"Kak, yang itu nggak mau lo masukin ke kotak juga?" tanya Mahen sambil menunjuk ke arah kotak berwarna beludru biru.

Raline menggeleng. "Khusus yang ini jangan. Gue nggak mau barang ini di pakai sama Abigail."

"Emang nya apaan? Bukan cincin tunangan kalian kemaren kan?" celetuk Lili yang langsung di pelototi Judith dengan tajam.

Sepertinya Lili sudah salah bicara.

"Bukan apa-apa kok. Gue cuma mau nyimpen ini sebagai kenang-kenangan aja." jawab Raline di sertai senyum tipis.

"Hen, nanti gue minta tolong buat anterin barang-barang ini ke rumah Abigail ya. Alamat nya nanti gue shareloc."

Sebenarnya Mahen tidak sudi kalau harus mengantar barang-barang ini ke rumah Abigail. Bukan karena dia tidak ingin membantu Raline. Tapi dia terlalu malas kalau harus melihat waah Abigail yang pasti akan membuat nya kesal setengah mati.

"Oke, nanti gue aja yang anter. Tolong bantu doa nya semoga gue nggak kebablasan ninju muka nya yang sok cantik itu."

Raline terkekeh kecil mendengarnya. "Jangan asal nonjok orang, Hen. Dia kan lagi hamil anak temen lo."

Semua nya tidak ada yang terhibur dengan candaan Raline barusan. Karena mereka tahu kalau Raline sedang berusaha menyembunyikan rasa sakit hati nya dengan senyuman.

CKLEK

Pintu kamar Raline terbuka menampakkan Yudha yang masuk ke dalam disertai dengan wajah nya yang panik. 

"Udah balik, bang? Yang lain nya mana?" tanya Mahen.

"Rell, ikut gue sekarang. Urgent." ucap Yudha tanpa mengindahkan ucapan Mahen barusan.

Gelagat cowok itu nampak terburu-buru dan wajah nya memperlihatkan raut panik.

"Ikut kemana? Gue masih mau beres-beres ini dulu, kak."

"Udah ikut gue aja. Mas sepupu lo ngamuk-ngamuk kayak orgil. Gue takut Jerome mati di tangan dia."

Fokus dan perhatian semua orang langsung tertuju kepada Yudha setelah mendengar ucapan nya barusan.

"Maksud nya gimana, Yud? Mereka baik-baik aja kan?" tanya Judith yang juga mulai panik.

"Dimas mana, Yud?" Jean juga mulai panik.

"Kacau. Semuanya kacau anjir. Dimas nggak tanggung-tanggung. Gue takut Jerome mati doang di tangan dia."

Raline berdiri dari duduk nya dan berjalan mendekati Yudha. "Jelasin semuanya ke gue. Mas Dimas kenapa?"

"Lo tau kan kalau hari ini Dimas mau balas dendam dan buat perhitungan ke Jerome. Awalnya dia cuma mau mukul dikit doang, tapi gue nggak tau kenapa tiba-tiba dia kehilangan kontrol nya dan jadi gebukin Jerome sampai bonyok. Lo harus ikut gue kesana. Karena cuma lo doang yang bisa menengahi mereka, Rell." ucap Yudha menjelaskan.

Raline langsung merasa lemas setelah mendengar ucapan Yudha barusan. Dia memang memberikan izin Dimas untuk menemui Jerome dan memberi sedikit pelajaran kepada cowok itu. Tapi dia tidak menyangka kalau Dimas bisa hilang kendali seperti ini.

"Jean sama Judith ikut gue juga. Laki lu berdua juga mulai ikut-ikutan kacau."

"Raline biar disini aja sama Mahen dan Lili. Gue sama Jean yang ikut lo, Yud." kata Judith. Dia tidak ingin Raline semakin terpuruk saat melihat kekacauan nanti.

"Gue ikut. Gue mau ikut." kata Raline pada akhirnya.

"Rell, lo di rumah aja sama gue sama Mahen. Jangan nekat ikut. Gue tau lo belum sanggup ketemu sama Jerome. Apalagi di situasi kayak gini."

[2] HATI dan WAKTUWhere stories live. Discover now