"Orang sialan itu!" Umpat Ehrlich menatap seorang pria berkacamata hitam.

Sangat terlihat dalam pandanganmu Erlich yang menahan amarah dan ingin memberi pelajaran pada orang tersebut. Kamu segera menegurnya sebelum ada hal buruk yang bisa saja terjadi.

"Hei, jangan gegabah, itu bukan tubuhmu! Pikirkan dengan baik dan penuhi saja misi!"

Ehrlich melihat sekitarnya dan berjalan begitu saja menuju kamar kembali. Ia berjalan dengan cepat dan terburu-buru, sesekali ia melihat sekitarnya. Setibanya di kamar ia segera duduk dan kembali menyantap setengah soto lamongan yang belum ia habiskan.

"Kenapa Bapak tadi keluar?" tanya Gaetano.

"Saya mengikuti Ibu Flara."

"Maksud Bapak Ibu Panti? Memangnya kenapa Pak?"

Ehrlich hanya diam saja dan menghabiskan makannya tanpa menanggapi pertanyaan dari Gaetano.

"Hei, kamu bisa lihat dia?" Tanya Ehrlich sambil menunjuk ke arahmu.

"Maksud Bapak makhluk berbentuk seperti ikan koi bermotif macan tutul itu?"

"Sepertinya kamu benar-benar bisa melihatnya ya?" Ehrlich terdiam.

"Pak, jadi tadi kenapa Bapak mengikuti Ibu Panti?"

"Kamu tahu, panti ini akan dihancurkan. Dan teman-temanmu memiliki ancaman tidak punya tempat berlindung lagi."

Sebuah notifikasi baru muncul dengan tugas yang baru. "Ehrlich, kamu harus bisa mengungkap kebenaran peruntuhan panti!"Ucapmu setelah menerima notifikasi.

"Kamu bisa mendengar apa yang dia katakan?" Ehrlich menunjuk kembali ke arahmu.

"Bapak itu aneh-aneh saja, ikan itu tidak berbicara! Ia hanya berdiam saja disamping bapak"

Ehrlich berdecak dan terdiam, sesaatnya dia menyimpulkan apa yang tadi ia lihat. "Kamu tahu, sepertinya panti akan dirubuhkan begitu saja. Itu artinya, kamu maupun teman-temanmu tak akan memiliki rumah lagi."

Gaetano terkejut mendengar perbicaraan Ehrlich, ia buru-buru mendekati Ehrlich dan mencoba memegang lengan tubuhnya namun tembus begitu saja. "Bagaimana bisa begitu pak?"

"Ada orang asing yang mendatangi dan menghubungi Ibu Flara, dan ia bilang akan merubuhkan panti dalam tenggat waktu tiga bulan lagi. Bahkan ia mengancam akan mengusir tanpa mempedulikan nasib panti ini."

"Pak kita tidak bisa diam saja! Bapak harus memberi pelajaran pada mereka! Meski rumah panti ini seperti tidak terurus dan rusak, aku tidak sudi jika Panti digusur begitu saja! Mau dimana kami akan tinggal?"

"Jadi bagaimana, aku boleh bukan berbuat usil pada mereka menggunakan tubuhmu?"

"Tentu saja pak! Itu akan lebih baik daripada Bapak tidak berbuat apapun!"

"Tentu saja! Lebih baik kamu bermanfaat bagi panti ini dengan mengusir mereka, dengan begitu pasti aku dapat memperbaiki hidupmu!"

Ehrlich tersenyum puas dan melirik kearahmu dengan tajam seolah berkata, Kau lihat? Aku bisa melakukan apapun dengan tubuh ini.

Sebuah sistem muncul dari hadapanmu dengan peringatan untuk memperlihatkan ingatan Ehrlich dimasa lampau. Kini kamu terlempar pada ingatan lima tahun lalu ketika akhir pekan.

"Kamu inget ya, nanti bantu saya membereskan laporan besok!" ujar Erlich kepada seketarisnya.

Aadam menatap Erlich dengan sinis, sungguh ia tidak tahan dengan sikap ayahnya pada ibunya. Ia menghela nafas dalam, "Urusin uang aja terus Pah, soalnya kita gak penting buat Papah!" nada dendam, putus asa, dan kekecewaan terdengar di nada bicaranya.

Ehrlich menatap Aadam dengan mengintimidasi, diam-diam dia mengencangkan grahamnya. Ini buruk! Aadam akan di tegur dengan keras saat sudah dirumah. Entah apa yang akan Ehrlich lakukan nanti pada Aadam.

"Ayah, Ibu mengirim pesan terakhirnya untuk ayah. Ia memintaku merekamnya. Ayah bisa lihat di video yang telah aku kirimkan sejak sepuluh hari yang lalu." Aadam berjalan menjauhi Ehrlich, sepertinya ia ingin meredakan amarahnya pada ayahnya?

Ehrlich melihat pesan yang dikririmkan oleh Aadam, bisa-bisanya riwayat chat dari anaknya belum dilihat sama sekali?!

Ah, apa yang kau harapkan? Pesan anaknya tertimpa dengan pesan dari pekerjaan!

Suara Ayu terdengar ketika video dimulai, terdengar lemas. "Sudah dimulai?" Ayu tersenyum dengan sedikit menahan rasa sakit. "Ehrlich aku harap kamu bisa lebih berkepala dingin, mempunyai hati yang penuh empati, dan mau mengorbankan diri."

Rekaman telah selesai diputar dan Ehrlich masih melihat rekaman yang telah terhenti.

Dengan tiba-tiba kamu terseret kembali pada masa kini. Kamu merasa ada yang tidak beres dengan misi yang harus diberikan pada Ehrlich.

Dia sendiri ini punya masalah, kenapa dia harus memperbaiki hidup orang lain bukan dirinya sendiri?! Kamu kemudian berniat ingin mencampuri pilihan Ehrlich, dan peringatan mulai muncul.

Pemain, dilarang mencampuri urusan tokoh.

Seluruh akses untuk berbicara atau pemberitahuan dimatikan, kini kamu benar-benar tidak bisa mencampuri apapun yang Ehrlich lakukan, terkecuali memang dibutuhkan.

Dasar sistem sialan!

Sejak tadi kamu benar-benar hanya bisa berada disamping Ehrlich tanpa bisa menegurnya sama sekali. Diam-diam kamu merasa kesal dan menyesal telah menyetujui semua yang telah terjadi.

Apa bisa aku keluar begitu saja dari tanggung jawabku sebagai penjaga gerbang yang tidak bisa melakukan apa-apa?

Muncul notifikasi peringatan didepan layarmu untuk tetap menjalankan tanggung jawab hingga selesai.

Ah baiklah, lagi pula aku penasaran apa dia bisa kembali atau dia akan tetap ada di dunia ini, lagipula aku tidak ikut terdampak dari semua pilihannya.

"Pa, ikannya ikutin Bapak dari tadi ya." Gaetano mencoba mensejajarkan langkahnya dengan tubuh Ehrlich.

Ehrlich hanya mendiami celetukan Gaetano, ia tetap berjalan sambil membawa segelas kopi. Entah kenapa kamu merasa curiga dengan seluruh tindakkan Ehrlich, ada yang tidak beres.

"Permisi Bu, ini saya membawa minuman untuk tamu Ibu." Ehrlich masuk dan menundukkan kepala. Ah, pas sekali dengan gelas orang tersebut yang telah kosong.

"Gaetano, kenapa kamu keluar kamar?"

"Saya keluar karena saya merasa sedikit suntuk didalam kamar bu, saya hanya ingin berjalan-jalan." Ehrlich meletakan gelas tersebut pada meja.

"Anak-anak panti ini begitu sopan dan baik sekali ya bu." Pria itu tersenyum simpul pada Ibu Flara.

"Pak, Bu, saya izin pergi dulu." Ehrlich pergi begitu saja setelah izin pamit.

Melihat Ehrlich tanpa mengetahui apa yang dipikirkannya membuatmu mengeluh, dalam hati kamu berandai untuk dapat mengetahui apapun yang dipikirkan Ehrlich.

Merespon pikiranmu, sistem mengabulkan apa yang kamu pikirkan.

Pemain dapat mengetahui isi pikiran tokoh.

Orang penuh tipu muslihat, mulutnya saja manis padahal ingin menghancurkan panti ini! Pikir Ehrlich yang dapat kamu ketahui.

Ehrlich sembunyi mengamati pria itu, mungkin saja ia berharap dapat melihat wajah kesal dari sang pria.

Pria itu meminum kopi dan sekejap langsung menyemburkannya lagi. Terlihat Ibu Flara yang segera menyodorkan lap tangan dan menatap khawatir.

"Kopi ini asin sekali!" keluh sang pria.

"Maafkan kami pak, mungkin saja Gaetano tidak bisa membedakan antara gula pasir dan garam."

"Baiklah bu, omong-omong ini jadwal saya akan kesini lagi. Selama itu saya akan membicarakan hal lebih lanjut yang telah kita perbicarakan." Pria itu menyodorkan berkas dalam map berwarna biru.

"Saya masih memiliki urusan lagi, jadi mungkin ada baiknya pertemuan kita sampai disini lebih dahulu. Saya pamit terlabih dahulu bu." Sang pria segera pergi dan keluar dari ruangan setelah menyampaikan salam.

AbikaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang