Lima..Lima..

Mulai dari awal
                                        

"Mama, boleh tidak Devi main sama Tante?"

"Boleh dong. Tapi jangan ajak Tante capek ya, soalnya Tante lagi sakit."

"Kenapa Tante sakit terus?"

"Soalnya Tante waktu kecilnya jahat."

"Waktu kecil kaya Devi?"

"Iya. Jadi Devi tidak boleh jahat ya." Venes memasang wajah serius. Devi memiringkan kepalanya juga menatap Venesia. Venes tertawa, jadi Deviandra ikut tertawa menampilkan lesung pipi disebelah kanan.

Nayra mencubit pipi anaknya gemas. "Lucu banget anak Mama."

"Sekarang Devi main sama Devran dulu ya, soalnya Tante mau bicara dulu sama Mama."

Deviandra mengangguk semangat lalu menghampiri saudaranya, mulai mengoceh segala hal walau Devran tidak menanggapinya.

Sebelum pergi Devran melihat Mamanya yang sama sekali tidak melihat ke arahnya.

Sebelum pergi Devran melihat Mamanya yang sama sekali tidak melihat ke arahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu mau bawa anak aku pergi?" Nayra bertanya dingin kepada Venesia.

"Nay, kita sama - sama tau Devran akan tetap pergi dari negara ini. Aku hanya dampingi dia."

Nayra tau percuma mempertanyakan kenapa Devran harus pergi, dia sudah lelah menangis di depan Devano merengek agar Devran tidak harus pergi tapi Devano mengatakan kalau Devran dan Deviandra harus dipisahkan.

"Devran nggak akan ngajarin hal buruk sama adiknya."

"Itu yang terbaik untuk Devran. Aku akan dampingi dia." Venes menghela napas. "Biarkan aku menebus kesalahan aku, Nay. Kita udah dewasa sekarang."

Air mata Nayra menetes. Venes akan menggantikan sosok ibu untuk Devran, setidaknya Devran tidak sendiri disana. Walaupun mereka akan menjenguknya sesekali dan beberapa tahun lagi Devran akan pulang.

"Aku gagal jadi Mamanya." Nayra tidak mengatakan ini di depan Devano, tiap memikirkan bagaimana dia hadir di pemakaman Sandy membuat hatinya hancur kalau Devran sampai bisa melakukan hal itu.

"Nggak Nay, kamu ibu yang hebat."

Venes jadi teringat beberapa tahun lalu dia pernah mendengar kalimat seperti itu dari orang lain.

Nayra pasti lebih hancur mengetahui dia juga tidak bisa menjadi sosok orang tua impiannya.

Padahal Nayra sudah jadi ibu yang hebat, Nayra hanya tidak tahu saja.

Venes menghela napas. Poor Devran.

Entah sudah berapa bungkus kacang  yang Lucas habiskan, Ikan - ikan sibuk berkumpul dibawah gazebo yang mereka duduki, karena Lucas melempar kulitnya ke danau dibawah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Entah sudah berapa bungkus kacang yang Lucas habiskan, Ikan - ikan sibuk berkumpul dibawah gazebo yang mereka duduki, karena Lucas melempar kulitnya ke danau dibawah.

Tapi temannya sama sekali tidak bergeming, memandangi ikan sambil bertopang dagu di pembatas kayu, tidak ada semangat hidup.

"Gue nyesel kuliah di luar negeri. Jadi ngerasa gak akrab sama lo."

Satria mengangkat alis. Apalagi yang teman nya ocehkan kali ini.

"Dulu lo sama sekali gak tertarik jalanin hubungan sama cewek."

"Kita udah dewasa Cas."

"Nah." Lucas menjentikkan jarinya, senang karena akhirnya Satria terlihat tertarik pada eksistensinya. Ia sampai bolos kerja demi menemani Satria yang tidak memiliki semangat hidup.

"Karena udah dewasa jadi lo harus berfikir panjang. Kehilangan memang sakit, tapi Life must go on, Man."

"Bukan itu yang jadi masalah nya."

"Terus?"

"Gue masih gak percaya siapa yang ngelakuin ini sama Sandy." Pandangan Satria jatuh pada ikan yang melahap kulit kacang, tapi tatapan matanya kosong. "Gue nggak bisa lakuin apa - apa."

Lucas ikut termenung. "How's your feeling?"

"Gue ngerasa gagal." Satria menghela napas. "Gue gagal jagain Sandy. Tapi yang lebih berat gue gagal jagain Devran sama Deviandra."

Lucas tergugu. Jadi itu yang selama ini Satria pikirkan, Satria terlihat kacau saat kematian Sandy, ia mabuk dan tertidur di bar, Satria harus menjemputnya setiap malam, entah sudah berapa kali Satria akhirnya melemparkan gelas atau botol tempat ia menenggak minuman beralcohol itu.

Tapi setelah tau kronologi yang sebenarnya Satria hanya terlihat merenung, jarang tidur. Satria tidak marah sama sekali. Sebagai teman yang sudah bersama sejak lama, Lucas mengkhawatirkan nya.

"Gue ikut ngebesarin mereka, Cas. Dari bisa di gendong, sampai bisa nolak buat gue gendong."

Lucas mungkin tidak akan tau rasanya karena dia berada jauh dari mereka.

"Sat, lo beneran udah dewasa." Lucas menepuk - nepuk punggung Satria seperti seorang bapak.

"Tapi kenapa lo gagal jagain Devi juga? She's so cute."

Satria tidak menjawab.

Ada yang mau gabung sama Para pembaca Devnay nggak? Buat kalian pembaca Devnay dari lama pasti seru dong gabung sama pembaca Devnay yang lain di grup Whatsapp

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada yang mau gabung sama Para pembaca Devnay nggak? Buat kalian pembaca Devnay dari lama pasti seru dong gabung sama pembaca Devnay yang lain di grup Whatsapp.

Buat yang mau gabung bisa hubungi nomer Admin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Buat yang mau gabung bisa hubungi nomer Admin

Tri Ananda : +62 858-7233-6870
Jhuly : +62 831-9768-6997

Atau ini gak tau link nya bisa dibuka apa ngga coba aja 😭

https://chat.whatsapp.com/GDzWTJI9Fuz36IvhjeN2Ut

After Devnay Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang