yesahi - bosan

138 19 4
                                    















kairo beberapa kali melihat jam yang melingkar pada pergelangan tangannya. decakan malas juga terdengar dari mulut pemuda kelahiran agustus itu.

"kai!"

dari sebrang jalan ada yang memanggil dirinya dan itu membuat kairo memutarkan bola matanya dengan malas.

sedangkan si pemanggil tadi kini terlihat berjalan menyebrangi jalan saat lampu merah menyala menandakan mobil dan motor untuk berhenti.

"maaf aku telat," adalah kata pertama yang keluar dari mulut sadam.

membuat anggukan malas kairo berikan. selalu seperti ini, setiap mereka berjanjian pasti sadam akan selalu telat. entah apa yang diperbuat oleh pemuda itu.

kini mereka duduk berhadapan pada cafe bergaya klasik yang terlihat sunyi.

"kamu mau pesan apa?" tanya sadam sambil menatap kairo yang asik bermain ponsel.

"kai,"

"kairo."

terpaksa kairo meletakkan ponselnya dan menatap malas pemuda yang kini menatap tajam dirinya.

"kamu kenapa, kai?" kembali sadam melontarkan pertanyaan membuat kairo terkekeh pelan.

"aku? aku baik-baik aja tuh," jawab acuh kairo membuat sadam mengeryit heran.

"kamu kenapa? ada tugas yang susah? dosen kamu gak bisa dihubungi? atau apa, kairo?"

kairo mengalihkan pandangannya untuk menatap lekat manik milik sadam.

"harusnya kamu tanya sama diri kamu sendiri, sadam."

"di sini bukan aku yang kenapa tapi kamu yang kenapa?"

"dua minggu gak ada kabar, dichat boro-boro dibalas, ditelpon juga lebih sering ditolak," kairo terlihat menarik napasnya sejenak. "berapa kali aku pergi ke fakultas kamu tapi kamu selalu menghindar."

"sebenarnya kamu yang kenapa, sadam wistara?"

sadam terdiam. sadam sadar beberapa minggu ke belakang ia benar-benar membatasi interaksi dengan pemuda di hadapannya ini.

sadam hanya merasa bosan. menjemput kairo sepulang kuliah kemudian melakukan kegiatan-kegiatan pacaran pada umumnya, sadam merasa bosan jika harus terus menghabiskan waktu bersama dengan kairo.

lima tahun memang bukan waktu yang singkat bagi sadam maupun kairo. setiap hari bertemu dan melakukan aktivitas yang berulang-ulang sampai akhirnya sadam berada dititik jenuh.

dua minggu tanpa kairo di sampingnya, sadam merasa baik-baik saja. namun tidak dengan kairo.

kairo bingung, apa salahnya? kenapa sadam terus menghindar darinya.

dua minggu cukup untuk kairo berpikir bahwa sadam-nya mulai jenuh atas hubungan ini.

bahwa sadam-nya mulai hilang rasa pada hubungan mereka.

"kenapa diam?" kairo menitikkan air mata kemudian dengan cepat menghapusnya.

"kai ..."

"kamu bisa jujur, dam. tapi jangan gini .." kairo menunduk. "jangan bikin aku sakit dengan menghindarnya kamu."

"kamu bosan? kamu jenuh? iya kan? kita bisa cari solusinya sama-sama tapi jangan menjauh." kairo menatap sadam yang kini terlihat menghela nafas.

"semuanya nggak sama, kai." sadam menatap lekat kairo yang sedang menangis.

biasanya sadam akan segera memeluk pemuda itu dan mengusap punggung sempit tersebut namun entah kenapa sekarang sadam enggan untuk melakukan semua itu.

"kamu benar. aku mulai bosan sama hubungan kita, aku jenuh sama rutinitas yang selalu kita lakuin. aku capek jalani hidup sama kamu, kairo." kata-kata sadam cukup membuat kairo sadar bahwa mereka kini sudah berada diujung ombak kehancuran.

"dua minggu tanpa kamu, aku baik-baik aja," mata sadam tidak berbohong. dan kairo sadar itu.

"setiap hari aku nyari alasan untuk terus bertahan sama kamu tapi nothing." jelas sadam membuat kairo semakin menangis.

hubungan yang mereka bangun selama lima tahun apakah harus hancur hanya karena rasa bosan?

"kai, aku rasa kita harus istirahat sebentar." ucap telak sadam.

kairo mendongkak, menatap sadam dengan tatapan terlukanya.

"kamu mau kita putus?"

sadam menggeleng. "kita nggak putus tapi istirahat sama hubungan ini dulu buat sementara waktu."

"ayo sama-sama fokus dengan kehidupan masing-masing tanpa melibatkan satu sama lain, kairo." adalah pinta sadam yang semakin membuat kairo sadar bahwa hubungan mereka memang sudah tidak dapat diperbaiki lagi.

"sampai kapan?"

"sampai kapan kita harus istirahat padahal hubungan ini baik-baik aja kalau kamu mau terbuka dari dulu, sadam," kata kairo. "sekarang dengan seenaknya kamu minta kita istirahat dan jalani hidup sendiri-sendiri tanpa kamu tau gimana aku hampir gila mikir kesalahan aku terhadap kamu."

kairo menggeleng pelan.

"kai gak gitu maksudnya-"

"putus kan? ayo putus." kairo memotong ucapan sadam.

"jangan pakai kata istirahat kalau sebenarnya rasa itu udah nggak ada, sadam."

kairo mengusap air matanya pada mata bengkak miliknya.

"aku berhenti. makasih atas lima tahun-nya."

kairo segera berdiri dan berjalan meninggalkan cafe tersebut. melangkah maju dan tidak memperdulikan panggilan serta kejaran sadam.

kairo memilih berhenti. berhenti untuk mencintai sadam. berhenti untuk menjadikan sadam sebagai dunianya.





















































liris ; asahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang