"Makasih." Aji pun memulai memakan makanannya. Mereka sudah makan dalam waktu 10 menit, dan tiba-tiba, hari yang tadinya cerah benderang menjadi hujan.

Aji terus memakan makanannya dengan tenang tanpa tau, kekasihnya terjebak hujan di halte bus yang dekat dengan kampus.

Pertemuan mereka selesai begitu saja. Tidak ada kesan mendalam kecuali, saat Zita mencium pipinya lalu pergi dan memasuki mobil pribadinya.

'Val... Gue mau Lu...'

***

"

Hei, udah ya? Berenti ya nangisnya, nanti lucunya ilang loh. Sayang? Udah atuh nangisnya, cup, cup. Dah ya? Senyum yang lebar," ucap Aji mencoba membujuk sang kekasih agar berhenti menangis dan mengucek kedua matanya.

Aji baru saja selesai bercerita tentang pertemuannya tadi. Tak ada kebohongan yang ia cantumkan, tidak ada satupun kejadian yang tidak Aji ceritakan. Bahkan, saat Zita menciumnya pun ia menceritakan nya pada Noval. Agar tidak terjadi salah paham yang berakhir putus hubungan.

"A-aku ngga pernah bayangin, k-kalo bakal ada orang l-lain yang bisa beri cinta dan kasih sayang y-yang tulus seperti dirimu, a-aku benar-benar bahagia, m-makasih banyak buat segalanya untukku ... " Lirih Noval masih dengan isakan dan sesegukan tak beraturan.

Setelah sebuah kalimat yang keluar dari ucapannya, justru Noval kembali menangis dengan air mata yang turun semakin deras dari tangis yang sebelumnya. Tangisannya terdengar Haru biru. Kacau.

Dengan sigap, pelukan yang Aji berikan untuk Noval yang sebelumnya merenggang seketika mengerat kembali guna menyalurkan rasa nyaman, aman, dan hangat untuk sang kekasih yang masih menangis tak stabil.

Menggendong sang kekasih lalu ia dudukan di jok sepeda motornya agar lebih mudah menatap wajah manis si Noval yang tertutup oleh helaian rambut hitamnya yang basah karena air mata yang turun.

"Noval Aditya, kesayangan Aji Mahendra seorang, semestaku, sudah dong nangisnya, yang aku inginkan itu kamu yang tersenyum lebar dan memberiku ciuman saat aku berkata hal-hal yang jujur padamu sayang. Boleh menangis asal jangan sampai sesak seperti ini, jadi susah kan napasnya, udah ya?" Tutur Aji dengan mengelus lembut pipi gembul Noval, sesekali memberi kecupan ringan di pucuk kepala sang kekasih.

"A-aku ... aku ngga nangis k-kok, i-ini air matanya aja yang keluar sendiri, Noval ngga nangis ih," gumam Noval disela-sela sesegukannya yang semakin menambah kesan gemas pada diri Aji untuk memakan sang kekasih saat ini juga.

"Ya ampun, iya deh iya ngga nangis tapi keluar air mata aja," seru Aji menggoda si manis Noval.

"Heehh, ngga ya, liat nih, loh, bener kan ngga nangis, malah ketawa." Ujar Noval memalingkan wajahnya dan bersedekap.

"Iya deh iya, si ngga paling cengeng, dah nih, makan permen dulu biar mood balik lagi." Seru Aji lalu menyodorkan dua permen Milkita pada sang kekasih.

"Loh, dapet dari mana? Tapi makasih ya, hehe."

"Iya, masama-sama. Kebetulan di rumah ada stok jadi bawa aja kali aja semestaku minta yang manis-manis,"

"Heehh, ngga ya, aku tuh anti manis-manis."

"Dih, masa? Mie apa?"

"Masa alah, mie ayam, hahahaha ... "

"Astaga, pinter ngelawak ya sekarang?"

"Yalah, Noval gitu loh."

***

Noval pulang dengan wajah berseri. Ia senang sekaligus sedih, sedih karena kekasihnya akan menjadi tunangan orang lain, dan senang karena ia berpikir bahwa Aji pasti akan memilihnya. Baru saja membuka pintu, Noval di sambut oleh tamparan yang berasal dari Bunda nya sendiri.

"Bunda?" Panggil Noval lirih. Matanya yang masih memerah gara-gara menangis tadi, kembali memproduksi air mata.

"Sekarang, jujur sama Bunda, sejak kapan, hm?" Noval tidak mengerti dengan perkataan Bunda nya.

"JAWAB NOVAL ADITYA! KAMU PUNYA MULUT KAN?! JAWAB!!" Noval menatap nanar Bundanya. Selama ini, tidak pernah dirinya melihat kilatan marah di mata Bundanya.

"M-Maksud Bunda.. gimana? N-Noval ngga paham.." Bunda kembali menampar Noval di pipi lainnya. Membuat kedua pipi Noval menjadi berwarna merah dan sedikit membiru.

"Kamu tanya maksud Bunda?! SEJAK KAPAN KAMU GAY NOVAL! BUNDA NGGA PERNAH NGAJARIN KAMU KAYAK GITU! GIMANA KALO SAMPE AYAHMU TAU HUH?! KAMU PASTI BAKAL DI PUKULIN SAMA AYAH! jadi, jawab jujur pertanyaan Bunda, sejak kapan hm? Kenapa ngga ngomong sama Bunda? KENAPA NOVAL? KENAPA?! KAMU NGECEWAIN BUNDA VAL!" Noval menunduk saat Bundanya berkali-kali mendorong bahunya.

Suasana haru biru di dalam rumah yang biasanya ceria dan terasa menyenangkan menjadikan rumah keluarga Noval terlihat kacau. Bundanya menangis keras di bahunya.

"Noval bukan gay Bun.... Noval cuma jatuh cinta..." Mendengar penuturan anaknya membuat Bunda Noval mengusap air mata di pipinya secara kasar.

"Jatuh cinta? Dari sekian banyaknya wanita di dunia ini, kamu memilih jatuh cinta sama manusia yang satu jenis sama kamu? KAMU GILA YA?! KENAPA? KENAPA KAMU HARU JADI BAGIAN PARA PENDOSA ITU?! KENAPA NOVAL?! KENAPA?! Besok, kita ke psikiater. Sembuhin kamu yang sakit jiwa ini." Setelah mengatakan itu, Bunda Noval melenggang pergi menuju kamarnya. Sedangkan Noval, jatuh terduduk di depan pintu masuk sembari menangis lirih. Tak lama, tangisnya semakin keras. Ia menangis sendirian, tangannya tak henti memukuli kepalanya.

"AAARRGHH!!!"




***


TO BE CONTINUE!!!

HAYO HAYO.... BUNDA NOVAL TAU DARIMANA NIH YAAAAA

YOK, SUASANA SEMAKIN MEMANAS NIH!!
JANGAN SAMPAI KETINGGALAN DENGAN KELANJUTAN KISAN AJI DAN NOVAL.

TERIMA KASIH TELAH MEMBACA

SEE YOU IN THE NEXT CHAPTER!!!!

Aji dan Semestanya Where stories live. Discover now