0X1

7 2 2
                                    

Kireyna atau gadis yang kerap disapa dengan Reyn ini sontak menjadi pusat perhatian ketika gadis itu menginjakkan kakinya di kantin Fakultas Teknik. Pasalnya bukan hanya dirinya saja yang menarik, tetapi kedatangannya bersama dua pemuda berwajah tampan ini juga mengundang banyak mahasiswa untuk memperhatikan mereka.

Wajar kalau kemunculan Reyn bersama pacarnya Rasha dan Yohan ini mengundang perhatian. Ketiganya termasuk dalam mahasiswa aktif yang bergerak dalam organisasi kampus, atau BEM nama kerennya.

Dengan Yohan yang memegang jabatan sebagai presiden, Rasha dan Reyn ada dalam satu divisi yang sama. Prestasi dan paras good looking mereka lah yang membuat popularitas menghampiri ketiganya dengan instan. Niatnya mereka datang untuk membeli makan siang hitung-hitung sebagai makanan penambah energi karena masih ada agenda rapat setelah ini.

Rasha merangkulkan tangannya pada pundak sempit gadisnya sedangkan Yohan mengikuti di belakang. Sempat tidak percaya, gadis berambut hitam panjang itu mengusap matanya beberapa kali. Mungkin bisa saja ia salah lihat tetapi celetukan Rasha membuatnya yakin.

“Itu yang duduk sendirian Adhis bukan sih? Teman kita waktu SMA,” celetuk Rasha seraya menunjuk ke arah seorang gadis yang tengah menyantap makanannya sendirian.

“Aku pikir salah lihat kirain bukan dia, samperin aja yuk? Kita duduk sama dia,” ajak Reyn. Gadis itu seketika melepaskan tangan Rasha dan melesat mendatangi sahabatnya semasa sekolah menengah itu. “Adhis! Kok nggak kasih tahu gue kalau lo kuliah juga di sini? Ambil jurusan apa lo? Gue pikir tadi salah lihat aja tapi Rasha juga ngelihat lo,” cecar Reyn.

Adhisty Latavia atau Adhis ini menoleh cepat ketika namanya dipanggil oleh seseorang. Netranya membulat sempurna ketika melihat seseorang yang ia kenal baik dan bahkan berteman dengannya sampai sekarang. Gadis bertubuh semampai itu segera menyambar air minumnya cepat dan meneguknya sampai tandas.

Tadi, sebelum Reyn datang menyerbunya dengan berbagai pertanyaan, gadis itu sedang menyeruput kuah seblak yang masih panas dan tentu saja pedasnya bukan main. Adhis tersedak sampai batuk dan hidungnya mengeluarkan ingus. Yohan yang sedari tadi diam saja ini kemudian mengambilkan selembar tisu dari sakunya lalu memberikannya pada Adhis.

“Makasih,” balas Adhis lirih. Jujur tenggorokannya terasa sakit dan panas sekali sekarang.

“Keselak tuh Adhisnya gara-gara kamu kagetin,” ucap Rasha pada Reyn.

Reyn meringis kecil. “Maaf deh kan gue nggak tahu kalau lo lagi nyeruput kuah seblak. Habis ini gue jajanin es biar rasa panasnya hilang. Gue sama mereka duduk di sini ya? Gue senang banget bisa satu kampus sama lo. Kok waktu ospek kita nggak ketemu sih?”

“Anjir sakit banget hidung gue. Gue tagih nanti ya benaran, duduk aja santai. Gue baru masuk kuliah tahun ini, Reyn. Ya lo tahu lah keadaan orang tua gue gimana dan kebetulan baru ada duitnya tahun ini. Gue sering lihat lo pacaran sama Rasha di koridor. Lo berdua masih awet aja,” balas Adhis.

Rasha menarik kursi di sebelah Reyn lalu mendudukinya. “Lo lihat kenapa nggak manggil coba,” kata Rasha ikut dalam pembicaraan.

“Hectic banget kelas gue, Sha. Reyn selesai kelas eh gue baru masuk. Ini kalian nggak mau pesan makan? Gue jadi nggak enak kalau makan sendirian,” tanya Adhis.

“Biar gue aja yang pesan. Lo mau makan apa Sha, Reyn?” tanya Yohan. Pemuda tinggi itu berdiri kembali. Ia hanya membawa handphone juga dompet di tangan. Pandangannya bergerak bebas meneliti jajanan apa saja yang akan masuk ke dalam perutnya.

“Gue mau seblak kayak punya Adhis deh. Ngiler banget kuahnya merah gitu kan jadi kepengin. Makanan gue dibayarin sama Rasha,” kata Reyn dengan cengiran tanpa dosanya. Rasha hanya tersenyum lalu mengacak rambut gadisnya gemas.

0X1=LovesongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang