26. PINDAHAN

14 5 0
                                    

Halo?
Jangan lupa klik bintang di pojok kiri bawah sebelum membaca,
dan berikan komentar selama membaca.
Oke?
Selamat membaca ❤️
__________________________________

"Akhirnya ...." Sana terkejut menyaksikan Dean menghempaskan tubuh ke sofa ruang tamu begitu tiba di apartemen lelaki itu. Suami kontraknya sudah mengantongi izin dari Althaf untuk kembali menempati apartemen. Hal yang sontak mengaktifkan aura cerah di wajah Dean. Sejak dalam perjalanan menuju apartemen, lelaki itu tak henti-hentinya tersenyum puas seperti baru saja memenangkan hadiah utama dalam sebuah kompetisi. Raut lega terpancar jelas di wajah lelaki yang kini tengah berbaring nyaman di sofa. Menyisakan Sana yang berdiri bingung di belakang pintu. Agaknya Dean telah melupakan kehadiran gadis itu dan malah asyik memainkan ponsel.

Sana menatap datar, lelaki itu apa tak ingat datang kesini bersama istri kontraknya? Apa setelah mendapatkan yang dimau, Dean melupakan pihak yang secara tidak langsung membantu mewujudkan impian lelaki itu begitu saja?

Sana menimang-nimang hal yang akan ia lakukan; menata barang yang mereka bawa? Langsung mengerjakan tugas housekeeper? Atau-apa? Ia melirik tas miliknya dan koper milik Dean yang teronggok di dekat sofa. Lalu tatapnya berpindah pada sosok di atas sofa. Apa ia perlu bertanya?

"Em, Kak?" Sana bersuara untuk menarik perhatian Dean. Beruntung, Dean mendengarnya dan menoleh.

Begitu Sana akan mengajukan pertanyaan, Dean terlebih dahulu bicara, "Oh! Kamar kamu di sana," Sana mengikuti arah telunjuk Dean yang mengacu pada bagian dalam apartemen. Ia pun melongokkan kepala untuk melihat sudut mana yang dimaksud. Lalu tertangkaplah sebuah pintu di ujung lorong.

"Yang pintunya keliatan dari sini?" tanya Sana merujuk pada pintu yang ia lihat.

"Bukan. Kamar kamu yang di sebelahnya, sebelah kanan. Sebelah kanannya kamu." Sesuai jawaban dari Dean, mata Sana pun mencari-cari pintu yang dimaksud. Sayangnya, pintu itu tidak terlihat dari ruang tamu.

"Kamu masuk aja, Na. Nanti ketemu kok kamar kamu," Mengikuti ucapan Dean, Sana pun melangkahkan kaki menuju bagian dalam apartemen lelaki itu dengan tangan menjinjing tas bawaannya. Sementara koper milik Dean ia biarkan tetap di dekat sofa sebab si pemilik koper tidak memintanya untuk memindahkan barang tersebut ke dalam kamar.

Berjalan di sepanjang lorong, mata Sana menangkap dapur minimalis di sisi kiri, lalu ruang makan di sisi kanan.

Begitu tiba di depan kamar milik Dean, Sana menoleh ke sebelah kanannya dan menemukan kamar yang dimaksud oleh Dean.

Menghampiri kamar tersebut, ia pun memotek daun pintu dan memasuki ruangan yang akan menjadi tempat tidurnya selama berada di sana.

"Wah, gelap," Tangan Sana merambati dinding untuk menemukan saklar lampu agar ia dapat melihat keadaan di dalam kamar tersebut.

Setelah dapat, ia segera menekan tombol saklar dan terpampanglah isi kamar yang akan ditempatinya.

"Waaah," Mata Sana melebar, tatapnya berpendar mengelilingi sudut-sudut kamar tersebut. Dalam hati mengabsen tiap-tiap hal yang dilihatnya, ia melihat AC menempel di dinding atas, jendela yang tertutup tirai, kasur Queen size, dan meja nakas yang di atasnya berdiri sebuah lampu tidur.

Kaki-kaki Sana segera berderap mendekati kamar mandi yang tersedia. Wah, kayak kamar mandi hotel, ia menatap takjub pada fasilitas yang ada di kamar mandi tersebut; pada cermin, wastafel, WC duduk, sekat kaca yang memisahkan tempat mandi dengan tempat buang air, shower, bahkan pada lantai kamar mandi tersebut. Semua hal itu memukau mata Sana.

Puas memandangi kamar mandinya, Sana bergerak menghampiri jendela di dalam kamar yang masih tertutup tirai. Menyingkap tirai, ia menggeser ke samping untuk melihat pemandangan luar melalui kaca jendela. Terpampanglah penampakan jalan raya yang selalu ramai dipadati kendaraan bermacam-macam model dan jumlah roda.

Sana : Work, Marriage, LoveWhere stories live. Discover now