Bagian Enam Belas

Mulai dari awal
                                    

Salma menggeleng, "Aku mau ngebatalin pernikahan kita." Ucap Salma lagi.

"Salma, maksud kamu apa?" Suara berat ayah Kevin membuat Salma kembali tertunduk.

"Maafin Salma, Pa. Salma gak bisa ngelanjutin hubungan sama Kevin." Ucap Salma lirih. Ia tahu, keputusannya ini menyakiti banyak pihak. Tapi melanjutkan hubungan dengan Kevin akan jauh lebih jahat.

"Kenapa, Salma? Alasannya apa?" Tanya Kevin, nada suaranya terdengar bergetar. Panggilannya juga berubah, tidak lagi Caca seperti kebiasaannya.

"Aku pikir sama kamu aku bisa. Ternyata enggak."

Suasana meja makan ditelan keheningan. Papa Kevin meninggalkan meja makan tanpa mengatakan sepatah katapun. Ia tidak menyangka Salma akan mengatakan hal itu.

Kevin adalah anak yang baik, lembut. Tidak sekalipun anak itu mengecewakannya. Dan sekarang, perempuan yang menjadi pilihan anaknya itu. Perempuan yang sudah ia anggap seperti Putrinya sendiri. Mengatakan sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan akan ia dengar. Sebagai seorang ayah, ia terluka.

"Salma, kamu serius dengan apa yang kamu katakan barusan?" Mama Kevin bertanya dengan tatapan tajam.

Salma mengangguk sebagai jawab, "Maafin Salma, Ma."

"Aku antar kamu pulang," ucap Kevin yang langsung berdiri dari duduknya. "Ayo, Salma. Aku antar kamu pulang."

Salma mengangguk, ikut berdiri. Tapi sebelum mengikuti langkah Kevin. Salma berjalan mendekati mama Kevin. Ia ingin berpamitan. Ia tahu, ia sudah mengukir luka di hati perempuan yang paling menyayangi Kevin itu.

"Salma pamit, Ma. Maafin semua salah Salma."

Salma mengulurkan tangan berniat mencium tangan Mama Kevin. Namun tidak dihiraukannya. Wanita yang sudah melewati setengah abad itu justru berlalu menjauh tanpa sepatah katapun. Membuat Salma menarik napas dalam.

"Ayo, Sal." Kevin kembali memanggil Salma.

Salma mengangguk. Ia mengikuti langkah Kevin meninggalkan ruang makan. Terus berjalan menuju pintu.

"Tunggu," suara seorang perempuan menghentikan langkah Salma juga Kevin yang sudah bersiap membuka pintu mobil.

Perempuan itu yang adalah kakak Kevin, ia berjalan mendekat. Tatapan fokus ke arah Salma.

"Kenapa, Sal?"

Kalimat tanya itu membuat satu bulir air mata menetes dari sepasang mata Salma.

"Masuk, Sal." Tukas Kevin, yang langsung dituruti Salma. "Gue antar dia dulu, ka."

"Kamu menyakiti banyak orang, Sal."

Kalimat itu sempurna mendatangkan rasa bersalah ke dalam diri Salma. Seolah langit di atas sana runtuh menimpa dirinya. Berat. Namun Salma tahu, ini risiko dari keputusan yang ia pilih. Dan ia sudah bersiap dengan segala kemungkinan apapun.

Selama perjalanan ke rumah Salma tidak ada satu kalimat pun yang tercipta di antara Salma dan Kevin. Mereka dibungkam kebisuan. Salma yang diliputi rasa bersalah. Dan Kevin yang masih mencerna segala hal.

***

"Bisa jelaskan semuanya?" Kalimat pertama yang Kevin ucapkan begitu mobilnya berhenti di depan rumah Salma.

"Maafin aku, Vin." Suara Salma bergetar, ia menahan seluruh emosinya. Ini bukan keputusan gampang. Ia memilih keputusan ini dengan segala resiko terburuknya.

"Aku pikir sama kamu aku bisa. Tapi nyatanya enggak. Maafin, Vin. Ini juga bukan keputusan gampang buat aku."

"Apa yang membuat kamu gak bisa? Kita udah ngomongin banyak hal sebelum akhirnya memutuskan menikah. Jadi kenapa tiba-tiba kamu kayak gini?"

Salma menarik napas dalam, memejamkan matanya sesaat. "Hati aku nyatanya gak sama kamu."

Kevin meringis, ia mengusap wajahnya kasar. "Lalu hati kamu ke siapa, Sal?"

Salma diam, dadanya sesak.  Ia takut jawabannya akan lebih menyakiti Kevin.

"Dua tahun kita bareng, Sal. Apa selama itu kamu gak sayang sama aku?"

Tidak ada jawaban dari Salma.

"Apa aku pelarian?"

"Vin, maaf. Kamu berhak bersama orang yang beneran sayang sama kamu, bukan orang kayak aku. Orang yang belum bisa lepas dari masa lalunya."

"Seharusnya kamu ngomongin hal ini cukup berdua sama aku. Bukan di acara makan malam kayak tadi."

"Maaf."

"Oke, ini mau kamu. Hubungan kita berakhir." Ucap Kevin pelan. "Turun, Sal."

Tanpa sepatah katapun Salma turun dari mobil Kevin. Ia tahu kalimat apapun tidak akan membuat segalanya jadi lebih baik. Dan tentang kenapa Salma memilih mengatakan hal itu di acara makan malam tadi. Salma hanya ingin pamit sekaligus langsung minta maaf. Tapi mungkin itu keputusan yang keliru.

Mobil Kevin melaju dengan cepat meninggalkan Salma yang masih berdiri mematung di tempatnya. Di saat mobil Kevin sudah menghilang di ujung jalan. Air mata Salma tumpah. Ia melangkah masuk ke rumah sambil menangis.

***


Note : Part yang ini sedih ya. Kalian sedih gak pas bacanya?

Btw, jangan lupa Vote Salmon ya :) Oh iya, barusan aku mikir, keren kali ya kalo fanbase Salmon tetep ada sampai Idol kelar, menemani perjalanan Salma dan Rony di industri musik. Entah bagaimana pun hubungan mereka, kita tetap ada.

Happy reading :)

Kembali (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang