-Part 2-

950 158 18
                                    

Seperti biasa, suasana hening menyelimuti meja makan keluarga Shin. Hanya bunyi dentingan sendok yang kedengaran membuatkan ke4 saudara itu ingin segera menyelesaikan sarapan mereka lalu pergi dari sana.

"Malam ini kita bakalan makan malam dirumah Grandpa kalian" ujar Dowon memulakan bicara.

Jisoo memberanikan dirinya untuk menatap sang Appa "Apa keluarga Om dan Tante bakalan ikut bersama?"

"Itu sudah pasti. Kita bakalan makan malam bersama keluarga besar kita" sahut Dowon "Dan untuk kamu Chaeyoung-"

Chaeyoung sontak menatap sang Appa dengan tatapan takutnya.

"Kamu tidak perlu ikut bersama" lanjut Dowon.

"Tidak bisa seperti itu. Chaeyoung juga anak kita!" Protes Hwayeon.

"Keluarga Nuna aku pasti bakalan membanggakan anak anak mereka yang cukup pintar itu. Memangnya kamu mau mereka mempermalukan aku gara gara anak bodoh kamu ini!?" Sentak Dowon.

Hwayeon menggeleng; tidak habis fikir sama pemikiran suaminya itu "Jadi kamu lebih memilih untuk menyakiti hati Chaeyoung demi menjaga citra kamu!?"

Dowon terkekeh "Memangnya anak bodoh ini punya perasaan?" Sinisnya.

Chaeyoung hanya mampu menunduk. Dia sudah biasa dipanggil bodoh oleh sang Appa namun ianya tetap saja mampu membuatkan hatinya terluka.

"Cukup Dowon-ah. Jangan kamu bilang anak aku ini anak bodoh!" Marah Hwayeon.

"Terus saja belain anak kamu ini. Aku tidak peduli!" Balas Dowon lalu dia beralih menatap Chaeyoung "Ingat Chaeyoung, kalau kamu ingin dibanggakan, kamu harus pintar seperti ketiga saudara kamu!"

"B-baiklah Appa" sahut Chaeyoung tanpa berani menatap Dowon.

"Aku sudah selesai" ujar Jisoo lalu berganjak pergi dari mansion dengan membawa tas kerjanya.

"Aku juga" Jennie ikut bangkit dan bergegas pergi.

Lisa beralih melirik kembarannya itu "Erm Appa, Eomma, aku sama Chaeyoung berangkat duluan ya" pamitnya.

"Kamu berangkat saja sama supir seperti biasa. Chaeyoung bakalan jalan kaki kesekolah. Itu hukuman untuk dia karena gagal mendapatkan nilai ujian yang tinggi" ujar Dowon dengan tegas.

Lisa menatap Chaeyoung dengan tatapan bersalahnya. Dia sudah kehabisan cara untuk membantu kembarannya itu.

"Tidak apa apa" ujar Chaeyoung tanpa suara.

"Eomma, Appa, aku berangkat duluan" Chaeyoung menggendong tasnya lalu berganjak pergi dengan buru buru. Dia harus segera ke halte sebelum bus pergi meninggalkan dirinya.

*

Chaeyoung tiba di halte namun suasana dihalte itu sepi menandakan kalau bus yang ingin dinaiki olehnya sudah berangkat.

Ya Tuhan, apa yang harus dia lakukan saat ini? Jika dia berjalan kaki untuk sekolah, dapat dipastikan dia tidak diizinkan untuk masuk gara gara telat. Jarak sekolahnya juga terlalu jauh dan dia tidak yakin dia bisa tiba dalam waktu yang singkat.

Secara tiba tiba, sebuah mobil yang cukup dikenali olehnya itu berhenti didepannya. Pengendara mobil itu membuka jendela mobil "Masuk" ujarnya dengan datar.

Chaeyoung tersenyum dan bergegas memasuki mobil itu "Terima kasih, Jennie Eonnie"

Jennie hanya diam dan melajukan mobilnya menuju kesekolah sang adek. Jika dilihat, Jennie memang sosok yang cuek dengan sekitar namun tidak dapat dipungkiri kalau dia masih punya sisi perhatian didalam hatinya.

Hanya keheningan yang menemani mereka didalam mobil itu. Tidak terasa, mobil yang dikendarai oleh Jennie akhirnya tiba digerbang sekolah "Belajarlah dengan benar agar Appa tidak marah" nasihat Jennie dengan raut wajah yang masih datar.

Chaeyoung menunduk "Memangnya orang bodoh itu tidak berhak bahagia?"

Deg

Jennie tersentak ketika mendengarkan kata kata sang adek yang mungkin sudah benar benar terluka itu.

"Orang bodoh juga berhak bahagia,  namun kita berbeda Chae. Tidak ada kata bebas didalam hidup kita. Kita dituntut untuk menjadi yang terbaik. Hanya itu keinginan Appa"

"Tapi sampai kapan kita harus mengikuti keinginan Appa? Kenapa kita tidak berhak melakukan apa yang kita suka?"

Jennie menghela nafasnya dengan kasar "E-Eonnie tidak ada jawaban untuk itu"

Chaeyoung tersenyum miris "Mungkin kita bakalan menjadi boneka Appa sampai kita mati" setelah itu, dia berganjak keluar dari mobil Jennie dan berlari kekelasnya.

Jennie menatap kepergian sang adek dengan tatapan yang sulit diartikan "Eonnie juga tidak ingin dijadikan boneka Appa tapi Eonnie sudah tidak punya pilihan" lirihnya sebelum menjalankan mobilnya untuk pergi dari sana.

*

Jisoo menatap layar komputer didepannya tanpa minat. Dia sudah bosan dengan pekerjaannya itu. Dulu, dia benar benar ingin menjadi seorang actress namun sang Appa langsung membantah keinginannya.

Dowon memintanya untuk bekerja diperusahan walaupun dia sama sekali tidak meminati business.

Ingin menolak keinginan sang Appa namun Jisoo tidak mampu. Bahkan tidak ada siapa siapa yang mampu menolak keinginan sosok yang keras kepala seperti Dowon itu.

Jisoo sadar kalau selama ini dia dan ke3 adeknya hanya lah dijadikan boneka sang Appa namun dia tidak bisa melakukan apa apa lagi untuk melawan Appa nya itu.

Andai bisa, dia ingin kabur meninggalkan negara kelahirannya itu namun dia masih mempunyai ke3 sang adek yang harus dia lindungi.

Walaupun dia kelihatan cuek, dia tetap menyayangi ke3 adeknya itu bahkan dia sanggup mengorbankan seluruh hidupnya untuk dijadikan babu sang Appa demi melindungi ke3 adeknya.

Hah~

Kehidupannya benar benar rumit.








Tekan
   👇

Senja ✅Where stories live. Discover now