PART 17: Each Other's Driving Force

Start from the beginning
                                        

"Tapi dia marahinnya kayak bangsat banget." Beomgyu berusaha mengganti coping mechanism-nya saat ini dari menangis, jadi mengumpat. Selain karena memang dia kesal, ini juga demi menghindari ejekan Yeonjun tentunya.

"Tugasnya bikin ilustrasi instruksi. Terus ada tiga gambar yang urutannya salah, jadi kagak jelas itu instruksi. Emang salah gue sih, gak ngecek ulang pas mau dikumpulin. Tapi itu dosen tetep lebih kagak jelas." ucap Beomgyu lalu menggigit cone es krim dengan penuh dendam. Sepertinya keinginan untuk mengganti coping mechanism berhasil.

Yeonjun diam-diam senang karena dia lebih baik melihat Beomgyu marah-marah daripada menangis seperti tadi.

"Emang kenapa?" tanya Yeonjun pada Beomgyu yang sibuk menghabiskan cone es krim.

"Gue dimarahinnya di depan kelas. Dia bilang gue gak cocok jadi anak seni dan gue bego karena nyusun gambar-gambar aja gak bener," Beomgyu menghirup napas dalam-dalam lalu menghela napas sejenak untuk mengatur emosinya.

Pandangannya kali ini fokus pada botol susu pisang di genggamannya yang ingin dia remukkan, tapi belum bisa karena masih ada isinya.

Sebenarnya sekarang Yeonjun tidak tahu harus lebih prihatin pada ucapan-ucapan dosen Beomgyu atau botol susu yang sudah mulai penyok di tangan Beomgyu.

"Dia juga bilang kalo ortu gue sia-sia nyekolahin gue di sekolah bagus kalo bikin instruksi aja kayak orang bego. BRUH, berasa dia yang paling pinter." gerutu Beomgyu lalu menghabiskan susu pisangnya dengan cepat karena dia harus meremas botol itu.

"Pelan, gyu, minumnya. Santai." ucap Yeonjun cepat-cepat, khawatir sahabatnya tersedak.

Beomgyu mengelap bibirnya dengan punggung tangannya, diikuti dengan Yeonjun yang menarik tisu untuknya.

"Okelah dia marahin. Tapi kenapa harus ngatain gue di depan kelas dan bawa-bawa ortu gitu. Lagian salahnya cuma karena gue gak fokus aja! Gak jelas bener, anjirlah."

"Terus yang bikin gue lebih kesel, gue waktu itu gak bisa ngelawan karena kaget. Diem aja beneran kayak orang tolol di depan kelas." Beomgyu menghela napas lagi.

Dia ingin mengutuk dirinya karena menurutnya, secara tidak langsung responnya tadi berarti mengamini kalau dia itu mahasiswa bodoh.

"Mana tadi gue sempet nimbang-nimbang kalo ternyata gue beneran percuma sekolah di sini...." sesal Beomgyu.

"Gak lah," sela Yeonjun. "Gambar-gambar lo bagus. Bahkan lo pernah menang lomba tingkat tinggi."

Beomgyu terkekeh. "Iya tau. Itu tadi mikirnya. Sekarang gue udah sugesti diri sendiri kalo emang itu dosen yang aneh."

Sekarang gantian Yeonjun yang terkekeh.

"Tapi tumben lo gak teliti. Kenapa?" tanya Yeonjun penasaran karena seingatnya, Beomgyu selalu teliti dalam mengerjakan tugas-tugasnya.

Kali ini Beomgyu terlihat ragu-ragu untuk menjawabnya, sampai akhirnya dia kembali bersuara setelah jeda beberapa detik.

"Karena lo gak keliatan." ungkap Beomgyu sambil memandangi botol susu yang sudah gepeng di tangannya.

Yeonjun lantas mengerutkan dahi.

"Maksudnya karena gua gak nemuin lo, gitu?"

"Gak gitu," Beomgyu menggigit bibir bawahnya. "Kita udah lama gak ketemu. Gue udah lama gak liat lo. Jadi fokus gue suka gampang buyar." gumam Beomgyu dengan cepat. Pipinya kembali memerah sedikit, tapi Beomgyu merasa hatinya lega.

Karena Yeonjun tidak kunjung merespon, Beomgyu membuka mulutnya untuk melanjutkan penjelasannya, tapi sialnya Yeonjun menginterupsinya dengan hal yang paling menyebalkan.

"Kangen mah bilang aja." ucap Yeonjun dengan nada mengejek, kemudian laki-laki itu tertawa menyebalkan.

Nyebelin karena fakta.

Yeonjun kembali menggoda Beomgyu, kali ini lebih menyebalkan karena dia sambil mengacak-acak rambut sahabatnya itu. Tentunya hanya beberapa detik karena Beomgyu pasti mau menangkap tangannya.

"Utututu, ternyata ada yang kangen." Yeonjun kembali tertawa.

Selain karena Beomgyu itu menggemaskan kalau dibuat kesal olehnya, Yeonjun tertawa karena dia senang terhadap fakta bahwa bukan hanya dia yang merindukan laki-laki yang sekarang terus-terusan menendang kakinya dengan meleset sambil mengumpatinya.

Yeonjun senang bahwa ternyata Beomgyu juga merindukannya. Keduanya menjadikan satu sama lain sebagai driving force mereka.

***

"Hah? Lo juga gitu?" tanya Beomgyu heran. Yeonjun mengangguk. Fokusnya terletak pada jurnal di laptopnya.

Sekarang mereka berada di ruang tengah dengan posisi yang sama seperti waktu dimana mereka berdua minum-minum. Bedanya kali ini mereka sibuk dengan tugas masing-masing.

Deadline sialan. Kan sesi temu kangen yang benernya terhalang.

Begitu batin Yeonjun saat ingat dia punya harus menulis esai yang tenggat waktunya malam ini.

Beomgyu tampak tidak puas. "Tapi.... Jadi maksudnya lo gak fokus karena lo gak bisa nempel-nempel gue? Astaga." Beomgyu tertawa.

"Lo naksir gue?" pertanyaan itu lolos dari bibir Beomgyu tanpa Beomgyu menyadarinya. Dirinya sedang mengobrol sambil menggambar sketsa, tidak heran kalau apa saja bisa dia ucapkan tanpa sadar.

Yeonjun berhenti mengetik dan terdiam, begitu pula dengan Beomgyu yang berhenti menggambar.

Rasanya Beomgyu ingin menghilang sekarang. Jantungnya berdegup kencang dan rasanya dia tidak dapat bergerak, terutama setelah dia merasa Yeonjun memindahkan fokusnya ke dirinya.

"Iya. Baru sadar?" ucap Yeonjun kalem.

Tapi kekaleman itulah yang membuat wajah Beomgyu sekarang makin memerah. 

KENAPA DIA MAIN NGAKU GITU AJA?  –Beomgyu.

.... Udahlah. Gas aja. –Yeonjun.

yeongyu kemarin pacaran (lagi) di stage jepang

POPULAR • Yeongyu [ON HOLD]Where stories live. Discover now