Mau tak mau Beomgyu mengangkat kepalanya dan barulah dia mengetahui bahwa Yeonjun sedang tersenyum lembut padanya.

Tapi pada detik berikutnya, senyuman itu hilang karena Yeonjun menahan tawanya tepat saat dia melihat wajah Beomgyu yang sedang menahan malu.

"Ja-jangan ketawa!" pekik Beomgyu sok galak dan usaha itu gagal karena tawa Yeonjun malah pecah sekarang.

"Maaf, maaf. Abisan muka lo lucu!" ujar Yeonjun di sela-sela tawanya.

Seketika Beomgyu jadi menyesal karena sudah merasa khawatir tadi.

***

Memang benar kata orang-orang. Jangan pernah membuat keputusan di waktu larut malam dan subuh hari.

Like, apa maksudnya dalam waktu kurang dari enam jam Beomgyu sudah memiliki pacar dan pacarnya adalah sahabatnya sendiri? Bahkan durasinya lebih pendek dari itu.

Laki-laki yang dikenalnya sejak bayi, yang sangat royal pada orang lain, yang tidak mau mengalah kalau sedang adu mulut, dan yang suka memancing emosinya dengan tingkah acaknya itu adalah pacarnya sekarang.

"Jadi gini, gua gak apa-apa kok, Gyu. Gak usah khawatir." kata Yeonjun setelah puas menertawai wajah Beomgyu yang kusut karena baru saja melalui salah satu masa krisis dalam hidupnya.

Beomgyu yang awalnya kesal karena ditertawai mulai merasa rileks karena ketakutannya tidak benar-benar terjadi. "Kok bisa? Gue 'kan ngelakuinnya tanpa bilang–"

"Karena gua suka lo?"

Beomgyu merapatkan bibirnya. Kepalanya mendadak pusing lagi dan pipinya memanas karena kata-kata Yeonjun yang padahal sudah diketahuinya.

"Terus, karena tadi, gua jadi tahu suatu hal,"

Mata bulat Beomgyu berkedip penasaran. Entah kenapa dia mengantisipasi kalimat Yeonjun selanjutnya.

Salah satu ujung bibir Yeonjun terangkat sebelum akhirnya melanjutkan perkataannya, "gua jadi tahu kalo lo juga suka sama gua."

Skak mat.

Beomgyu ingin menyembunyikan diri di dalam inti bumi saja rasanya.

Karena sudah tidak bisa menahan rasa malu dan tubuhnya tidak bisa diajak berkompromi untuk kabur, tubuh Beomgyu secara otomatis memilih coping mechanism jalur menangis. Lagi.

Yeonjun yang tadinya tersenyum bangga langsung panik kebingungan karena tangisan Beomgyu lebih kencang dari yang sebelumnya.

"Gyu ...? Kok nangis lagi sih?!" tanya Yeonjun panik sambil memegang pundak pemuda yang lebih muda.

Mana pernah Yeonjun mengira kalau sahabatnya yang lucu ini ternyata sebegini cengengnya? Jadi selama ini dia benar-benar berpura-pura tangguh?

"Gyu ..., udah dong nangisnya .... Gua berasa abis jahatin lo sekarang," ujar Yeonjun sambil mengelus punggung Beomgyu yang masih berusaha menghentikan tangisannya.

"Ya abisan– Lo! Langsung tembak mati begitu ...," kata Beomgyu susah payah sambil menghapus sisa-sisa air mata di pipi.

"Yang tembak mati siapa? Gua cuma pernah nembak lo jadi pacar gua–"

"HUWAAAAAAAAA!!!"

Kepala Yeonjun ikut pusing. Beomgyu benar-benar seperti bayi sekarang.

"OKE! Maaf, maaf. Jadi maksudnya gimana? Perkataan gua bener?"

Beomgyu dengan pasrah mengangguk. Dirinya tidak sanggup untuk membicarakan hal ini secara langsung dengan yang bersangkutan.

Anggukan pemuda itu kecil, tapi dampaknya sangat besar bagi Yeonjun yang sekarang dengan dramatis menutupi mulutnya dengan telapak tangannya.

"Lo ... Lo suka gua?!" pertanyaan retoris oleh Yeonjun ini sebenarnya hampir memantik emosi Beomgyu, kalau saja pertanyaan selanjutnya bukan sesuatu yang krusial.

"Kalo gitu, lo mau jadi pacar gua?" tanya Yeonjun cepat-cepat dengan penuh antisipasi.

Butuh waktu sekitar sepuluh detik sebelum akhirnya Beomgyu mengangguk.

Meskipun anggukan itu hanya sekilas dan bahkan Beomgyu tidak menatap balik matanya, Yeonjun tetap sangat amat senang sekarang. Saking senangnya, pipinya yang sudah memerah jadi lebih terlihat jelas saat ini.

Oleh karena itu, Yeonjun langsung memeluk erat Beomgyu setelahnya, sampai-sampai yang dipeluk terasa sedikit sesak. Akan tetapi, Beomgyu tidak protes kali ini, justru dia menempelkan pipinya ke bahu Yeonjun dengan senyum malu-malu tercetak jelas di wajahnya yang memerah, sambil membalas pelukan sahabatnya yang kini adalah pacarnya.

Beomgyu merasa seperti sedang bermimpi biarpun sebenarnya dia belum tidur. Bagaimana mau tidur kalau jantungnya masih mengalami takikardia, alias berdetak dengan cepat?

Belum lagi tugasnya yang terpaksa diselesaikan lebih lambat karena Beomgyu susah untuk fokus sejak peristiwa di waktu fajar tadi.

Untung saja Yeonjun cukup pengertian dengan memberikannya privasi untuk mengerjakan tugasnya yang sempat terbengkalai.

Padahal Beomgyu tidak tahu saja kalau Yeonjun sebenarnya sedang setengah mati menahan keinginannya untuk melanjutkan acaranya untuk memeluk Beomgyu.

***

Yeonjun galau.

Dirinya baru saja mengganti status single-nya menjadi pacar Beomgyu tadi subuh, tapi setelah itu dia tidak bisa bersama atau bahkan dekat-dekat dengan pacarnya.

Apakah ini namanya cinta terhalang tugas? Pacaran terhalang tugas? Entahlah.

Yang pasti Yeonjun sedang mengaduk-aduk sup telur sambil menggalau ria di dapur sekarang.

Yeonjun meminjamkan kamarnya untuk Beomgyu agar pacarnya yang masih mirip bayi itu dapat fokus menyelesaikan tugas fotografinya.

Hal itu Yeonjun lakukan karena tadi Beomgyu seperti bayi yang sedang mengalami fase mood swing setelah teringat ada tugas-tugas yang menunggu untuk dikerjakan.

Tapi tidak apa-apa, toh habis ini dia dapat memeluk Beomgyu sepuasnya. Begitu pikir Yeonjun.

Saat dirasa supnya sudah memiliki rasa yang pas, Yeonjun mematikan kompornya lalu menutup kembali pancinya agar suhu hangatnya tetap terjaga saat disantap nanti. Niatnya, Yeonjun akan menunggu Beomgyu untuk sarapan bersama pagi ini. Pacar yang baik bukan?

Double update buat minggu ini sebagai 'permintaan maaf' karena sering mogok updatenya😔🙏

Terima kasih banyak buat yang masih baca sampai akhirnya mereka pacaran!!! Kira-kira mereka first date kemana ya enaknya?👀

POPULAR • Yeongyu [ON HOLD]Where stories live. Discover now