"Kenapa kau di sini?" Kau bertanya padanya.

"Aku perlu bicara lagi denganmu." Dia mengabaikan orang lain yang tengah menatap pada kalian. Well, beberapa dari mereka tahu kalian dulu pacaran.

"Tidak Jimin, tidak di sini." Kau masih kesal, dia berhasil membuatmu menangis dan sekarang dia muncul lagi di hadapanmu, di tempat ramai.

"Bukankah kita teman? Kita bisa bicara dimana saja." Jimin melirikmu dengan wajah tengil. Sedikitnya itu membuatmu sakit hati.

"Tidakah kau berpikir mengenai Seulgi?" Katamu.

"Tidak apa." Katanya, "toh kita hanya teman sekarang."

Kau mengeleng, menatap pada dosen yang baru masuk. "Aku tidak setuju kita berteman. Kau bukan temanku."

"Ayolah, kita bukan anak sma yang telah putus langsung jadi musuh."
Cibiran dari Jimin amat sangat menyakitimu.
Mahasiswi yang ada di sebelahmu melirik kalian antusias.

"Kita bicara di tempat lain." Katamu, kau bahkan tidak repot-repot meliriknya.

"Oke, aku akan datang ke tempatmu bekerja. Jangan suruh sepupumu mengusirku lagi." Kata Jimin.

Kau menutup matamu, menahan segala emosi. Kau menghela napas, membuka mata dan menatap Jimin.
"Jangan ajak aku bicara sampai kita bertemu di cafe."

Jimin menyinggungkan sebelah bibirnya, "Fine."

*

Perkuliahan selesai dan kau beranjak dengan cepat, meninggalkan Jimin di kelas. Kau berjalan cepat untuk masuk ke toilet perempuan, berdiri di depan westafel dengan tangan bergetar. Kau panik, sangat panik sepanjang kelas tadi. Tak ada materi yang masuk ke otakmu, saat dosen berbicara menjelaskan materi pikiranmu penuh dengan tanda tanya dan segala macam sumpah serapah yang hendak kau layangkan pada Jimin saat kalian berbicara nanti. Kau mencuci tanganmu dan mengeringkannya dengan tisue. Setelah kau agaknya tenang kau mengambil handphonemu untuk menanyakan di mana Chaeyoung.

"Kau di mana?" Tanyamu.

"Maaf, aku sedang pergi dengan teman-temanku. Kita mau ke cafe, kau mau ikut?" Ada suara perempuan lain, kau tebak itu suara teman-teman Chaeyoung.

"Apa kau bersama dengan Jiso?" Tanyamu lagi, kau butuh sahabatmu tapi kau tidak mau menganggu mereka.

"Tidak. Dia entah pergi kemana." Katanya.

"Oke, thanks Chae,"

"Apa kau tidak apa?" Chaeyoung tahu suaramu agak bergetar.

"Aku tidak apa, sudah dulu ya, aku akan telphone Jiso." Katamu.

"Oh, oke."

Kau menutup panggilan dan kau tidak berniat menelphone Jiso karena kau tahu kalau dia selalu sibuk dengan kegiatan club kampus. Jadi, kau lebih memilih mendatangi gedung pacarmu. Jungkook. Akan tetapi ketika kau keluar dari toilet, ada Jimin di depan toilet laki-laki. Dia sengaja menunggumu di situ.

"Kau oke?" Dia bertanya. Mungkin dia melihatmu panik. Atau serangan panikmu terlihat olehnya, ini tidak boleh terjadi.

"Jangan ajak aku bicara sampai di cafe nanti." Katamu, kau masih bisa berbicara ketus padanya dan kau bersyukur atas club teater yang kau ikuti bersama Jiso ketika di SMA sedikitnya sangat membantumu berpura-pura.

Kau berlalu dan mengabaikan eksistensi Jimin. Kau pergi berjalan mengarah ke gedung fakultas Jungkook masuk ke dalamnya dan mencari Jungkook di kelas terakhirnya. Ini pertama kalinya kau menginjakkan kakimu di gedung ini jadi kau agaknya sedikit tersesat. Kau tidak memeriksa setiap nomor pintu ruangan, tetapi menunggunya di sebuah lorong di lantai satu dan menelphonenya.

I Hate You, But I Love You | Jimin BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang