PART 17: Each Other's Driving Force

Start from the beginning
                                        

"Kalo jam segini, nanti ketemunya cuma sebentar gak sih? Soalnya gak bisa skip kelas," Yeonjun bermonolog. "Tapi kalo nanti kesorean terus dia udah balik gimana?"

Yeonjun menimbang-nimbang dengan hati-hati, sampai akhirnya dia hampir terlambat untuk kelas siangnya, yang berarti otomatis jawabannya adalah menghampiri Beomgyu setelah kelas siang.

***

Angin sepoi-sepoi sore hari ini meniup rambut biru Yeonjun yang catnya sudah luntur. Saat ini Yeonjun sudah berada di gedung fakultas seni rupa dan desain yang dikelilingi banyak pohon, jadi tidak heran kalau banyak angin yang lewat di sini.

Setelah memantapkan niatnya, Yeonjun melangkahkan kaki ke dalam gedung menuju ruang kelas Beomgyu siang ini yang seharusnya sudah selesai sekarang.

Untungnya Yeonjun hafal semua jadwal kelas Beomgyu beserta ruangannya, jadi dia tidak perlu tanya Beomgyu terlebih dahulu.

Yeonjun datang bersamaan dengan kelas-kelas di fakultas ini berakhir, sehingga banyak mahasiswa yang mulai berlalu-lalang di lorong. 

Beberapa mahasiswa mengenali Yeonjun sebagai kakak tingkat dan menyapanya sambil tercetak wajah, 'Tumben dia di sini setelah sekian lama'.

Anehnya, Yeonjun tidak melihat sosok Beomgyu di lorong kelasnya hingga di ruang kelasnya sekalipun. Padahal biasanya Beomgyu itu yang paling semangat untuk pulang.

Jangan-jangan hari ini dia gak masuk?

Karena khawatir Beomgyu akan menghindar lagi jika dia menanyakan hal ini via teks dan tahu bahwa dirinya mau menemuinya, alhasil Yeonjun bertanya pada salah satu mahasiswa di dalam kelas yang kebetulan dia kenali.

"Beomgyu? Tadi abis kelas dia izin ke toilet, tapi belum balik. Tasnya aja masih di kursinya tuh." jawab Heeseung, teman sekelas Beomgyu, sambil menenteng tas ranselnya di bahu kanan.

"Kenapa belum balik?"

"Coba tanyain pada rumput yang bergoyang aja." ucap Heeseung asal, lalu terkekeh saat Yeonjun berpura-pura ingin meninjunya. "Samperin aja, kak. Toiletnya ada di deket tangga. Pamit ya, kak! Gue mau cabut dulu."

Yeonjun mengangguk dan sebelum dirinya mengikuti langkah Heeseung untuk keluar dari ruangan, Heeseung berhenti mendadak.

"Aduh! Kenapa–"

"Nanti pas ketemu dia, coba tanyain kabarnya deh, kak." kata Heeseung setelah berbalik badan untuk kembali berbicara pada Yeonjun.

Yeonjun mengerutkan dahi. "Kenapa?"

Heeseung menghela napas sambil menimbang-nimbang untuk memberi tahu Yeonjun tentang peristiwa di kelasnya atau tidak. "Tadi.... Abis kelas selesai, dia jadi galau gitu anaknya."

Galau? Kenapa?

Yeonjun mengangguk. "Alright. Makasih, bro."

"Sip. Gue pamit dulu, kak."

Yeonjun beralih mengambil tas ransel warna cokelat tua milik Beomgyu karena feeling-nya mengatakan dia harus membawakan tas Beomgyu.

***

Keadaan toilet laki-laki lantai 4 sepi. Yeonjun memasuki toilet sepi itu sembari memanggil nama Beomgyu dengan hati-hati.

Ekspektasi Yeonjun saat melangkahkan kakinya sambil menyebutkan nama Beomgyu adalah mendengar air mengalir atau jawaban Beomgyu. Tapi yang didengarnya justru isakan tangis yang ditahan.

"Gyu...? Ini bener kan, Choi Beomgyu? Ini gua, Yeonjun." Ucap Yeonjun takut-takut.

Yeonjun sebenarnya tidak percaya hantu, tapi gimana kalo ternyata suara itu dari dunia lain? Kan jadi merinding sendiri.

POPULAR • Yeongyu [ON HOLD]Where stories live. Discover now