Chapter 3. Bertemu kembali

38 24 3
                                    

🌷Happy Reading🌷

☕☕☕

    Azel kembali ke rumahnya ...

    Setelah tadi bertemu dengan Leo pasangan kencan sebenarnya. Sama seperti biasa, Azel tidak pernah berakhir dengan menerima orang itu, ia selalu saja menolak dengan alasan-alasan yang sudah ia persipakan. Balum lagi suasana hatinya sedang bercampur aduk karena kejadian memalukan di kafe saat itu.

    Setelah membersihkan diri, Azel segera duduk di kursi kerjanya yang berada di sudut kamar. Ia membuka laptopnya dan berniat untuk melanjutkan pekerjaannya kembali. Namun, baru saja akan mengetik sesuatu, jari-jemarinya terhenti sesaat kembali terbayang kejadian memalukan saat bertemu kembali dengan Azam di kafe itu. 
Bisa-bisanya ia melakulan hal itu, sungguh rasanya ia ingin menghilang saja saat itu juga.

    Azel memegang kepalanya dengan kedua tangan. "Gila, saya gak mau lagi bertemu dengan dia! Sudah dua kali, semoga gak ada kejadian yang ketiga kali! Mau letak di mana muka ini!" ucapnya menggurutu—lalu menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

    "Ya, Allah, bukannya tadi saya minta manusia untuk membantu saya melewati masalah ini, bukan malah meminta bertemu manusia yang bikin saya malu seperti ini!" keluhnya.

☕☕☕☕

    Di sisi lain, Azam kini telah tiba di sebuah hotel. Ia sengaja memilih hotel karena lebih mudah dicari. dan untuk malam ini, sementara ia akan beristirahat di sini, lalu besoknya barulah ia pergi untuk mencari kost dengan harga terjangkau yang bisa ia tinggali semasa ia mencari pekerjaan.

    Membuka kamar, Azam pun segera masuk ke dalam kamar hotel itu sembari mengakat tas hitam besar—lalu meletakkan tas hitam itu di tepi kasur.

    "Capek juga ternyata ... " keluhnya. Ia berjongkok, lalu membuka tas besarnya—mengambil sebuah handuk dan pakaiannya dari dalam tas itu.

    Azam berdiri, meletakkan tasnya ke sudut ruangan, lalu kemudian ia segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

***

    Selesai membersihkan diri, Azam yang kini mengenakan kaos putih dengan celana panjang bewarna abu-abu itupun segera duduk di atas kasur. Hotel yang Azam tempati tidaklah hotel berbintang, hanya saja hotel biasa yang berkasurkan kecil terbagi dua.

    "Azelia Quenzia. Namanya bagus, tapi tidak dengan sifatnya, menyebalkan," tukasnya sembari menggelengkan kepalanya pelan karena tiba-tiba saja teringat kembali akan kejadian tadi.

    "Oh, iya, saya belum sempat mengabari mereka kalau sudah sampai!" ucap Azam yang teringat akan keluarganya. "Tapi, ini udah hampir larut malam, mungkin mereka sudah tidur. Besok aja, lah !"

    Azam merebahkan tubuhnya ke atas kasur untuk merilex-kan tubuhnya setelah perjalanan panjang. Meraih hp-nya yang berada di saku celana, ia lalu membuka layar hp-nya itu—ia melihat-lihat, sembari mencari-cari di sebuah web, akankah masih ada loker kosong yang cocok untuknya.

    Ting ...

    Satu pesan masuk. Azam segera membuka pesan itu, yang ternyata dari teman lamanya yakni bernama Rafa.

Rafa

"Assalamu'alaikum, hey Bro! Ini aku, Rafa."

"Wa'alaikum salam. Apakabar?"

"Kabar baik, kamu gimana? Keluarga mu juga gimana? Liya juga gimana? 😁

"Kabarku baik, keluargaku juga. Kamu jangan suka sama Liya, dia udah ada yang punya!"

CAFE IN LOVE [SELESAI/TERBIT]On viuen les histories. Descobreix ara