Chapter 1

27.8K 989 27
                                    

Tidak ada senyuman barang sedikitpun yang Alliyah sunggingkan dari kedua sudut bibir tipisnya ketika menyalami tamu undangan yang hadir pada acara pernikahannya. Wajahnya tampak murung dengan mata yang kian membengkak sebab tangis yang tiada berujung. Beberapa waktu lalu, prosesi akad nikah sudah terlaksana dengan lancar tanpa kendala disebuah ballroom hotel bintang lima yang berada di Semarang. Namun, pernikahan itu bukan yang Alliyah inginkan. Laksita Alliyah Candrakanti tidak merasa bahagia dengan pernikahannya.

Setelah kepergian kekasihnya tepat tujuh hari sebelum pernikahan dilangsungkan, Alliyah merasa pernikahan tidak perlu dilanjutkan. Hidupnya telah berhenti, arah jalannya telah kacau tanpa tahu tujuan. Impiannya untuk menjalin hubungan pernikahan setelah tiga tahun menjalin kasih harus sirna begitu saja. Sang kekasih, Daniswara Mahawira Nainggolan telah pergi dan tidak akan pernah kembali.

Dekorasi indah yang menghiasi sepanjang jalan menuju altar tidak lagi Alliyah anggap istimewa setelah tertusuk dengan kenyataan pahit bahwa yang bersanding dengannya di altar nanti bukanlah Daniswara, melainkan Rony. Alliyah hanya mampu tersenyum getir ketika mengingat bagaimana jahatnya takdir yang Tuhan berikan padanya. Menikah dengan calon kakak iparnya, sungguhan tragis. Persis seperti drama yang belum lama ini ia tonton.

Alliyah enggan melirik kesampingnya, tempat di mana Rony, laki-laki yang beberapa saat lalu mengucap akad pernikahan atas dirinya sedang menyalami tamu undangan dengan senyum tipisnya. Alliyah tidak mengerti dengan pikiran Rony saat menerima permintaan itu, apa ia tidak merasa terpaksa sama sekali, apa Rony tidak memiliki kekasih sehingga ia langsung setuju, entahlah, Alliyah tidak mau tahu.

Alliyah tahu pernikahan ini tidak akan berjalan mudah, mungkin perpisahan akan menjadi ujungnya. Dulu sekali, Alliyah paling takut dengan kata perceraian namun, untuk pernikahan ini perceraian adalah hal yang ia inginkan.

Area ballroom mewah itu dipadati oleh kerabat yang turut berbahagia atas pernikahan mereka. Suasana yang syahdu tidak menghalangi bisik-bisik tetangga persoalan pengantin pengganti. Namun, baik Alliyah maupun Rony seolah tuli tak peduli dengan semua ucapan mereka. Pikiran kedua pengantin itu sudah penuh dan tiada ruang untuk memikirkan gunjingan mulut-mulut tidak tahu diajar itu.

Baru beberapa menit Alliyah berdiri dengan heelsnya menyalami para tamu yang rata-rata hanya kerabat dekat kakinya mulai terasa pegal, tubuhnya juga merasa lemas mungkin karena Alliyah tidak memperhatikan kesehatannya akhir-akhir ini. Alliyah mendudukan dirinya yang sontak mengundang perhatian dari laki-laki di sampingnya.

"Capek ya, duduk aja. Dilepas heelsnya biar nyaman" ucapnya, terdengar tulus dan perhatian di telinga orang lain, bukan Alliyah. Alliyah tidak menanggapi, ia bergeming tanpa menoleh pada Rony sedikitpun. Alliyah akui Rony adalah laki-laki yang penuh lemah lembut, ia selalu peduli untuk setiap gerak-gerik Alliyah tepatnya dimulai ketika tercetus rencana pernikan mereka. Namun, apalah arti itu semua bila sedari awal bukan Rony yang Alliyah inginkan.

Setelah semua rangkaian prosesi pernikahan berlangsung Alliyah memisahkan diri dari semua anggota keluarganya yang masih berkumpul di hotel tempat pernikahan berlangsung. Rencananya, setelah pernikahan berlangsung semua anggota keluarga akan menginap semalam di hotel itu. Begitu juga dengan pengantin, bahkan sudah disiapkan kamar khusus bagi Alliyah dan Daniswara. Namun, itu tidak Alliyah butuhkan lagi. Ia tidak ingin menghabiskan malam bersama Rony, suami penggantinya.

Alliyah mengemudikan mobil seorang diri tanpa ada yang menyadari. Perempuan meninggalkan tempat acara ketika semua keluarga sedang sibuk berbicara satu sama lain sehingga tidak ada yang sadar bahwa sang pengantin perempuan sudah hilang entah kemana.

Alliyah lekas turun dari mobilnya dengan susah payah akibat gaun pengantin yang terlampau panjang menghalangi langkahnya. Alliyah bawa kakinya untuk menaiki tangga dan menuju ke kamarnya. Ia dudukan raganya yang lelah itu di ranjang yang berhias kelopak mawar merah yang sangat cantik. Kamar yang tadinya juga akan menjadi saksi malam indah antara Alliyah dan Daniswara kini harus sirna begitu saja.

Sandyakala [Proses Revisi]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora