Chapter 10 - Hangat

Start from the beginning
                                    

Setelahnya Axcel kembali merebahkan diri di samping Aruna yang sudah merajut mimpi sejak beberapa jam yang lalu, tubuh pria mungil itu terlihat bergerak mungkin terusik oleh kedatangan Axcel, tapi yang jelas ia terlihat kedinginan dan tubuhnya tanpa sadar semakin mendekati tubuh Axcel dan memeluknya seolah Axcel adalah guling miliknya.

"Mmhh~ hangatnya~ "

Axcel terdiam dengan jantung berdebar tapi kemudian tersenyum mendengar nada suara Aruna yang tak pernah ia dengar sebelumnya dan memutuskan tetap membiarkan Runa memeluknya. Malam ini Axcel mungkin akan bermimpi indah. 

o0o

Fajar baru akan menyapa dan menyisakan kabut putih yang menyelimuti daerah perkemahan. Sepi, seolah semua terlelap seperti tubuh tanpa nyawa. Suara binatang jelas terdengar. 

Sepasang mata menelisik menatap satu-satunya tenda yang membuatnya penasaran, pasalnya teman yang mendapat misi tak juga kembali sejak beberapa jam lalu. Tubuh pria kurus itu mendekat dengan langkah ringan berharap tidak akan ada yang melihat apa yang akan dia lakukan.

Namun usahanya sia-sia, sebuah tangan mencekal belakang bajunya dan dalam sekejap menyeretnya menjauh dari area perkemahan. 

Di pinggiran hutan yang tak begitu lebat, hanya suara gemericik air dari sungai dan dersik yang saling bersahutan. Meski masih terbilang pagi, tapi angin cukup kencang mengitari keduanya. 

"Apa maumu?"

Hening tak ada jawaban, orang yang terkepung membungkam mulutnya rapat-rapat. Pelan tapi pasti, kedua kaki yang sedikit gemetar itu tiba-tiba setengah terbenam seolah tenggelam ke dalam tanah seakan ada yang menariknya dari dalam sana. 

Tatapan tajam dari pria di hadapannya tak membuatnya membuka suara, tapi binar matanya jelas mengatakan pemuda itu panik ketakutan. 

"Ja-jangan bunuh aku, aku hanya diperintahkan mengamati Amethys, ampuni aku."

"Hanya mengamati? Apa omongan orang-orang seperti kalian bisa dipercaya? Almeta tidak akan pernah berubah, mereka hanya memiliki ambisi." 

"A-aku sungguh mengatakannya dengan jujur," pemuda itu semakin ketakutan, apalagi dia merasakan sesuatu menjalar di tubuhnya dan lilitan itu mencengkram wajahnya dan mengikat kedua tangannya menarik membuatnya menempel pada batang pohon besar di belakangnya. 

Pekikan ketakutan tampak jelas di wajah pria itu. Smirk menghiasi wajah dingin si pelaku, detik berikutnya kepala pria itu terantuk ke pohon dengan keras seperti ada tenaga yang mendorong tanpa ampun, entah apa yang dirapalkan si pelaku tapi tampak jelas yang pria itu rasakan hanya pening yang amat sangat, bahkan ringisan kesakitan tak membuat si perapal memelankan serangannya hingga si korban tiba-tiba diam tanpa pergerakan, rupanya ia sudah tak sadarkan diri. 

"Jadilah berguna untuk alam dan kehidupan pepohonan di sini," final si pelaku dengan senyum puas yang terpatri di wajah tampannya yang khas lalu dengan tenang melangkah pergi kembali ke arah perkemahan setelah melihat tubuh pria asing itu perlahan seolah meresap ke dalam pohon tersebut.

o0o

Feyra terbangun lebih pagi saat kabut masih menebal, dia sudah berjanji semalam akan menemui Arkan yang menunggunya untuk berpatroli di tepi sungai yang dekat dengan perkebunan. Ia merapatkan jaketnya setelah mencuci wajah dan menggosok giginya. Berlari kecil takut jika Arkan meninggalkannya untuk kembali pulang sejenak ke Alstro tempat kelahirannya. 

Sampai di tempat perjanjian, Feyra melihat Arkan berdiri di tepian sungai bersama empat pria dewasa yang berdiri menghadap ke arahnya, entah apa yang dikatakan Arkan namun keempatnya hanya mengangguk sopan kemudian pergi dari hadapan mereka. Melihat itu Feyra hanya yakin akan satu hal mengenai siapa mereka.

"Ada berapa orang yang jaga di sini?" Feyra mendekati Arkan yang tersenyum simpul padanya. 

"Sekitar 30, beberapa sudah kembali dan sisanya masih berjaga, mereka dateng pas kebakaran hutan waktu itu."

"Banyak banget," Feyra tampak terkejut. 

"Gue gak tau kalau mereka milih buka portal di sini, mungkin karena ada kebakaran hebat, Alstro turun tangan, tapi  mungkin ada sebab lain juga," Arkan hanya mengangkat bahu acuh, mengambil langkah dulu ke tempat tujuan mereka. 

Feyra segera menyusul, kemudian keduanya berjalan beriringan memasuki perkebunan yang hampir setengahnya telah gundul lalu perlahan menghilang di telan kabut. 

Sementara itu, dua makhluk yang semalam terlihat canggung kini justru tidur dengan saling menghangatkan. Runa dengan kebiasaannya yang akan merapatkan diri pada apapun yang membuatnya hangat. Dan satu-satunya objek hangat terdekatnya adalah Axcel di sampingnya. 

Axcel yang malam tadi terkejut karena tingkah Runa, akhirnya pasrah saja dan kembali tertidur dengan mendekap tubuh kecil Runa agar lebih hangat dan malam tadi Axcel tidur benar-benar nyenyak, tak seperti malam-malam sebelumnya. Mungkinkah karena ada Aruna dalam dekapannya?  

Dengan bantuan dersik malam tadi, mereka selangkah lebih dekat dan akan semakin mendekat seiring dengan terbangunnya jiwa Amethys dan Aeris

Tubuh mungil menggeliat seolah terusik dengan cahaya terang dari luar tenda. Mencoba membuka mata yang masih terasa berat. 

Beberapa suara orang tengah berbicara di luar tenda memaksa Aruna mengucek matanya agar segera terbuka. Tapi betapa terkejutnya Aruna karena matanya  yang sibuk mengerjap justru melihat sosok yang tak asing. 

'Tunggu deh, kok ada Axcel di kamar gue? Sejak kapan guling gue bentuknya kaya Axcel?' tanya Aruna di dalam hati. 

"Udah bangun?" 

Tbc 

Haloooo, apa kabar? Ketemu lagi di chapter 10, apakah makin membosankan? Yuk koment seberapa jauh kamu excited dengan cerita ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Haloooo, apa kabar? Ketemu lagi di chapter 10, apakah makin membosankan? Yuk koment seberapa jauh kamu excited dengan cerita ini. Apa harapan kamu di ending cerita ini.

IfaDita yok terus berjuang, kesibukan kita gak akan ada habisnya jadi ayo nikmati. Semangattt. 

I Did [VMin]Where stories live. Discover now