25. Oleh-oleh

Mulai dari awal
                                    

Tiba di depan mobilnya, Theo berjalan memutari mobil lalu membuka bagasi. Di sanalah tempat ia menyimpan oleh-oleh khas Jogjakarta itu. Hanya ada satu buah kantung kain besar di sana. Ia membawa benda tersebut dengan malas. Jika bukan karena Althaf yang meminta, Theo tidak akan membawa oleh-oleh itu mengingat bukan Dean sendiri yang memberikan.

"Nih," Theo meletakkan oleh-oleh bawaannya ke atas meja kantin yang ditempati oleh teman-temannya. Ia melihat sudah ada bakso pangsit pesanannya lengkap dengan minuman. Bio sendiri tengah mengaduk-aduk mie ayam pedasnya, sementara di depan Jisan dan Kaivan hanya ada minuman.

"Kalian cuma pesan minum?" tanya Theo tertuju pada Jisan dan Kaivan.

"Kita mau cobain oleh-oleh dari lo dulu," Ini jawaban Kaivan.

"Oh, ya udah. Tuh, buka aja!" Theo menunjuk kantung kain bawaannya menggunakan dagu.

"Kita buka ya, The?" ucap Kaivan meminta izin yang langsung mendapat anggukan dari Theo. Kaivan dan Jisan pun melihat antusias bawaan Theo. Sementara Theo fokus pada bakso pangsitnya.

"Wuiiih," Jisan mengeluarkan bungkusan jajanan kering dari dalam kantung kain yang dibawa Theo. "Apa ini?" tanya pemuda itu memerhatikan jajanan di tangannya.

"Belut ya?" tebak pemuda itu.

Bio yang tengah menyantap mie ayam sontak menghentikan kunyahannya, Be-belut?

"Iya. Keripik belut," sahut Kaivan membenarkan. Bio menelan mie ayamnya susah payah sebab selera makannya perlahan menurun.

"Cobain ah!" Ia tak berani melirik jajanan yang tengah Jisan coba.

"Hm, enak!" Pemuda itu menatap horor pada Jisan yang terlihat menyukai rasa dari jajanan itu.

"Kenapa, Yo?" tanya Theo menyadari tatapan Bio yang tidak biasa. Jisan dan Kaivan lantas melirik Bio dan seketika menyadari arti tatapan pemuda itu.

"Ahahahaha! Bang Bio mau?" tawar Kaivan menggoda Bio. Sosok yang ditanya langsung menggeleng dan kembali melahap mie ayamnya seraya menoleh ke arah lain.

Mencari jajanan lain, Kaivan menemukan hal yang membuat matanya berbinar. Begitu akan melancarkan aksi menggoda Bio bagian dua, ia mendapat pelototan dari Theo, "Dia lagi makan pedes. Jangan iseng!" tegur pemuda itu memperingati.

Bio yang mendengar suara Theo secara refleks menoleh ke arah mereka dan melotot melihat jajanan bungkusan di tangan Kaivan. Seketika ia tersedak kecil yang membuatnya terbatuk-batuk.

"Oops, ternyata Bang Bio tetap liat," ucap Kaivan meringis pada Theo.

Bio sendiri menepuk pelan dadanya sebelum meminum minumannya sedikit demi sedikit. Ada rasa panas menjalari tenggorokannya atau mungkin kerongkongannya? Ia tidak begitu yakin. Hidungnya dirambati rasa perih yang membuat pemuda itu menghentikan sejenak aktivitas makannya.

Dirasa napasnya mulai normal, Bio mengalihkan pandang pada Theo, "Bang Dean nggak ada beli oleh-oleh yang normal gitu?" tanya pemuda itu menatap ngeri keripik belut di tangan Jisan dan belalang goreng di tangan Kaivan secara bergantian.

"Halah, Bang Bio ngatain makanan nggak normal. Emang sendirinya normal?" ejek Kaivan sebelum mencicipi belalang goreng di tangan.

"Lu mau mata lu gue colok pakai sumpit?" Bio menodongkan sumpit di tangan seraya memberikan sorot tajam. Kaivan tertawa melihatnya.

"Bang Bio, nggak boleh ngatain makanan. Ini makanan sehat tau," ujar Jisan sengaja memakan keripik belut di depan mata Bio.

"Bang Bio 'kan gampang sakit, jadi butuh makan makanan sehat, Bang!" timpal Kaivan menggoyang-goyangkan belalang goreng ke depan muka Bio.

Sana : Work, Marriage, LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang