Saat Yeonjun ingin mengetuk pintu bilik terakhir, pintu itu terbuka dan menunjukkan sosok Beomgyu yang menundukkan kepalanya. Yeonjun tidak dapat melihat wajahnya, tapi yang pasti rambut sahabatnya terlihat berantakan.
"Gyu, lo kenap– ASTAGA! Kenapa nangis?!" Tanya Yeonjun dengan panik setelah Beomgyu mengangkat kepala dan menunjukkan wajahnya yang kusut, mata dan hidungnya yang memerah, dan pipinya yang basah.
Yeonjun meraih bahu Beomgyu pelan untuk mendekat padanya. Selama bertahun-tahun mereka bersahabat, Yeonjun belum pernah melihat Beomgyu sekacau ini karena menangis.
Yeonjun tidak tahu alasannya, tapi yang jelas hatinya terasa sakit sekarang.
"Beom...? What happened, hm?" Tanya Yeonjun lembut sambil membelai kedua bahu sahabatnya yang lebih sempit, mencoba untuk terdengar lebih ramah agar Beomgyu mau bercerita.
Beomgyu kembali menundukan kepalanya dalam-dalam, menahan tangisnya karena gengsi.
"Hm.... Ada yang nge-bully lo?" Yeonjun memulai sesi tebak-tebakannya. Bukan Yeonjun namanya kalau dia menyerah sebelum mengetahui alasan yang sebenarnya.
Beomgyu menggeleng lemah.
Tidak heran.
Bullying memang pernah terjadi di kampus mereka, tapi Beomgyu jauh dari kriteria mahasiswa yang di-bully. Justru kalau ada, perundung itulah yang cari mati karena teman-teman Beomgyu yang siap membantunya ada dimana-mana, plus Beomgyu sendiri mempunyai kemampuan menendang yang baik.
Yeonjun kembali memutar otaknya. "Alat lukis lo hilang? Atau rusak? Atau dipinjem temen tapi gak dibalikin?"
Beomgyu lagi-lagi menggeleng. Bahunya mulai bergetar, tanda tangisnya tidak bisa ditahan lagi.
Yeonjun menghela napas. Alasan apa lagi yang harus dia tebak?
"Uh.... Tugas lo bermasalah?" Yeonjun menebak sekali lagi berdasarkan fakta yang dia ketahui tentang jurusan DKV, yaitu tugas-tugasnya yang seringkali sulit.
Kali ini Beomgyu tidak menjawab maupun menggelengkan kepalanya.
Apa nih? Bener?
Sebelum Yeonjun sempat menebaknya lagi, tangis Beomgyu pecah.
Mata Yeonjun melebar saat Beomgyu mulai menangis lagi. Belum sempat Yeonjun merespon, Beomgyu sudah mengejutkannya lagi dengan memeluk pinggangnya untuk menyembunyikan wajahnya di pundak Yeonjun. Tentunya sambil menangis.
Karena Yeonjun bingung harus mengatakan apa, akhirnya dia hanya membalas pelukan itu sambil menepuk punggung dan sesekali mengelus rambut Beomgyu, berharap hal itu dapat menenangkannya.
***
Rambut Beomgyu sudah rapi lagi, hasil dari disisiri Yeonjun.
Setelah Beomgyu puas menangis, dirinya tidak punya tenaga sama sekali untuk berbicara dan alhasil, dia pasrah untuk dibawa kemana saja oleh Yeonjun.
Untungnya dia tidak dibawa ke tempat-tempat aneh, melainkan ke apartemen Yeonjun yang menurutnya sebuah ide yang bagus karena tidak mungkin dia pulang dalam keadaan wajah yang kacau balau begini.
"Ini mi-nya, ini mangkuk dan sumpitnya, oh! Bentar, mungkin susu pisangnya udah dingin sekarang." Ucap Yeonjun sambil sibuk mondar-mandir dari kitchen counter, meja makan, lalu kulkas untuk mengambil susu pisang milik Beomgyu.
Beomgyu hanya duduk manis memperhatikan sahabatnya yang sibuk sana-sini, menunggunya sebelum dia mulai menyantap mi-nya.
Yeonjun memperhatikan Beomgyu yang mulai makan dengan setengah hati di hadapannya, lalu menahan senyumnya.
ESTÁS LEYENDO
POPULAR • Yeongyu [ON HOLD]
De Todo"Eh, eh, mereka pacaran ya?" "Keknya iya. Deket banget gitu!!" "Ih apaan, gak terima gue!" "Heh, lucu banget tau merekaaaa!!" "Itu sama Beomgyu kan?" "Yaampun, kak Yeonjun sama Beomgyu??? gilaaa!!" Yeonjun dan Beomgyu, kedua orang 'terkenal' di kam...
PART 17: Each Other's Driving Force
Comenzar desde el principio
![POPULAR • Yeongyu [ON HOLD]](https://img.wattpad.com/cover/219978541-64-k42768.jpg)