"Waw, perfect. Gila sih, dari mana lu tau kalo prodak di sini enak trus gue perhatiin kayaknya laris manis deh, ya ga sih?" Ujar Aji setelah mencoba beberapa suap es krimnya.

"Bener kan apa gue bilang. Hehe, sebenarnya tuh gue tau nih tempat dari gosip anak-anak penyuka kuliner di kelas gue. Karna yang dibahas tentang es krim otomatis gue langsung searching letak nih kafe trus ya ... dan jadilah pelanggan di sini." Jawab Noval atas pertanyaan Aji.

"Oh, gitu. Btw, siapa nih yang bayar semua ini? Jangan bilang gue," seru Aji masih dengan memakan es krimnya begitu pula dengan Noval yang sibuk mengunyah cemilan manis favoritnya.

"Mwehehehe, woya jelas. Jelas bukan gue, ehe." Seru Noval dengan cengiran khasnya.

"Untung gue bawa duit, kalo ga kita denda pake cuci piring njir." Ujar Aji menimpali cengiran Noval.

"Hehe, sorry. Gue gada duit. Eh? Maksudnya dompet gue ketinggalan di kamar tidur, hehe."

"Iya deh iya gue percaya ama lu."

Segera menghabiskan makanan mereka, setelah membayar pesanan, Aji dan Noval sudah dalam perjalanan kembali ke kampus. Di tengah-tengah perjalanan tanpa disangka rintik air hujan turun secara perlahan, namun tak pasti.

Tak ingin baju yang dikenakan basah kuyup nantinya tanpa babibu, Aji mengegas penuh laju motornya guna cepat sampai di area kampus.

Sampai di sinilah mereka, di ruang loker mahasiswa. Aji dan Noval mengeringkan baju atasan dan rambut mereka dengan handuk kecil masing-masing. Sedikit basah karena di depan pekarangan kampus hujan semakin deras tapi, tidak sampai membuat mereka basah kuyup.

"Kenapa tadi kaga pulang langsung, bego?!"

"Lha iya ya."

Noval menggerutu. Kenapa Aji sangat bodoh? Sekarang mereka berdua terjebak hujan di kawasan kampus dengan kondisi basah kuyup dan kedinginan. Memeluk dirinya sendiri dengan erat, berharap rasa dingin sedikit berkurang. Namun tetap saja, dirinya masih kedinginan hingga, Aji? Mendekat padanya dan memeluknya dari samping.

"Kalo dingin gini, ada baiknya pelukan biar ga ada yang hipotermia." Noval mengangguk kikuk lalu menunduk. Mencoba menutupi pipi nya yang mungkin kini merona.

"Val, lu tau ga? Gw tuh sukaaaaa banget nulis Balada."

"Waduh, ternyata temen gue penyair ternyata... Btw, Balada yang lu bikin tuh tentang apa?" tanya Noval dengan wajah yang masih menunduk. Sedikit malu memandang wajah tampan serta tubuh sempurna milik Aji.

"Biasanya tentang cinta, kalo ga ya tentang seseorang yang gue suka..." jawab Aji. Pria tampan itu memandang ke atas seperti seseorang yang sedang berkhayal.

"Ohhh, lu ada yang lagi lu sukain ya?" tanya Noval lagi dengan nada lirih.

"Iya, dia semesta gue... Orang yang paling gue harepin buat jadi masa depan gue.. orang yang berhasil naklukin hati gue."

"Enak ya, gue iri sama orang yang lagi lu sukain itu... Gue ga pernah punya pacar yang segini cinta nya sama gue."

'justru gue suka sama Lu anjirr!!!'

"Heh, sekali-kali main ujan-ujanan yuk, dah lama ga ujan-ujanan nihhh." ajak Noval. Mengalihkan pembicaraan sendu tadi.

"Ga ah, lu aja, gue liatin dari sini." tolak Aji sambil menyenderkan punggungnya ke tembok di belakangnya dan memejamkan matanya.

"Okee, gue main ujan dulu ya." Aji mengangguk 'meng-iyakan' permintaan Noval. Sedangkan dirinya duduk sembari memejamkan mata dan sesekali melihat ke arah lapangan.

Aji sedikit tersenyum melihat senyum Noval yang begitu lebar. Kaus putih yang tadinya dilepas kembali terpakai dan terguyur hujan di lapangan kampus.

'gue masih bingung, kadang gue ragu sama hati gue yang jatuh cinta sama lu, kadang gue takut buat suka sama lu, kadang gue ngerasa aneh bisa suka sama lu... Noval Aditya, lu punya kekuatan ya? Bisa bikin gue tertarik gini sama lu..' batin Aji. Ia memikirkan semua konsekuensi yang akan ia terima apabila menjalin hubungan dengan sesama jenis.

"NOVALL!!!" teriak Aji, memanggil Noval.

Yang dipanggil langsung menuju ke Aji. Badannya sudah sepenuhnya basah namun wajahnya dihiasi senyum cantik tanda puas bisa bermain hujan.

"Apa?" tanya Noval dengan senyum yang tak luntur di wajahnya.

"Mau tau ga, siapa orang yang selalu gue masukin kedalam Balada yang gue bikin?" tanya Aji. Noval menggeleng. Oh ayolah, dia tidak ingin merasakan sakit hati lebih cepat sialan.


"Lu. Gue selalu bikin puisi dan sebagainya yang memiliki sajak indah, dengan Lu didalamnya."

Noval terdiam. Dapat terlihat senyumnya perlahan memudar. Digantikan raut bingung seakan tidak percaya dengan apa yang di ucapkan oleh Aji.

"HAH?!"

"HAH?!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

TO BE CONTINUE

Eit eit eit... Dah jadi semesta aja nihhh
Yuk, terus kawal kapal ini biar berlayar kaya Titanic!!

Jaga kesehatan kalian yaa!!

Yahh, pokoknya ttp semangat buat kalian semua yaa, buat yang baru lulus SMA, semangat yaa, habis ini info loker ga nih? Wkwk

Bye bye ~~~

See you in the next chapter (⁠*⁠´⁠ω⁠`⁠*⁠)



Aji dan Semestanya Where stories live. Discover now