Chapter 8 - Roti Isi

Start from the beginning
                                    

"Gue? Hibur orang?" 

Tolong jangan mengharap apapun, aku bahkan hanya bisa diam ketika melihat Aruna meninggalkan makan siangnya begitu saja tanpa disentuh. 

"Iya juga. Gue nyuruh Felix aja deh, gue denger dia kan suka tuh sama Kak Runa," ucap Arkan yang cukup membuatku kesal, aku sebenarnya tahu jika Felix menyukai Runa, tapi aku juga tidak mungkin melarangnya untuk itu.

Oke suasana hatiku buruk, terimakasih Arkan. Tanpa banyak bicara, aku memutuskan untuk meninggalkan kelas, mengabaikan teriakan Arkan yang diselingi tawa puas setelah menjahili ku. 

o0o

POV Normal

Ada sekitar 50 orang termasuk panitia penyelenggara yang datang hari ini, semua sudah siap dengan barang-barang mereka dan ada satu truk berukuran sedang yang akan mengangkut tanaman yang mereka tanam nanti di sana. Axcel dan Brianna sibuk dengan absensi anggota yang akan ikut dan membagikan name tag kepada mereka. 

Setelah semuanya masuk ke dalam bus, Axcel baru bisa bernapas lega dan berharap acara 3 hari 2 malam ini akan lancar.  Di sisinya  ada Aruna yang tiba-tiba memberikan sebotol air mineral, tentu Axcel terima dengan senang hati. 

"Capek banget ya?" Runa tersenyum ketika air dalam botol itu dihabiskan oleh Axcel. 

"Lumayan, lupa sarapan juga tadi," jawaban Axcel membuat Runa segera membuka ranselnya. Melihat itu Axcel ingin bertanya kenapa Aruna pindah dan duduk di sampingnya karena seharusnya Arkan yang ada di sana.

"Aku gak apa-apa kan duduk di sini?" tanya Aruna yang seolah tahu apa yang Axcel pikirkan.

"Ya?" 

"Aku tanya, gak apa-apa kan aku di sini, atau kamu-" 

"Gak apa-apa kok." 

Dengan senyum polosnya, pria manis itu memberikan kotak berisikan roti isi yang ia ambil dari ranselnya kepada Axcel.

"Aku bawa ini buat jaga-jaga, makan gih."

"Gak usah, kamu aja yang makan, aku takut nanti kamu gak kuat jalan di sana."

Aruna tertawa, dia memukul pelan lengan Axcel karena ucapannya yang terlalu jujur. 

"Kenapa? Kan kalau aku pingsan ada kamu yang gendong atau menurut kamu aku berat gitu jadi kamu gak mau-"

"Bukan gitu," Axcel menunduk, tiba-tiba ia merasa terpojok dengan ucapannya sendiri. Matanya enggan bertatapan dengan Aruna dan mencari objek lain yang lebih menenangkan, seperti sepatu yang ia pakai misalnya. Oh oke ini mulai canggung.

"Lalu?"

"Karena- " 

"Cieee yang duduk berduaan," goda Arkan tiba-tiba muncul dari kursi belakang.  

"Karena itu," tunjuk Axcel tepat ke depan wajah Arkan. 

"Apa? Kok gue." 

Axcel mendengus lelah, menyamankan duduknya kembali dan mengabaikan Arkan yang bertingkah bodoh. 

Arkan pasti akan terus menggoda Axcel selama acara di setiap dia berduaan dengan Aruna, itu pasti. Dan Axcel sangat malas meladeni sahabatnya yang satu itu.

 "Gak apa-apa kamu aja yang makan. Aku udah biasa telat makan kok," final Axcel kepada Aruna karena ia masih memegang roti isi yang tadi di tawarkan padanya.

"Cel, Nih buat lu." 

Brianna tiba-tiba melemparkan satu buah apel pada Axcel, yang ditangkap dengan gesit olehnya. 

I Did [VMin]Where stories live. Discover now