Chapter 3: Jack Man_3

186 42 2
                                    

Zico berusia 31 tahun. Pria itu selalu membantu Jennie dalam memudahkan pekerjaannya. Seperti yang ia lakukan saat melihat Jennie sedang membersihkan meja itu sendirian. Ia bergegas menghampiri gadis remaja itu yang membuat Jennie spontan terkejut.

"Ah, oppa." Jennie menoleh padanya

"Berikan padaku," Jennie menjauhkan tangannya ketika Zico hendak mengambil kain itu dari tangannya.

"Tidak, oppa. Aku bisa menyelesaikannya."

"Tidak apa-apa,"

Kali ini Jennie tidak bisa menghindar, Zico langsung mengambil kain itu dari tangan Jennie disertai senyum manisnya.

Sementara itu, Jennie hanya berdiri sambil melihat pria itu membersihkan seluruh sisi meja. Tetapi pikirannya masih mengarah pada wanita lusuh yang dia temui tadi.

"Bagaimana rasanya digemari banyak orang?" Tanya Zico, membuyarkan pikiran Jennie.

"Apa?"

"Anak-anak itu hampir datang setiap hari. Mereka sepertinya menyukaimu."

"Oh.." Jennie memberikan respon singkat, dia memeluk tubuhnya sendiri sambil mengusap pelan bahunya yang tertutupi lengan panjang.

Setelah mendengarkan reaksi yang biasa-biasa saja, Zico menghentikan kegiatannya. Dia menoleh ke arah Jennie yang tampak sedang memikirkan sesuatu dengan tatapan yang mengarah ke lantai sejak tadi.

"Kau baik-baik saja?" Tanyanya, memastikan.

"Ya.. aku baik-baik saja, oppa. Hari ini lebih lelah dari biasanya. Entahlah.." Jennie menjawab sambil mengusap-usap tengkuknya.

Zico menegakkan tubuhnya. Berdiri tegap, sehingga memperlihatkan postur tubuhnya yang sempurna dan tingginya yang melebihi Jennie. Walaupun wajahnya juga menjadi pemikat para pelanggan wanita, Jennie tidak merasa tertarik padanya.

"Kau bisa pulang sekarang, aku akan membersihkan tempat ini sendirian."

"Tidak, oppa. Aku harus mengepel lantainya terlebih dahulu--" Perkataannya terputus begitu saja ketika Jennie merasakan tangan pria itu mendarat di bahunya. Secara spontan, Jennie memundurkan langkahnya. Wajahnya menjadi tegang dan sedikit pucat. Membuat Zico semakin kebingungan. Jennie terlihat sangat aneh baginya malam ini.

"Jennie--"

Belum sempat mengatakan apapun, Jennie langsung melepaskan apron dari tubuhnya dan meninggalkan tempat itu secepat mungkin. Ia mengepalkan kedua tangannya dengan sesuatu yang membuat dirinya gemetar. Jennie melangkahkan kakinya begitu cepat. Sentuhan dan tatapan Zico barusan membuat Jennie merasakan kembali perasaan mengerikan itu, takut, serta menekan. Ia berjalan seraya menatap satu persatu wajah pria dewasa yang seketika berubah seperti sesuatu yang menakutkan di matanya. Nafasnya memburu tatkala dia mengingat suatu pemicu yang membuat dirinya menjadi seperti ini. Jennie tiba-tiba saja merasa malu dan rasanya seperti ditelanjangi oleh tatapan-tatapan yang mengarah kepadanya.

Akan tetapi, trauma itu membuat Jennie lengah. Seperti di hantam keras dari arah depan, sebuah benturan datang sehingga membuatnya terjatuh tepat di hadapan Lisa yang sudah terduduk bersamanya saat ini. Benturan keras itu pun membuat Jennie kembali sadar. Tubuhnya yang gemetar akibat trauma itu seketika pulih. Kini, dia melihat pemilik mata Hazelnut itu meringis sambil menggosok pantatnya dengan tangan.

"Ah.. sial, andai saja aku memiliki pantat yang lebih berisi.." Gadis itu mengeluh, sementara Jennie sudah kembali bangkit dengan sendirinya.

Tanpa mengatakan apa-apa, Jennie pergi begitu saja meninggalkan Lisa. Gadis jangkung itu lekas bangkit dan memutar tubuhnya ke belakang untuk melihat punggung Jennie yang menjauh. Walaupun sedikit bingung, namun ia tidak ingin memikirkannya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 21 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

NewTube Star (JENLISA) Where stories live. Discover now