Ketiga Orang itu masih ingat dengan jelas bagaimana Dokter memberikan hipotesis sementara kalau Otak White sudah rusak, yang jadi permasalahan adalah Otak titik pusat dari segalanya, jika Otak White sudah rusak maka satu satunya hal yang bisa mereka lakukan adalah menunggu Kematian White. Pada saat Otak berhenti berkerja maka Tubuh tidak lagi mendapat perintah yang cukup untuk melakukakan sesuatu, itu sudah cukup untuk disebut sebagai ‘mayad hidup’

Arm datang tergesa-gesa, dia datang seorang diri terlebih dahulu agar bisa membuat celah untuk Off dan Tay melihat keadaan Gun yang sudah mulai dibalut dengan berbagai macan Alat Medis. “Belum selesai juga?” tanya Arm mengingat dia sempat dikabari bagaimana kondisi Gun.

Tidak ada satupun yang menjawab karen pikiran mereka sedang kalut dan itu sudah cukup memberikan jawaban untuk Arm. Arm sedang melihat kondisi, memastikan apa yang bisa dia lakukan untuk mendapatkan celah dan membawa Off serta Tay kemari, hingga akhirnya dia melihat Chimon yang menangis dan Claire yang pucat pasi, itu akan dia gunakan untuk mengusir ketiga Orang itu.

“Sebaiknya kalian pulang dulu untuk membawa barang barang kalian dan White kemari, dari pada nanti kalian harus meninggalkan White saat dia sudah selesai di tangani dan tidak sempat mendengarkan penjelasan Dokter,” saran Arm yang mendapatkan respon berupa tatapan dari ketiganya.

“Bagaimana jika penanganan sudah selesai dan White sudah sadar tapi tidak melihat kita?” sahut Claire setelah sejak tadi diam membisu.

“Kalian taukan White sangat menyayangi kita, bisakah kalian bayangkan gimana White jadinya kalo pas dia sadar dia ngeliat kalian acak acakkan kaya gini? Udah pasti dia bakal nyalahin dirinya sendiri, kalian mau liat White kaya gitu?” Ketiga Orang itu terdiam sejenak untuk memikirkan perkataan Arm. Memang benar jika selama ini White akan selalu menyalahkan dirinya sendiri jika Orang orang tersayangnya kacau balau hanya karena mengkhawatirkannya.

“Itu benar, sebaiknya kita pulang dulu untuk beres beres juga bersih bersih, lagi pula disini Arm akan mengawasinya ya kan Arm?” tanya Tuan Patthiyakorn.

“Tentu saja, White itu Sahabat saya yang paling harus saya jaga,” jawab Arm dengan mantap dan berusaha menyakinkan ketiga Orang itu.

“Tapi White....”

“Claire, kau tidak perlu khawatir keadaan calon suamimu, dia anak yang kuat dan kita semua tau itukan? Lagi pula kau harus mengabarkan Orang tuamu kalau Pernikahan harus diundur,” ucap Tuan Patthiyakorn yang berusaha untuk menyakinkan calon Menantunya itu, biar bagaimanapun mereka punya hal yang harus mereka urus terlebih dahulu.

Akhirnya ketiga Orang itu memutuskan untuk pulang ke Rumahnya masing masing dengan perasaan yang masih kalut. Arm yang melihat itu lantas saja menelpon Tay setelah memastikan jika Orang itu sudah jauh dan tidak melihatnya lagi, dia menelpon untuk memberikan kabar dan memastikan apa tiga Orang itu sudah pergi dari Rumah Sakit atau belum, karena Arm memang sengaja meninggalkan dua Sahabanya di Parkiran.

“Mereka udah pergi dari sini, mereka udah pergi dari parkiran belum?” tanya Arm untuk memastikan kalau tidak ada satupun dari ketiga Orang itu yang melihat Tay ataupun Off mengunjungi Gun, apa lagi sampai saat ini Dokter belum juga menyelesaikan tugas mereka.

“Mereka baru sampe parkiran, eh tapi ini Orangnya ada berapa? Soalnya disini ada dua doang,” jawab Tay yang hanya melihat Claire dan Chimon saja.

“Ada satu lagi, Claire, Chimon, sama Tuan Patthiyakorn, kalo Tuan Patthiyakorn gak ada berarti dia ngurusin administrasi lain di resepsionis,” balas Arm sambil melihat tubuh Gun yang tiba tiba mengalami kejang.

“Tay, kalo nanti mereka udah pergi semua kalian kesininya lari, Gun kejang kejang dan situasinya makin runyem disini.” Peringatan itu tidak hanya sampai ke telinga Tay saja, tapi juga Off karena Tay menloud speaker panggilannya.

Pliss! Remember Me (END)Where stories live. Discover now