_______

Juni-14-2020

      Dulu, seo jin pernah menyuruhku untuk bersosialisasi.
Dan hingga kini aku masih bingung.
Bersosialisasi yang seperti apa?
Aku bukan maniak sosial seperti seo jin.
Tidak mudah bagiku untuk berbaur ditempat baru atau saat bertemu orang asing.
Aku juga bukan tipe yang suka melakukan pencitraan publik.
Aku tidak suka bersikap seolah aku ingin terlihat baik didepan orang lain.
Dan aku memang lebih nyaman dengan suasana yang tenang dan damai.
Terlebih setelah aku sakit.
Kondisiku yang lemah membuatku tak bisa bepergian jauh.
Dan hingga saat ini seo jin masih tak mau mengerti keadaanku.
Aku sering merasa tidak enak saat harus menolak ajakannya.
Ia mengajakku jalan-jalan seakan aku tak memiliki penyakit apapun.
Kalau aku sehat, tentu dengan senang hati aku akan mengikuti kemanapun ia mengajakku pergi.
Namun sekali lagi bukannya aku tidak mau, tapi aku tidak bisa.
Tidak bisakah, sekali saja seo jin memahami keadaanku, dan mengerti seperti apa kerasnya usahaku untuk melawan ketakutan dan kecemadan?
Tapi tidak! Sejauh ini seo jin bahkan tidak mau mendengar ucapanku.
Ia juga tak pernah menanyakan seperti apa keadaanku yang sebenarnya.
Seo jin hanya menelan apa yang dikatakan oleh kim il sung tanpa mau memikirkannya terlebih dahulu.
(il sung adalah nakes di puskesmas yang bersikap toxic positivity padaku dan memaksakan kondisi gangguan jiwa padaku sementara aku merasa masih cukup waras)
Dan tanpa bisa kupungkiri, aku sangat kecewa akan hal itu.
Dari dasar hatiku yang terdalam, aku memang sangat merindukan seo jin yang di masa lalu.
Dan untuk seo jin yang sekarang, ku akui aku merasa tersakiti olehnya yang masih mengaku sebagai teman baikku.

     Moodku memang sering berubah-ubah.
Tapi akhir-akhir ini perasaan sendu dan melankolis lebih sering mendominasi.
Mungkin karna sehari-harinya aku hanya tinggal dirumah.
Karna itu aku jadi punya banyak waktu untuk befikir.
Terutama tentang betapa banyak kegagalanky di masa lalu.
Dan ketakutanku akan kondisi kesehatanku membuatku enggan untuk keluar rumah.
Tapi hari ini, aku bersikeras melawan fikiran negatif itu.
Sepupuku mengajakku pergi keluar dan berfoto bersama.
Sejenak, aku berhasil melupakan rasa badan yang banyak keluhan ini.
Sangat menyenangkan menikmati udara segar di tempat terbuka.
Namun begitu pulang kerumah, perasaan was-was kembali mnghampiriku.
Takut kalau-kalau efek dibonceng naik motor diperjalanan yang cukup jauh itu akan berpengaruh pada badanku yang rapuh ini.
Beginilah caraku menjalani hidup.
Selalu dibayangi keraguan dan ketakutan.

_______

Juni-16-2020

       Aku memandangi ranting-ranting pohon sirsak yang telah mati diluar jendela.
Udara diri menggerakkan ranting-ranting yang rapuh itu.
Persis seperti rasa kesepian yang teramat nyata.
Langitnya sangat mendung berwarna abu-abu pekat.
Entah kenapa aku menjadi begitu kesepian saat melihatnya.
Banyak hal telah berubah.
Dan aku akan terus menunggu perubahan selama usiaku yang masih tersisa.
Kadang aku merasa iri kepada orang lain.
Mereka menjalani hidup dengan penuh semangat dan tujuan yang nyata.
Mereka selalu punya tujuan yang pasti dalam setiap fase hidup yang mereka lalui.
Saat masih kecil, ya menjalani hidup selayaknya anak kecil.
Saat remaja, mereka sibuk dengan persahabatan dan percintaan anak muda.
Saat mulai dewasa, mereka dengan bahagia melupakan persahabatan dan mulai fokus membangun rumah tangga.
Mengurus anak, dan selalu sibuk dengan masalah keluarga.
Dan begitu seterusnya hingga menjadi lansia lalu kemudian mati.
Akan tetapi, aku tidak seperti itu.
Aku tidak menjalankan rutinitas selayaknya orang banyak.
Di awal masa remajaku aku selalu sibuk dengan naruto dan anime jepang lainnya.
Bukannya asyik bermain kejar-kejaran dengan dengan anak laki-laki lalu kemudian main pacar-pacaran seperti yang umum dilakukan anak perempuan disekitarku.
Aku semakin sibuk dengan duniaku sendiri dan menjadi semakin sibuk lagi setelah aku menjadi k-pop lovers dan aktif memgikuti acara di radio bersama teman-temanku sesama k-pop lovers.
Hingga tanpa sadar, satu persatu temanku telah menikah.
Bahkan teman-teman k-pop loversku juga.
Kebahagiaan dan semangat hidup yang tadinya selalu kurasakan perlahan-lahan mulai memudar dan digantikan oleh rasa kesepian.
Ibarat seorang yang begitu terlena dalam berpesta saat malam semakin larut.
Satu persatu tamunya mulai lelah hingga akhirnya pergi.
Udara malampun menjadi semakin dingin.
Menjelang dini hari, tanpa sadar ternyata hanya tinggal seorang diri.
Dan entah apa yang akan terjadi saat fajar telah menyingsing.
Seperti itulah kiranya diriku.
Aku seperti menentang arus dengan tidak mengikuti rutinitas hidup normal seperti orang lain.
Namun ini juga bukan keinginanku.
Semua terjadi begitu saja.
Aku hanya mengikutijalan hidup yang sudah ditakdirkan tuhan untukku.
Aku adalah orang yang berbeda dengan jalan hidup yang berbeda pula.
Aku pernah juga menyangkal diriku sendiri dan berusaha untuk menjadi normal seperti orang lain.
Namun aku malah begitu tersiksa karna menipu diri sendiri.
Jadi mulai sekarang, aku ingin memasrahkan jalan hidupku hanya kepada tuhan.
Aku akan mengikuti apapun ketentuannya.
Aku bahagia menjadi diriku sendiri.
Percaya atau tidak, aku juga merasakan kebebasan ditengah keterbatasan dan tekanan hidup yang semakin kuat setiap saat.

Waiting For A ChangeWhere stories live. Discover now