[6]

128 20 1
                                    

nafas draco memburu.

ia ingin marah, tapi apa ada haknya untuk marah? tidak ada. ia tahu ia mengambil jalan yang sangat nekat untuk ikut luna bergabung pada rapat orde malam ini.

sudah pasti sambutan ramah ia dapatkan. ron weasley yang menatapnya bengis—meskipun pada malam di ruang bawah tanah itu mereka seperti tidak ada masalah satu sama lain—nymphadora yang draco tahu diam-diam meliriknya, tapi tak ada sambutan hangat, atau bahkan profesor lupin-nya yang bergerak gusar tanda tidak nyaman.

"kenapa dia ada disini?"

"kita sungguhan akan membantu ibunya kabur?"

"berapa persen keyakinanmu dia sudah membelot dari tuannya?"

"luna terlalu keras kepala dan memaksa kita untuk merangkulnya."

dan macam-macam bisik-bisik lainnya yang draco dengar. telinganya panas dan tangannya terasa gatal sekali untuk menyentil para dumbledore army itu agar tutup mulut.

tapi itu wajar-wajar saja, lumrah saja, kalau posisinya di balik pun draco yakin dia akan mengusir dirinya yang tidak tahu malu ini karena berani-beraninya berlindung pada musuhnya sendiri.

ini juga yang menjadi alasan terbesar draco untuk melepas luna setelah ini semua selesai—seperapapun persen dirinya sudah menerima luna sebagai istrinya—dia tetap harus melepas luna.

dunia istrinya itu tidak akan pernah bisa menerima kehadiran draco. tidak akan pernah. apalagi jika mereka semua tahu bahwa luna sudah bersatus sebagai istrinya, draco yakin luna akan menerima banyak kebencian.

dan perempuan seperti luna tidak pantas menuai kebencian dari orang lain.

"jangan dipikirkan."

draco menoleh, lamunannya buyar begitu saja saat menemukan luna bersedekap dada di depan pintu kamarnya. luna berjalan masuk dan menutup pintu dengan santai.

"aku ingin tidur denganmu. kamar yang berisi hermione, ginny, dan lavender membuatku kesulitan bergerak bebas."

"lovegood, mereka akan membunuhku." draco memandangnya lelah, "kau boleh tidur disini, aku akan tidur di sofa ruang tengah."

luna berdecak.

"aku ingin tidur denganmu."

"lovegood.."

"draco.." luna membalas lirih, " sejak kapan kau setakut ini dengan omongan orang lain? kau bahkan tidak pernah peduli dengan sekitarmu saat di hogwarts."

aku hanya takut mereka tidak bisa menerima fakta bahwa kau istri dari seorang pelahap maut yang berkhianat, batin draco.

dia bahkan masa bodoh dengan celaan diluar sana. tapi jika sudah dikaitkan dengan luna—draco tidak bisa. mengapa luna tidak bisa mengerti poin yang satu ini?

melihat draco yang diam saja, luna bergerak semakin mendekat. merengkuh lelaki yang tampak kuat diluar itu untuk meluruh ke pelukannya. bahu draco terasa tegang dan bergetar, dan dengan satu saja usapan lembut jemari luna pada bahunya membuat tangis lelaki itu pecah begitu saja.

"maaf."

"maaf untuk apa, draco?"

"maaf karena mereka jadi membicarakanmu, memandangmu sinis, dan mengabaikanmu hanya karena kau membelaku sejak awal kedatanganku disini. harusnya memang aku diam saja di rumah weasley." jelas draco.

"kau mau tahu satu hal?"

"apa?"

"aku tidak merasa menyesal melakukannya, draco."

Take a Chance with Me (on hold)Where stories live. Discover now