***

Pertemuan orang tua dari kedua belah pihak itu mengahasilkan kesepakatan akan memisahkan Aji dan Noval. Mereka semua benar-benar tidak menyukai hubungan antara Aji dan Noval.

"Huh, Aji yang notabenenya cowok, pacaran sama cowok? Bener-bener memalukan!" Ujar Mama Aji di dalam mobil. Ngomong-ngomong, ia sedikit iri dengan tas serta perhiasan yang di pakai Bunda Noval tadi.

"Pah, kita ke toko perhiasan yuuukkk!!! Mamah pengen beli perhiasan yang kaya orang tadi...." Rengek Mama Aji yang diangguki oleh Papa Aji. Mobil keduanya pun melaju, meninggalkan parkiran restoran itu.

Disisi lain, Kedua orang tua Noval berusaha menghubungi anak mereka. Namun, ponsel Noval tidak aktif, bahkan nomor Ayahnya di blok oleh Noval.

"Bun, Ayah ngaku, Ayah nyesel kemaren nyeret Noval segampang itu padahal Noval patah tulang, Ayah ngaku kalo Ayah ga ada banyak waktu buat anak kita... Ayah gagal didik anak kita... Ayah gagal jadi orang tua yang baik... Ayah, Maafin Ayah..."

Keduanya berpelukan. Air mata tampak keluar sedikit di ujung mata. Menyeka nya kemudian masuk ke dalam mobil. Menyalakan mobil dan pergi, pulang ke rumah.

***

Setelah pertemuannya dengan Nisfya tadi, Noval merasa kalau dirinya benar-benar perlu pergi dari negara ini. Ia ingin hidup bebas bersama Aji. Tanpa halangan, tanpa ocehan buruk dari orang-orang, dan tanpa kata-kata kasar dari kedua orangtuanya.

"Ji..." Panggil Noval. Kini keduanya tengah berada di ranjang. Noval rebahan di paha Aji dan Aji yang bermain ponsel dengan satu tangannya yang tak henti mengelus kepala Noval dan sesekali menepuk lembut.

"Hmm? Kenapa sayang?" Aji mematikan ponselnya dan memfokuskan pandangannya pada Noval.

"Keberangkatan kita... Bisa di percepat ga?" Tanya Noval. Aji tampak berpikir lalu mengangguk.

"Bisa, kenapa sayang? Mau pergi secepatnya ya?" Mendengar perkataan Aji membuat Noval dengan spontan mengangguk.

Ada apa?
Kenapa engkau terlihat ragu sekarang?
Apakah kau juga tidak bisa ku percayai?
Aku bahkan tidak percaya pada, An sich.
Apakah pada dirimu juga harus hilang?
Kumohon, jangan ragu.
Karna bagiku, kau adalah percayaku.

"Hmm, udah ya sekarang tidur aja. Jangan pikirin apapun, dan lupain kejadian buruk hari ini, okayy??" Bujuk Aji dengan lembut. Ia juga menyamankan dirinya di pelukan Noval. Dengan hati-hati ia memindahkan tangan Noval yang di gips agar sedikit ke atas.

Heii...

Boleh ku ceritakan tentang rumahku?
Iya, Rumahku...
Tak harus selalu berbentuk bangunan bukan?
Noval Aditya, adalah rumah untuk hatiku...
Tempat yang nyaman untuk beristirahat dan tinggal...
Pria dengan segala kelebihannya yang berhasil membuat diriku terpesona..
Menjebak diriku dalam hatinya.

Noval sangat berhasil,
Berhasil dalam menjarah semua waktuku untuknya.

Noval sangat beruntung,
Beruntung karena di cintai oleh diriku yang memiliki kekurangan ini.

Dan aku, sangat amat beruntung.
Diberi kepercayaan, di cintai dan dilengkapi kekurangannya oleh Pria kecil ini.

Terima kasih Noval Aditya.


***

Setelah memastikan Noval benar-benar tertidur, Aji pun menelfon seseorang. Raut wajahnya terlihat marah. Untung saja, dirinya belum berganti pakaian menjadi piama. Dengan segera, ia pergi untuk menemui orang yang tadi ia telfon, namun sebelum itu, Aji meninggalkan kecupan serta berpamitan dengan Noval menggunakan bisikkan kecil di telinga.

Melajukan motornya yang tadi ia ambil di Rumah, menuju tempat yang dulu selalu ia kunjungi bersama orang tuanya. Tidak selalu, hanya terkadang, orang tuanya akan mengajaknya ke tempat ini. Jangan tempat ini. Setelah sampai, dengan segera Aji memarkirkan Motornya lalu masuk ke dalam tempat itu.

"Kamu dah dateng?"

"Hm"

"Papah cuma mau bilang, jauhin Noval Aditya. Sebelum Papah bertindak lebih jauh buat celakain pacar kesayangan mu itu." Sebuah rumah kecil yang menjadi tempat pertemuan antara Ayah dan Anak yang hubungannya sudah renggang itu tampak sepi. Bahkan, keadaan tempat itu sudah tidak bisa di katakan layak pakai.

"Ada hak apa Papah sampe mau nyelakain Noval?" Aji masih berujar dengan tenang. Ia berusaha mengontrol emosinya. Berusaha mendengarkan semua perkataan Papa nya.

"Papah ini orang tua kamu! Papah berhak mengatur apapun di hidup kamu!"

"Pah! Aji dah gede! Aji bisa ngurusin diri Aji sendiri tanpa Papah ikut campur! Aji bukan anak kecil yang dulu selalu ngerengek sama Papah sama Mamah lagi! Bahkan, Aji selalu dapet penolakan dari kalian berdua kan? Apa yang pernah Papah lakuin ke Aji dalam peran orang tua? Apa Pah?!" Papa Aji terdiam. Ini juga kesalahannya yang tidak pernah mengurus anaknya, mendidik anaknya dan mengajarkan anaknya.

Terkadang, orang terdekat yang selalu menyakiti hati kita itu adalah orang tua kita sendiri. Perkataan mereka memang benar, namun, selalu terucap untuk anak mereka di saat yang tidak tepat. Hal itu membuat sebagian anak, menganggap orang tua mereka selalu menyakiti mereka.

***

TO BE CONTINUE!!!!

GIMANA CHAPTER KALI INI??????

TETEP PANTAU TERUS KAPAL AJI DAN NOVAL YAAAA

SEE YOU IN THE NEXT CHAPTER!!!!










Aji dan Semestanya Where stories live. Discover now