Chapter 6 - Canggung

Start from the beginning
                                    

Hening sejenak tampak Axcel tengah berpikir  lalu menjawab. "Setenda sama aku juga bisa." 

 oOo

Arkan melihat temannya cukup intens sejak 20 menit yang lalu, bukan karena dia penasaran apa yang sedang dipikirkan oleh sahabatnya, tapi ekspresi aneh yang diperlihatkan Axcel cukup untuk mengetahui jika mungkin sahabatnya sedang bahagia. 

Memandangi kertas brosur bukanlah hal yang menarik, tapi sepertinya kisah di baliknya yang membuat Axcel tersenyum tipis, kemudian menggelengkan kepalanya beberapa kali. 

"Kenapa dia?"

Arkan menolehkan kepalanya, menemukan Felix yang baru saja kembali ke kantor BEM dengan tangan kosong, itu artinya brosur yang dia bawa sudah habis. 

"Mabuk kali," jawaban Arkan cukup direspon oleh Axcel, tapi hanya lirikan saja. 

"Gue udah nemuin Dekan, kayaknya rapat diundur dari hari yang kita ajukan."

"Gak masalah, yang penting acara ini sukses. Oiya, kenapa lu senyum-senyum gitu?" Felix tersenyum jahil, ingin mengetahui apa yang dilamunkan Axcel. 

Tapi bukan jawaban yang ia dapatkan, Axcel justru berdiri mengabaikan pertanyaannya kemudian keluar dari kantor BEM meninggalkan Arkan dan Felix di sana. 

"Temen lu kesambet ya?" seloroh Felix, yang di jawab helaan napas dari Arkan.

Bagi Axcel tidak wajib menjawab pertanyaan orang lain jika itu menyangkut privasinya, jadi suka atau tidak, jangan tanyakan sesuatu yang jelas tidak akan ia jawab, jika tidak ingin kecewa karena diabaikan. 

o0o

Bersemu merah seperti tomat, senyum yang membuat matanya tertutup rapat, adalah pemandangan indah untuk Axcel yang sebenarnya memang sangat lelah. Akhir-akhir ini dia kekurangan jam tidurnya, semuanya kacau karena gadis yang tempo hari mengacaukan mimpi indahnya. 

Pernyataan suka dari beberapa gadis jelas kerap kali didapatkan olehnya, namun berbeda kali ini. Karena gadis itu menyukai Aruna, seseorang yang ia sukai. Bagaimana cara Aruna menolaknya, cukup untuk membuat Axcel menciut, karena takut jika ia bernasib sama seperti mereka.

Kegigihan gadis itu mendekati Runa cukup ia apresiasi, Axcel tahu gadis itu memanfaatkan status Aruna yang seorang Ailurophile untuk mendekatinya dan itu berhasil, kerap ia lihat gadis itu berada di sekitar Aruna. Apakah ia juga harus melakukannya? 

Axcel menyadari dirinya tidak seagresif orang lain. Ada hal yang tak bisa Axcel jelaskan, berbeda dengan Aruna yang mudah bergaul membuatnya banyak teman. Sempat bertanya dalam hati kenapa Aruna tidak menjadi anggota BEM juga seperti dirinya, tapi pertanyaan itu belum pernah terlontar.

Getar benda pipih di saku celananya membuyarkan lamunan Axcel, segera ia ambil ponselnya membuka aplikasi chatting di sana. 

"Paketnya udah aku kirim kak, jangan lupa dimakan ya."

"Oke thanks," balasnya sebelum mengantongi kembali ponsel itu. 

Mengingat tentang ponsel, seharusnya Axcel tadi meminta nomor whatsapp Runa sebelum pria mungilnya pergi entah kemana. 

"Tenang Axcel, dia tak akan kemana-mana," gumam Axcel dengan senyum anehnya.

oOo 

Mendekati hari teyan dan beberapa acara pendukung, panitia terlihat sibuk. Axcel beberapa kali melihat Aruna di sekitar kantor BEM tapi hanya sempat bertegur sapa, ooh tidak, lebih tepatnya Aruna yang menyapanya. Sampai hari ini Axcel belum mendapatkan nomor Aruna. 

I Did [VMin]Where stories live. Discover now