1

4K 256 132
                                    

Solar mengamati dengan rinci seorang anak laki-laki dihadapannya yang mengaku-ngaku sebagai anaknya. Ditinjau dari wajah dan oufit ia tak bisa menampik bukti nyata kalau mereka berdua sangatlah mirip kecuali wajah datar anak itu yang entah mengapa terlihat familier. Apalagi kacamata visor merah yang bertengger diwajah tersebut.

"Gak pegel?" Tanya anak laki-laki itu sedikit kesal pasalnya mereka telah berdiri diambang pintu selama hampir satu jam.

"Oiya lupa." Solar menggaruk tengkuknya yang tak gatal sembari mempersilahkan tamu tak diundang itu untuk masuk dan duduk di sofa ruang tamu kemudian ia ikut duduk didepannya.

"Ekhem. Jadi namamu Supra, kamu berasal dari masa depan dan kamu adalah.. anakku?" Simpul Solar yang setelah sekian lama loading yang hanya dibalas anggukan saja.

"Baiklah. Sejujurnya ini masih sulit untuk dipercaya. Tapi aku cukup yakin kalau time travel bukanlah sesuatu yang mustahil." Solar memijit pelan pelipis matanya--agak pusing dengan informasi tak masuk akal yang merangsek otak jeniusnya itu.

"Memangnya.. aku menikah dengan siapa?" Tanyanya penasaran namun menyimpan sedikit keraguan.

"Bunda nggak--"

"Wait! Kenapa manggilnya Bunda???" Potong Solar yang kebingungan.

"Gatau. Bunda yang menyuruhnya." Supra mengangkat kedua bahunya.

Solar seketika membatu ditempat membayangkan kalau dimasa depan ia tidaklah waras. Hei, Solar itu laki-laki! Harga dirinya akan anjlok jika dipanggil dengan sebutan sefeminim itu!

'gila...' batinnya tidak kuat menahan tekanan fakta.

"Bunda baik-baik aja?" Supra mulai sedikit khawatir namun masih dengan muka datar khasnya itu. Wajah Bundanya kini sangatlah pucat layaknya mayat.

"Aku gapapa--ups!" Solar menutup mulut sialannya itu dengan kedua tangannya yang malah tampak lucu. Kalau menjawab bukankah itu artinya ia menerima dengan senang hati panggilan mengerikan itu?

Supra menyeringai kecil. Sesuai dugaannya, sifat Bundanya itu tak jauh berbeda dari yang dimasa depan. Sangat menggemaskan. Pantas saja semua kakak-kakak Solar sangat posesif dan overprotektif padanya.

"Assalamualaikum." Tiba-tiba pintu dibuka dan masuklah seorang pemuda bernetra emas dengan setelan baju berwarna coklat disusul pemuda bernetra emerald yang mengenakan hoodie hijau muda sembari menenteng beberapa kantung plastik.

"Waalaikumsalam.." balas keduanya.

"Lho, ada tamu toh. Temenmu, Lar?" Tanya Gempa yang menyadari kehadiran Supra.

"Buk--ukh!" Belum sempat menyelesaikan ucapannya tiba-tiba Thorn menubruk tubuh Solar, "Solar! Solar! Tau gak yang tadi Thorn temuin?" Tanya bocah ijo itu antusias.

"Ya gatau kan Solar gak ikut belanja kak."

"Jeng jeng jeng!~ biji bunga matahari!" Thorn memperlihatkan sebuah kantung kecil ditangannya, "nanti sore temenin Thorn menanam ya?" Mohon nya dengan mata memelas yang sangat menyilaukan.

Solar mengucek matanya yang seperti kelilipan kerlipan, 'please jangan puppy eyes. Lama-lama aku jadi diabetes.' batinnya sembari mengangguk pasrah--mengiyakan ajakan itu.

"Yeayyy! Eh? Itu Siapa Solar?" Gempa menepuk pelan dahinya, "makanya tadi Solar mau jawab malah keduluan sama Thorn."

"Opsiee sowwy.." (Ups sorry..)

"Jadi gimana tadi Solar?" Solar mendadak menegang kaku--bingung harus menjelaskan mulai darimana.

Melihat itu, Supra terpaksa memperkenalkan diri, "saya Supra. Anak--mmp!" Seketika mulutnya dibungkam oleh tangan Solar.

The Legendary FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang