Until I Collapse Part 42

Start from the beginning
                                        

"Yuk. Sekalian ke koperasi ya, bulpen gue abis." jawab Freya. Muthe hanya mengacungkan jempol.

Mereka berdua melangkah menyusuri koridor menuju kantin. Bangku pojok kantin yang biasanya sudah di isi dengan inti Crucio, kali ini kosong tidak ada siapa-siapa. Padahal setelah bel istirahat berbunyi, mereka langsung keluar kelas.

"Tumben bangku pojok sepi? Kemana semua ya, Fre?" tanya Muthe.

Freya menghendikkan bahu. "Nggak tau deh. Biasanya juga langsung duduk di situ." jawab Freya. "Jessi nggak ada bilang atau chat lo gitu mungkin?"

"Pas keluar tadi sih bilangnya istirahat duluan. Nggak tau deh sekarang dimana."

Freya manggut-manggut. "Pesen dulu aja yuk. Lo mau apa?"

Muthe mengedarkan pandangan memilih makanan yang akan ia makan hari ini. "Mie ayam deh, yang kering."

"Es nya terserah gue ya?"

"Oke. Air putihnya juga jangan lupa."

"Siap, Nyonya Muthe."

Beberapa menit kemudian, bel masuk berbunyi. Saat ini, kelas XII IPA 1 melaksanakan pelajaran Fisika, Bu Lami. Pandangan Freya terus menatap pintu kelas. Sudah hampir 30 menit lamanya Flora , beserta keenam sahabatnya itu tidak kunjung melewat depan kelasnya. Freya menjadi gelisah.

Freya menyenggol lengan Muthe yang yang sedang mencatat rangkuman. "Yah, Fre. Kecoret." keluh Muthe berbisik.

Freya menyengir. "Sorry sorry. Gue nggak liat Flora sama yang lain, udah hampir setengah jam mereka nggak lewat kelas kita. Lo ada di chat Jessi lagi nggak?"

"Bentar," Muthe mengambil ponsel yang ada laci mejanya diam-diam. Ada beberapa pesan masuk dan itu dari Jessi. "Eh ada nih, bentar."

Muthe sangat serius saat membaca pesan dari Jessi, tanpa sadar ia membelalakkan matanya terkejut.

"Fre, gawat!"

Freya meletakkan jari telunjuknya di bibir pertanda 'jangan berisik'. "Ssshhuutt. Kenapa?"

"Flora bonyok." jawab Muthe. "Barusan Jessi
chat gue." "Hah?" Hampir saja Freya berteriak. "Terus sekarang mereka dimana?"

"Warung Bu Sari."

Freya semakin di buat panik. "Ayo kita kesana!"

Muthe melotot. "Lo gila? Kita lagi KBM, dodol!"

Freya menggigit kuku jarinya sambil berpikir bagaimana cara ia bisa izin keluar dari kelas.

"Gue tau." ujar Freya. "Ke UKS. Bilang aja perut gue sakit, lagi haid."

Muthe menggeleng cepat. "Enggak ya, Fre. Kalo lo malah sakit beneran gimana anjir?"

Freya berdecak. "Semoga aja gue nggak papa. Masalahnya ini Flora, Muthe. Pacar gue bonyok!"

Muthe diam sebentar, kemudian ia membuang nafasnya pasrah. "Yaudah deh."

***

Di warung Bu Sari, 6 anak Crucio sedang mengobati lukanya masing-masing, kecuali Flora. Ia membiarkan lukanya itu menjalar, hanya ia kompres dengan air dingin. Padahal di antara mereka, luka yang paling parah itu Flora, yang lain hanya goresan di bagian lengan karena membela sekaligus membantu Flora.

Flora sedari tadi mengompres bagian lukanya yang membiru. Mereka semua meringis saat melihat darah Flora menetes di mana-mana. Sesekali juga ia bersihkan menggunakan tissue kering.

"Flo, ayo lah di obatin dulu tuh muka lo," celetuk
Jessi. "Ntar infeksi makin parah."

"Iya, Flo. Luka kami mah nggak ada apa-apanya cuma di lengan doang. Lah, lo, hampir se-muka anjir sampai biru gitu, nggak sakit apa?" sahut Oniel.

Until I Collapse (FreFlo)Where stories live. Discover now