"Jadi lo kenal Bara?"
Reynan mendongakkan kepala, mengalihkan pandangannya dari es teh manis yang tengah di minumnya, ke wajah Saka yang saat ini sedang menatapnya.
Tadi, saat laki-laki itu menjemput, Saka mengajaknya untuk berkeliling sebentar mencari makan. Mengeluh kalau perutnya sudah kelaparan dan perlu segera diisi.
Entah itu hanya sekedar alasan atau memang dia benar-benar lapar, Reynan hanya mengiyakan ajakan itu. Yah, hitung-hitung bisa lebih lama menghabiskan waktu bersama, kan?
Walau jantung Reynan masih enggan untuk diajak bekerjasama, dan sekarang tetap bergemuruh dengan hebat. Bahkan lebih dari saat Saka meneleponnya tadi.
Tentu saja. Karena saat ini, bukan hanya suara Saka yang bisa didengarnya. Tapi juga wajah itu, bisa Reynan pandangi sesuka hati.
"Kenal deket sih nggak, cuma yah gue tau dia. Suaminya Dinda juga, temen gue," jawab Reynan.
"Kalo lo temennya Dinda, berarti lo dateng dong waktu dia nikahan?"
Reynan menggeleng. "Nope. I have something came up that day, jadi gue cuma kirim bingkisan aja."
Saka mengangguk-anggukan kepalanya, mengerti. Padahal mungkin, kalau saja Reynan datang di hari pernikahan Bara dan Dinda, Saka punya kesempatan untuk bertemu dengannya lebih awal.
Berbicara tentang Reynan, entah apa yang membuat Saka tertarik pada laki-laki yang tengah duduk di depannya ini. Mereka baru saja bertemu dua hari yang lalu. Belum banyak berbicara satu sama lain.
Terlepas dari fisik Reynan (yang terus terusan dipuji oleh sang Bunda), ada sesuatu yang meyakinkan Saka untuk, 'Okay. Let's try it with Reynan' yang entah karena apa.
"Lo bilang lo tau gua kan, pas sekolah dulu?"
"Hm," Reynan berdeham, mengiyakan.
"What do you think of me then?"
Mengernyitkan dahi, Reynan menatap Saka bingung.
"Gua yang dulu sama yang sekarang, ada perbedaan nggak?"
Mendengarnya, Reynan tertawa. Lalu kemudian dia menggelengkan kepala. "Nggak kok. Selain tampilan lo yang lebih dewasa, there's nothing that change from you. Even the way you smile still the same. Sweet as before,"
Saka tertegun mendengar ucapan Reynan. Ini adalah kali pertama Reynan memujinyaㅡkalau dengan berkata bahwa senyuman nya manis masuk ke dalam pujian. Saka lalu tersenyum.
Sedang Reynan sendiri sudah salah tingkah di tempatnya. Bisa-bisanya dia berkata seperti itu. Jangan terlalu jujur dong, Rey! Omelnya dalam hati pada dirinya sendiri.
Untuk menghilangkan rasa malu, Reynan kembali fokus pada es the manisnya. Tidak berani menatap Saka.
Saka bisa melihat wajah Reynan yang memerah, malu.
Lucu, pikirnya.
Untung saja, tak lama setelah itu, pesanan mereka datang. Yang membuat keduanya sibuk menghabiskan makanan masing-masing.
***
"Kenapa lo terima perjodohan ini?" Reynan menatap jalanan di depannya. "Aneh banget deh rasanya tiap ngomong kata-kata itu," gerutu Reynan.
"Kata-kata apa?"
"Ya itu. Perjodohan. Ini jaman apa sih sampe masih ada aja ajang jodoh-jodohan gini."
YOU ARE READING
Something in Between [HYUCKREN]
RandomBagi Reynan, mencintai Hesaka dalam diam sudahlah cukup. Diam diam mengagumi. Diam diam tersenyum. Diam diam memperhatikan. Diam diam, dia jatuh sendirian. Ya, itu cukup. Tapi bukan semesta namanya kalau tidak penuh dengan kejutan, kan?
![Something in Between [HYUCKREN]](https://img.wattpad.com/cover/330331803-64-k822933.jpg)