Chapter 24 - Sibuk

Start from the beginning
                                    

Setidaknya kini Axcel tahu ke mana perginya Felix selama beberapa hari ini. Menyerahkan tugas yang merupakan tanggung jawabnya ke Brianna dan asyik mengejar seseorang. Axcel sedikit kesal dengan ketidakprofesionalan Felix, tapi benarkan hanya itu?

Tentu saja Axcel tidak dapat melarang atau berkomentar apapun, karena itu di luar urusannya. Ia sadar memang beberapa hari ini dirinya tidak menghubungi Aruna sama sekali disebabkan kesibukan Axcel tapi ternyata kini dia tahu sumbernya dan ke mana Felix menyibukkan diri.

Sementara itu di hari lainnya tepat di tengah malam, sebuah ruangan yang bercat abu-abu gelap itu kembali beraktivitas. Dikarenakan suatu hal pertemuan mendadak itu terjadi, membuat si pria yang terlihat seperti pemimpin itu murka.

"Aku mengumpulkan kalian di sini untuk membuktikan sesuatu. Di kelompok kita selalu menjunjung tinggi kesetiaan, karena itu malam ini aku ingin kalian membuktikannya," ucap suara pria itu tegas meski hanya terdengar suara dari balik masker hitamnya saja. Ya seluruh anggota yang hadir juga memakainya, syarat pertemuan kelompok ini memang seperti itu, dengan tujuan kerahasiaan identitas.

"Di hadapan kalian ada sebuah botol kecil, buka lalu minumlah. Yang perlu kalian tau botol itu berisi sesuatu yang bisa membuktikan bahwa salah satu dari kalian adalah penyusup," sambung si Pemimpin.

"Jangan berpikir apapun dan jangan bertanya bagaimana bisa, cukup minum dan waktu yang akan membuktikannya,"

"Sekarang minum," finalnya memberi perintah karena terlihat tidak ada yang memulai.

Beberapa dari mereka tampak ragu saling menunggu siapa yang akan melakukannya terlebih dahulu.

"Bersamaan."

Mendengar perintah mutlak itu merekapun melakukannya. Membuka dan meminum cairan di dalam botol kecil berwarna coklat gelap itu tanpa lagi bertanya dan hanya bisa pasrah sebagai bawahan yang menerima perintah.

Tak lama seseorang bangkit dan mundur tersungkur, berteriak kesakitan pada mulut dan tenggorokannya yang terasa seolah terbakar, tak lama ia memuntahkan isi perutnya. Beberapa orang dalam kelompok yang bertugas sebagai penjaga langsung sigap memegangi sosok itu yang ternyata wanita.

Sang Pemimpin berjalan mendekati si wanita bercadar dan melepaskannya dengan sekali sentak.

"Jadi kau ya ... si pengkhinat itu hmm?"

Melihat kejadian itu sontak beberapa anggota menyingkir terkejut. Mereka tak menyangka bahwa yang mereka minum adalah racun, tapi anehnya mereka tak merasakan apapun. Bingung, takut tapi juga lega karena bisa saja mereka bernasib sama dengan wanita yang kini lemas tak berdaya.

"Bawa dia," perintah sang Pemimpin.

oOo

Beberapa waktu setelah kejadian itu, ruangan sudah kosong, semua diperbolehkan pergi dengan ancaman yang nyata, bahwa tidak ada penyusup yang akan bisa selamat.

"Sepertinya saranmu efektif."

"Ya tentu saja, sudah kubilang racun saponin¹ pada lidah mertua efektif dan bisa memberi efek jera. Meski tidak menimbulkan kematian langsung jadi kita bisa menggunakannya untuk menginterogasi wanita itu. Jika menolak bicara kita berikan racun itu lagi lagi dan lagi," jawab si bawahan dengan senyum liciknya.

"Bagus, mungkin kita bisa memakai itu juga lain kali. Aku punya rencana untuk itu."

"Siap."

oOo

"Kak ngapain sih mondar mandir terus, pusing tauk ngeliatnya dari tadi," protes Aruna kepada sang kakak.

I Did [VMin]Where stories live. Discover now