Rika buru buru memungut buku buku itu kembali, dan langkahnya terhenti kala lengan laki laki seseorang ikut andil membantunya.

Rika mendongak. Cowok itu lagi.

Kikuk, akhirnya ia berdiri. Sebelum pergi keluar perpustakaan, ia berbisik. "Terima kasih."

Rika tidak lagi berpikir apapun kecuali kabur dan menyembunyikan degup jantungnya.

Dan senyum itu terukir.

Ini pertama kalinya, ia melihat cowok itu dari dekat dengan matanya. Melihat iris matanya-yang ia kira berwarna hitam ternyata berwarna coklat tua.

Hari ini lebih dari cukup.

~~~~~~

"Norika!!"

Teriak Keiza sesaat setelah pintu terbuka secara kasar sambil membawa gulungan kertas. Demi Tuhan, Rika baru tidur satu jam yang lalu dan sekarang, Keiza dengan hebohnya mengganggu tidur cantiknya.

"Apa sih, Kei. Gue lagi enak enak tidur tau gak!" Gerutu Rika sesaat setelah melirik jam yang ditaruhnya di atas nakas. Jam dua belas pas.

"Jangan bilang lo lupa ...," Keiza menunjuk tepat di depan muka Rika yang meminta jatah tidur, lalu memekik; "HARI INI PENGUMUMAN LOMBA DESAIN DRESS SE JAKARTA YANG LO IKUTIN SEBULAN YANG LALU!"

"Emang sekarang tanggal berapa?" Tanya Rika polos, membuat Keiza menepuk jidatnya.

"13 Januari woy. Tiga. Belas. Januari!"

"EH IYA!! EH KOK GUE BISA LUPA?!" Kini, giliran Rika yang memekik senang.

Keduanya hampir lupa, kalau pada saat itu, mereka berteriak di jam dua belas malam.

"Cepetan, buka websitenya!"

Maka dengan kantuk yang sudah menghilang -entah sejak kapan, ia mulai menyalakan laptop hitam yang baru saja ia matikan satu jam yang lalu.

Dengan perut melilit, Keiza mulai basa basi. "Nyokap, Bokap, sama Alvia kemana? Kok mereka nggak keliatan?"

"Iya, Bokap, Nyokap, sama Alvia lagi di Bali. Nengokin Tante Aliya yang barusan lahiran." Jelas Rika sambil memasangkan kacamata pada matanya. Tangannya sedingin es. Pasalnya, Rika baru pertama kali ikut dengan perlombaan semacam ini.

Rika menjentikkan kukunya sembari menunggu koneksi internet. Dalam hati, ia merapalkan sejuta doa.

Setelah layar laptop menampilkan daftar pemenang. Dengan sigap, Keiza menutup matanya serta merta menutup mata Rika dengan tangan kirinya.

"Apaansih Kei gue mau li-"

"STOP!" Potong Keiza. Degup jantungnya tak berirama. Hampir mirip seperti Rika. "Kita hitung sampe tiga dan kita bakal liat bareng bareng!"

Rika menggigit bibirnya begitu Keiza menghitung dengan berbisik. "Satu ... dua ... ti ... ga!"

Rika membuka matanya secara bersamaan bersama Keiza.

Rika langsung melotot, sedangkan Keiza menjerit dan langsung mengguncangkan badan Rika dengan heboh. "GILAGILAGILA LO MENANG DAN LO THE-FIRST-WINNER!! RIK INI ASLI LO HARUS TRAKTIR GUE HOT CHOCOLATE!!!"

Rika menoleh, tetap dengan memasang tampang priceless nya. "Kei, coba tampar gue."

Keiza dengan semangatnya menampar Rika, membuat Rika mengaduh. Lalu Keiza masih dengan hebohnya mengguncangkan bahu Rika. "INI NYATA BEGO RIK ADAAPA SIH DENGAN LO?!"

Dan terus begitu, sampai jam empat pagi.

~~~~~~

Ngantuk.

Capek.

Ingin tidur di rumah.

Tapi yang ia pikirkan sedari tadi hanyalah roof top Angkasa Jaya. Maka dari itu, dengan langkah yang seringkali terhenti karena banyaknya teman yang mengucapkan selamat atas kemenangannya, ia menuju roof top Angkasa Jaya.

Rika juga baru baru ini menemukan roof top Angkasa Jaya. Keiza yang pertama kali membawanya ke sini.

Ia lantas membuka pintu gudang sekolah, melirik jam tangan yang terpasang di tangan kirinya. Jam tiga sore.

Dengan penerangan minim, Rika mulai menaiki tangga ulir itu pelan pelan.

Sampai pada akhirnya, ia sampai pada tempat yang dituju.

Dari sini, ia bisa melihat semuanya dengan jelas, seperti siswa yang berjalan di koridor, atau siswa yang sedang bermain basket di lapangan outdoor.

"Lo Rika ya?" Sebuah suara membuyarkan lamunannya saat ia berdiri di roof top Angkasa Jaya. Rika benar benar mengingat suara itu, dan menoleh untuk memastikannya.

Lesung pipitnya tiba tiba saja terbentuk saat ia tersenyum. "Lo pasti udah tau nama gue 'kan? Gue Aji."

Rika mengangguk, lalu melihat sebelah tangan cowok itu disembunyikan di belakang tubuhnya.

Rasanya, Rika mau terbang saja ke langit ke tujuh.

"Ada apa, Ji?" Tanyanya dengan menyembunyikan kebahagiaannya dalam hati. Mati matian ia menahan senyumnya.

Sebagai gantinya, ia menjentikkan kuku-kukunya. Salah satu kebiasaan Rika saat sedang salah tingkah dan panik.

Aji yang melihatnya lantas tersenyum. "Gue ke sini, sebenarnya gue mau ngasih ini."

Ia memunculkan empat tangkai bunga mawar merah muda dari belakang tubuhnya. Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal, lalu memberikannya kepada Rika.

Dari mana dia tau warna kesukaan gue pink?, batin Rika.

Rika yang menerimanya hanya tersenyum senang. Sorot binar dari matanya seakan menjelaskan semuanya.

Ah, ya. Kupu kupu itu berterbangan, menggelitik perut Rika pada saat itu juga.

Rika benar benar terkejut. Nyaris seperti mimpi.

Setelah itu, ia membuka kertas ucapan yang terselip, lantas membacanya.

Would you be mine?

Mendadak, kakinya seperti jeli. Ia bersandar pada pagar roof top, mencoba untuk menopang berat badannya sendiri.

Bahagianya lengkap, hari ini.

Tolong, biarkan Rika melayang ke langit ke tujuh. Biarkan Rika berteriak yang sejujur jujurnya. Biarkan Rika-

"Itu buat Keiza."

Senyum Rika mendadak lenyap.

~~~~~~~

A. N.

hola! Ada yang kangen kah? Ngga pasti wkwkwk.

Yaudah lah, vomments aja ya. Kisskiss

EnsconceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang