengan tajam "Kamu jangan ikut campur! Aku tahu bagaimana caranya untuk mengurus anak anak aku!"

"Mereka juga anak anak aku!" Balas Hwayeon.

Dowon terkekeh sinis "Semua kekayaan ini milik aku. Jika aku menceraikan kamu, anak anak akan menjadi milik aku dan kamu tidak ada hak keatas mereka" bisiknya.

Setelah melihat sang istri diam tidak berkutik, dia berganjak pergi dari sana dengan santai seakan tidak ada apa apa yang terjadi.

"Dasar suami gila!" Umpat Hwayeon dengan emosi. Jika saja dia tidak memikirkan nasib anak anaknya, sudah pasti dia pergi meninggalkan suami gilanya itu.

*

Disisi lain, terlihatlah Jisoo yang memijit pelipisnya dengan pusing. Sekarang dia lagi mengadakan meeting bersama kolega businessnya itu namun semua idenya ditentang dengan keras.

"Jika kita membaik pulih project itu, kita bisa mendapat keuntungan yang tinggi" ujar Tuan Jeon.

"Kita memang akan mendapatkan keuntungan yang tinggi tapi kita juga akan mendapatkan banyak masalah. Struktur binaan untuk project itu memerlukan dana yang banyak dan kita tidak bisa mengorbankan semua dana kita hanya untuk satu project kecil ini!" Ujar Jisoo berusaha tenang.

"Apa yang kamu tahu soal ini huh? Kamu itu hanya wanita kecil yang tidak tahu apa apa soal business" sinis Tuan Jeon.

Jisoo menghembuskan nafasnya dengan kasar "Terserah Tuan saja. Jika Tuan tidak ingin mendengarkan ide saya, kita batalkan saja kerjasama ini. Saya tidak butuh orang yang bisa merugikan perusahan saya seperti anda"

Raut wajah Tuan Jeon berubah "Kamu sombong sekali. Ck, lihat saja Ms Shin, saya akan pastikan kamu menyesal karena tidak menerima usulan saya ini"

"Saya tidak akan menyesal" sahut Jisoo dengan datar.

Tuan Jeon bangkit dan bergegas pergi dari sana bersama sekertaris kepercayaannya.

"Ms, anda yakin?" Tanya Jeje, sekertaris kepercayaan Jisoo.

"Ini yang terbaik untuk perusahan kita" sahut Jisoo.

"Tapi Tuan Shin pasti marah karena kerjasama kita ini batal" ujar Jeje ketakutan.

Jisoo mengusap wajahnya dengan kasar "Biar saya uruskan Tuan Shin. Kamu tenang saja"

"Baiklah Ms"

"Ngomong ngomong, kamu sudah tahu apa yang terjadi sama keluarga saya?"

Jeje mengangguk "Sudah Ms. Seperti yang Ms inginkan, saya sudah membayar bodyguard untuk memantau keluarga Ms dari jauh. Bodyguard itu bilang kalau ketiga saudara Ms keluar dari mansion dengan raut wajah yang emosi. Sepertinya ada sesuatu yang terjadi"

Jisoo mendengus. Dia tahu semua itu pasti ulah sang Appa "Bilang sama bodyguard itu untuk berhenti memantau mereka. Kamu siapkan semua keperluan saya sekarang karena saya akan kembali ke Seoul"

"Baiklah Ms" sahut Jeje dengan patuh.

Sejujurnya Jisoo belum siap untuk kembali dan menerima amukan dari sang Appa namun dia harus memikirkan tentang ketiga saudaranya itu. Dia takut sang Appa kembali berbuat nekat dan itu bisa membahayakan Eomma bersama adek adeknya.

Sebagai Kakak yang tertua, Jisoo sudah berjanji kepada dirinya sendiri kalau dia akan berusaha menjaga dan melindungi orang orang yang dia sayangi.









Tekan
   👇

Senja ✅Where stories live. Discover now