2

70 9 4
                                    

CHAPTER 9

"Oh,  Arva kau tidak bisa lari lagi dariku." dia memegang dagunya dengan sedikit kasar, Duke sudah hampir kehabisan kesabarannya. Walaupun Arva sangat membantu dalam pekerjaan,  bersikap patuh, dan bersikap ramah, dia tetatap saja tidak diberi maaf bila melarikan diri dari Edgar . "Kau sekarang bukan lagi Putra Mahkota dari negara tetangga, kau miiliku." Sentuhannya mulai menurun ke pinggang secara perlahan.

"Tidak! aku bilang hentikan! apakah kau sudah gila?"

"Tidak ada hari aku tidak tergila-gila padaku."

Arva masih saja berusaha untuk memberontak dari pelukanya.

Duke yang merasa tertolak, merasakan kecemurun yang luar biasa."Ada apa denganmu?!  apa kau masih saja memikirkannya? berhentilah,dan lihat aku saja! apa kau tidak tau betapaa sakitnya hatiku saat kau bersama ku hanya memikirkannya. Dia bahkan tidak mengingat kau sama sekali, kalau kau berani menjauh dariku. Aku akan membunhnya dengan mudah."

Arva seketika terdiam, dia menunduk dalam sekali. "Katakan sekali lagi." kini dia dengan berani menatap tajam pada Duke tanpa rasa takut  "Bila kau mengaatakan hal itu sekali lagi, aku akan membalasnya beribuan kali lipat, sampai kau memohon ingin mati" Arva yan memiliki wajah pria manis ternyata bisa membuat ekpresi yang sangat menyeramkan.

Dengan mudahnya dia melepas pelukan Duke dengan dingin.

"Kau yang tidak tau apa-apa dengan mencintai tidak pantas mengtakan akan memilikiku seutuhnya." dengan punggung dingin dia pergi menjauh dari duke.  Kali  ini  dia terdiam, tidak pernah dia melihat Arva memberikan tatapn semenakutkan itu, dan dia denggan berani menggunakan kekuatannya yang sangat jelas kekuatan itu sudah dikunci oleh Edgar, hanya karena orang yang disayanginya Arva dengan susah payah mengeluarkan kekutannya. memaksa kekuatanya keluar sudah pasti jantungnya terasa sakit.

Duke  Edgar yang kesal memukul dinding, "Sudah aku duga, seharunya aku langsung saja membunuh orang itu." pikirnya yang terbayang dengan seorang yang dicintai Arva.

#####

"Hm, aku masih penasasran dengan orang yang dicintai Arva. kalau tidak salah dia dari negara lain bukan? pasti orang itu dari negara lain. Bahkan saat alur ceritannya tamat, tidak pernah diungkapkan. Aku harus mencari orang itu." namun kini dia menjadi Rosemary dan sangat kebingungan dan gusar sekali, karena ketika adiknya menceritakan kisah Glass Of Blood dia tidak mendengarkanya dengan baik.

Sudah lima hari dia bisa beradaptasi dengan keadannya, beberapa hari ini dia menenangkan pikirannya, dan sedikit demi sedikit mulai bisa memahami.

Dia akan baik-baik saja kalau tidak mengganggu Arva, namun musibah selanjutnya perlu dia waspadai. Arva memiliki kekuatan dari keluarga kerajaan, dalam tubuhnya terdapat monster. Setelah Arva putus asa karena selalu dikekang oleh Duke dia memutuskan bunuh diri, kekuaatan monsternya ternyata menyebar ke seluruh kota, membuat kekeringan panjang, setiap hari. Namun, dengan kekuatan Duke dia berhasil dihidupkan kembali.

Saat itu lah kisah cinta mereka semakin memanas, awalnya Arva hanya pasrah tidak  berdaya. semakin lama dia diperlaukan dengan cinta, dia merasakan mulai tumbuh bibit-bibit cinta.

"AGHHHH! aku tidak suka mendengar cerita yang seperti itu!" Rosemary yang sering kali mendengar kisah itu dari adiknya, mulai dari di meja makan, ketika mau tudur, bahkan saat dia mengantar adiknya ke sekolah. dia sudah muak mendegar adiknya dulu mengoceh tentang cerita BL. 

Sekarang menurutnya mulai terasa aneh, dan menyeramkan. Kemudian Rosemary berdiri dari kasurnya dan berputar-putar  sembari berpikir. Apa yang akan dia lakukan, apakah dia akan pergi menjauh? menghadapi masalah ini? atau meninggalkan kedua lelaki itu dan menikmati kekayaan?

"Tidak mungkin! Rosemary sama sekali tidak kaya! bagaimana bisa menikmati kekayaan? aghhh apa yang harus aku lakukan? aku bahkan tidak punya keahlian apapun selain merengek." kemudian dia mengacak-acak rambutnya dengan sekuat tenaga, rasanya kepalanya pusing sekali, rambut pirangnya menjadi semakin kusut, namun kemudian dia teringat. "Aku kan pandai bernyayi. itu dia, aku memutuskan untuk menjadi penyayi terkenal di dunia ini! hahahahaha!"

Tawa Rosemary terdengar seperti seorang antagonis perempuan, akan tetapi sungguh dia tidak peduli sama sekali. Dia puas akan ide kecilnya tersebut walaupun dia tidak tahu harus memulai dari mana. Dia pun berdiri tegak menghadap keluar jendela yang besar. Mulai lah dia membuka mulutnya, menarik nafas dan mengeluarkan suara nyayian.

"Lavender's blue, dilly dilly ... Lavender's green ... When I am king, dilly dilly... You shall be queen."

CELAKA! suara Rosamary yang asli sama sekali tidak bagus, walaupun dia mengatur nafasnya dengan baik, pada dasarnya pita suara Rosamary hanya digunakan untuk meneriaki bawahannya. baiklah kini saatnya dia bisa panik sejadi-jadinya, dia tidak mau tetap tinggal ditempat dua orang tokoh bermesraan, tidak, dan dia tidak mau bila hidupnya berakhir dengan kematian.

dalam kebingunganya dia malah mendengar lagu yang dia nyayikan dinyayaikan oleh seseorang dengan suara yang amat sanagt merdu, seperti dinyayiakn oleh malaikat yang penuh kasih.

"Lavender's blue, dilly dilly ... Lavender's green ... When I am king, dilly dilly... You shall be queen." Rosamary melihat kebelakang dan mendapati pria tampan yang memiliki wajah yang lembut menatapnya dengan rasa ingin tahu, "lirik itu terdengar bagus, siapa penciptanya?"

Rosamary yang lemah terhadap pria tampan apalagi yang berambut keperakan luluh dan hanya bisa menjawab, "ohh ... hanya terlintas dalam benak ku." tampan dan keperakan.

"Oh tidak dia Arva! bagaimana ini!"  teriaknya dalam hati.

Menjadi Selir Dunia BLWhere stories live. Discover now