Bagai malaikat

325 44 1
                                    

Siang hari itu, Jion sehabis pulang dari makam kedua orangtuanya, sepertinya dia memang sedang merindukan orangtuanya dan memutuskan untuk pergi ke makam. Selepas dari sana Jion langsung lanjut menuju cafe, yakni tempat itu adalah tempatnya bekerja. Tentu Jion adalah seorang mahasiswa, dia kuliah sambil kerja. Memang sulit untuk Jion, tetapi mau bagaimana lagi?

Hari ini Jion memiliki kelas malam, dibanding bersantai, Jion lebih memilih untuk melakukan kegiatan yang akan membuatnya sibuk.

"Jion kenapa kau kesini? Bukankah bos menyuruhmu untuk cuti beberapa hari? Itu adalah hadiah untukmu karena sudah membuat cafe ini semakin ramai"

Jion linglung, bagaimana bisa dia lupa itu?

"Ah tidak apa-apa Hares, aku hanya bosan dan ingin berkunjung kesini" ucap Jion pada teman kerjanya itu, Hares.

"Apa kau tidak ada kelas hari ini? " tanya nya.

"Sebenarnya ada, tapi nanti malam" jawab Jion yang dibalas dengan anggukan.

"Dimana yang lain? Apa kau perlu bantuan? " ucap Jion.

Hares menggeleng.
"Tidak perlu, kali ini kau adalah seorang pelanggan, jadi Tuan Jion apa pesanan mu? " tanya nya yang membuat Jion tertawa kecil.

-☀-

Jion merasakan kesepian lagi, tinggal sendirian itu belum membuatnya terbiasa, Jion tidak pernah menginginkan dia ditinggalkan oleh orang yang dia sayangi yang sialnya semua itu sudah direnggut oleh seseorang yang bernama Van.

Beberapa bulan yang lalu<<<

Malam itu, Jion sedang dalam perjalanan pulang ke rumah sehabis dari kelas malamnya. Jion hanya berjalan kaki, karena rumahnya tidak jauh dari kampusnya.

Sekarang sudah hampir jam 10, seharusnya Jion sudah sampai di rumahnya tapi tadi dia berkunjung ke cafe tempat kerjanya sebentar.

Di jam seperti ini, orang-orang sudah tidak terlalu banyak lagi berlalu-lalang di jalanan. Bahkan di jalan ini hanya Jion sendiri disana.

Jalannya terhenti ketika dia melihat sebuah gang sempit, seperti ada yang aneh. Karena penasaran, Jion berjalan menuju gang itu.

Dirasa sudah dekat, matanya membola saat melihat seseorang yang terbaring disana, dan tubuhnya terluka. Jion yang pada dasarnya orang yang baik bak malaikat itu langsung menghampiri orang itu dan
berniat menolongnya.

"Tuan? Kau baik-baik saja? " tanya Jion sambil memegang tangan lelaki itu.

Lelaki itu membuka matanya lalu melihat pahatan indah seperti Jion ini. Dengan terbukanya mata itu, terbuka pula jalan hidup Jion yang baru.

-☀-

Saat ini Jion sedang mengobati luka lelaki itu di kursi taman setelah membeli obat-obat luka. Sedari tadi lelaki itu hanya diam dan hanya menatap wajah Jion yang sedang mengobatinya itu.

"Apa yang terjadi padamu Tuan? Apa ada seseorang yang mencelakaimu? " tanya Jion sekali lagi setelah 2 kali tadi ucapannya diabaikan oleh lelaki itu.

"Ya" jawabnya singkat.

"Kenapa? Bagaimana bisa terjadi? " tanya Jion lagi, tapi lelaki itu hanya diam saja.

"Ah maaf aku terlalu banyak bertanya" ucap Jion.

Lelaki itu terkekeh.
"Tidak perlu minta maaf"

Sambil tersenyum miring.
"Itu bisa terjadi, orang itu mencoba melukaiku dengan pisau, tapi karena dia bodoh, dia malah menyerang wajahku bukan tubuhku" lanjutnya.

Jion yang tidak tau ingin menjawab apa, dia hanya mengangguk pelan.

"Aku sudah selesai mengobatimu, Tuan. Semoga orang itu tidak melukaimu lagi" ucap Jion sambil tersenyum.

"Dia memang tidak akan melukaiku lagi"

"Siapa namamu? " tanya lelaki itu.

"Jion"

"Baiklah Jion, sepertinya kita bisa menjadi teman, aku Van"












































Sekarang Jion sudah berada di depan rumahnya. Dia melihat pintu rumahnya yang sedikit terbuka, kemudian bergegas masuk ke dalam. Sedari tadi perasaan Jion tidak enak saat di jalan.

Dia memanggil kedua orangtuanya, tapi tidak ada yang menyahut panggilannya. Dia melihat vas bunga di ruang tamu nya itu pecah, perasaannya semakin tidak enak. Apa yang terjadi?

"Ayah? Ibu? Kalian dimana? "

Sampailah Jion di dapur, wajahnya memucat, Jion melihat orangtuanya terbaring bersimbah darah.

Ekspresi wajahnya menjadi kosong, Jion terduduk.

-☀-

Jion menatap kosong ke arah orangtuanya yang akan dimakamkan. Sedih? Menangis? Tentu saja. Saat Jion menemukan orangtuanya yang sudah bersimbah darah itu, dia langsung menangis histeris. Apa ini Tuhan? Kenapa engkau menuliskan takdir Jion seperti ini? Seseorang tolong berikan pelukan pada Jion.

Love in revenge -SungJake-Where stories live. Discover now