Day 14 : Pria Baik Tersenyum Cantik

Начните с самого начала
                                    

Dengan renjana yang memudar, Chloe melangkah ke arah dapur. Dia menemukan sisa makanan Helios yang masih berantakan, entah mengapa dia memiliki perasaan tidak enak. Mata biru cerah itu melirik ke arah toilet yang terbuka, dia segera berlari ke sana dan mendapati Helios yang tidak sadarkan diri di depan kloset, jantungnya terasa jatuh ke tahan.

Chloe segera memapah Helios ke kamarnya, lalu merebahkannya di ranjang. Dia mengecek suhu tubuh Helios, tetapi dia tidak demam malah sangat dingin. Chloe semakin panik apalagi dengan wajah Helios yang semakin pucat. Pilihan terakhirnya adalah dengan menyalurkan energi dari dalam tubuhnya kepada Helios lewat nadi tangannya, meski Chloe tidak berdarah murni tetapi dia juga memiliki kekuatan pengendali cuaca ketika masih di laut.

Segera dia rasakan energi Helios yang tidak stabil, dia harap-harap cemas dengan dugaan di kepalanya. Dia khawatir dengan dugaannya sendiri, terutama karena Helios yang mampir memiliki kaki begitu sampai di darat tanpa mendapatkan liur ataupun sperma manusia. Lalu dengan kondisi Helios yang seperti ini, Chloe menjadi semakin takut dengan isi pikirannya.

Beberapa saat berlalu, ketika energi Chloe hampir habis Helios membuka matanya kembali. Akhirnya Chloe dapat bernapas lega, dia meletakkan tangan Helios dan membelai lembut surai keperakannya.

"Bagaimana keadaanmu, Helios?"

Helios mengerjai beberapa kali sebelum memaksakan tubuhnya untuk bersandar di sadaran ranjang.

"Aku masih mual, tapi aku sudah baik-baik saja, Chloe. Maaf membuatmu membuang-buang energi mu."

"Tidak masalah, energiku akan kembali setelah aku beristirahat. Lalu bagaimana denganmu? Kau terlihat sakit, apa yang terjadi?"

"Aku hanya lelah dan belum terbiasa dengan dunia manusia."

"Sungguh?"

"Iya! Sekarang aku sudah baik-baik saja."

Chloe menghela napas berat. "Bolehkah aku bertanya?"

Alis Helios terangkat menunjukan rasa penasaran dan persetujuan.

"Kau bisa mendapatkan kaki itu apa karena ... Ah, sudah lah! Beristiratlah malam ini, kau harus memiliki energi untuk besok, aku akan membawamu ke mall untuk membeli banyak hal untukmu."

"Mall?"

Chloe berdecak. "Iya, mall. Tempat dimana kau bisa membeli banyak barang yang kau perlukan."

"Membeli? Dengan uang?"

"Tentu saja."

"Tapi aku tidak punya uang sepertimu."

"Astaga, tenang saja. Kau bisa memakai uangku."

"Nanti kau akan kehabisan uang, bukankah pekerjaanmu berat untuk mendapatkan uang?"

Chloe tersenyum kecut, kalimat polos dari Helios sedikit mencubit hatinya.

"Jangan khawatir, anak nakal. Aku masih punya banyak! Sekarang tidurlah, panggil aku jika kau memerlukan sesuatu, aku ada di kamar sebelah."

Chloe beranjak keluar kamar, Helios masih menatap pria baik itu dengan senyuman. Namun sekilas Helios seperti melihat bercak keunguan di lehernya, persis seperti bercak yang selalu Keita tinggalkan di tubuhnya. Tapi bisa saja bukan jika Helios hanya salah lihat?

-

Pagi yang cerah di Tokyo. Helios menatap takjub setiap bangunan yang mereka lewati dari dalam jendela bus, Chloe hanya menatapnya dengan gemas karena tingkah polos Helios. Dia memancarkan renjana penuh semangat untuk melihat pusat kota Tokyo.

Setelah sekitar lima belas menit perjalanan, mereka sampai di sebuah bangunan tinggi yang Chloe sebut mall. Chloe menggandeng tangan Helios ke dalam bangunan itu. Kebanyakan orang pasti mengira mereka bersaudara, terutama karena penampilan mereka yang hampir mirip, hanya rambut Chloe saja yang membedakan, jika rambut Helios berwarna keperakan, makan rambut Chloe berwarna biru pucat.

Pertama-tama mereka pergi ke bagian pakaian, Chloe ingin membelikan Helios beberapa pakaian juga mantel tebal mengingat musim dingin yang sudah menyapa. Kedua merman itu terlihat sangat mencolok di sana terutama karena penampilan cantik mereka.

Hal itu juga menarik perhatian Ryuu yang tadinya tengah memegangi beberapa hanger pakaian yang dipilihkan oleh Asahi di tangannya. Dia menyipitkan matanya mencoba memastikan siapa yang berdiri di ujung sana. Dia melihat seorang pemuda berambut perak dengan mata birunya menatap pakaian di hadapannya dengan binaran indah, Ryuu yakin tidak salah lihat.

"Itu Helios!" pekik Ryuu tiba-tiba, bahkan mengagetkan Asahi yang tadinya menimang-nimang untuk membeli mantel yang mana.

"Helios?"

"Iya, Aci-chan! Aku melihat Helios!"

"Di mana?"

"Di sebelah sana! Lihatlah!"

Ryuu berusaha menunjuk dengan dagunya ketika kedua tangannya masih memegang beberapa mantel. Namun begitu beberapa wanita melintas di depan mereka, Helios menghilang dari pandangannya.

"Di mana Ryuu? Aku tidak melihatnya!"

"Tadi di bagian kaos lengan panjang! Aku bersumpah aku melihat Helios, tapi sekarang menghilang!"

Asahi mendengus kasar. "Aku pikir selama ini kau hanya berpura-pura gila, ternyata kau gila sungguhan, Ryuu! Kau pasti berhalusinasi!"

"Aku tidak berhalusinasi, Aci-chan! Aku sungguh melihat Helios di sana!"

"Tapi buktinya tidak ada siapapun di sana! Lihat, hanya beberapa ibu-ibu! Kau bilang ada Helios, hah? Atau kau terlalu sering memikirkannya hingga kau kini melihatnya di mana-mana? Jadi kau merindukannya?"

"Astaga, bukan begitu sayang. Dengarkah--"

"Tidak! Katakan kau merindukannya bukan?! Jadi kau masih menginginkan Helios? Kau tidak merasa bersalah pada Keita? Atau setidaknya padaku?"

"Aci-chan! Aku tidak bermaksud begitu, jangan cemburu tanpa alasan begini, sayang."

Asahi berdecak. Dia melepas semua mantel di tangannya ke arah Ryuu lalu melenggang pergi.

"Cukup! Kau pilih saja mantel yang kau mau sendiri! Aku mau pulang!"

"Aci-chan! Jangan marah! Hei, Aci-chan! Jangan tinggalkan aku!" teriakan Ryuu menggema seisi ruangan, membuat para pelanggan menatapnya kebingungan dan beberapa pegawai mendekatinya.

Lalu ketika seorang pegawai cantik ingin membantunya, Ryuu menyodorkan semua mantel di tangannya pada pegawai itu lalu mengejar Asahi yang berjalan ke arah lift.

--bersambung ;)

Black Pearl [Open PO]Место, где живут истории. Откройте их для себя