"Karna gue punya tujuan lain menyekolahkan lo" Lanjut dinand membatin.

"Udah ah, kayaknya udah mau telat, gue dulauan ya" Ucap zidane pamit dan tak lupa menyalami abangnya itu.

*****
Sekolah^

Fiki dan zweitson  telah sampai dikursi duduknya, menikmati jam pagi mereka sebelum bel.

"Eh,, kalian tahu ngk sih,, kalau nanti ada anak baru" Ucap ratu gosip dikelas itu.

"Wahh,, benaran cewek ngak? Kalau cewek bisalahh" Balas  siswa lain sambil menaik turunkan alisnya.

"Dihh,, anak baru itu cowokk,, ganteng pasti tuu" Timpal siswi genit sekolahan

Tak berselang lama, bel masuk berbunyi dan jam pertama pelajaran dimulai.

Wali kelas mereka masuk, karna selain menjadi wali kelas iya juga merujuk menjadi guru MTK.

"Pagi semuaa" Sapa ibu itu

"Pagi bukk" Sapa semua serentak

"Baiklah sebelum memulai pelajaran, ibu mau memperkenalkan siswa baru dikelas ini mari masuk" Ucap ibu itu menyuruh masuk seseorang yang ada didepan pintu.

Siswa laki-laki itu masuk menggunakan hoodie hitam, tidak lupa ia menutupi wajahnya menggunakan kepala hoodie itu.

"Jelek banget kayaknya,, sampai tuh wajah ditutup gitu" Timpal salah satu siswa yang risih melihatnya.

"Silahkan kenalkan diri, dan buka penutupnya tolong" Ucap  ibu itu mengingatkan.

Dan dengan berat hati, siswa itu membuka penutup wajahnya, semua orang disana terdiam, apalagi Fiki dan Zweitson merasa tak percaya tentang apa yang dilihatnya.

Baru iya akan menyebutkan namanya, tapi seseorang memotong nya.

"A_ aji,, fajri bukan sihhsihh" Ucap seorang siswa disana,, dan sang empu hanya mengerutkan keningnya bingung.

Aji? Fajri? Siapa itu, mengapa orang memanggilnya begitu.

"Ekh,, perkenalkan nama ku Zidane  ....... " Jawab zidane memperlurus kesalah pahaman ini.

"Ajiii, Lo Fajri temen kita, gue gak nyangka Lo masih hidup, jangan tinggalin kita lagiiii" ucap Fiki dan zweitson yg telah berlari ke depan untuk memeluk tubuh yg di sangka temen nya.

"Eh,,, tenang tenang, Fiki zweitson balik ke bangku, biar ibu jelasin" ucap ibu itu yg melerai keriuhan di kelas ini.

"Baik buk, ji nanti kita makan seblak lagi ya"ucap Fiki di sela ia kembali ke bangkunya.

"Oke, jadi gini anak anak, ibu mau meluruskan ini semua ya, murit baru yg ada di depan kalian ini nama nya Zidane bukan Fajri temen kalian, lagi pula kan Fajri juga udah meninggal jadi gak mungkin hidup kembali, mungkin memang Zidane ini memiliki wajah yg mirip dengan almarhum Fajri tapi bukan berarti dia Fajri. Udah jelas ya, Zidane silahkan duduk di kursi yg kosong" Zidane pun menuruti.

"Zidane duduk di sini di samping aku aja"

"Jangan Zidane mending di samping aku aja"

Itulah yg terdengar dari mulut siswi siswi yg genit di kelas ini, namun pandangan Zidane tertuju ke arah kursi yg kosong tepat di belakang kursi Fiki dan zweitson, ia langsung duduk di kursi tersebut.

"Gak mungkin kan kalau cuman sekedar mirip, dia nih udah kayak kembar Ama aji, posture tubuh sama, suara sama bahkan umurnya pun sama" bisik Fiki ke telinga zweitson.

Namun Zidane dengan samar samar masih mampu mendengar dengan jelas tentang mereka yg tengah berbicara tentang nya, ini membuat ia jadi penasaran tentang sosok Fajri yg katanya mirip dengan dirinya, semirip apa dirinya dengan Fajri sehingga banyak yg mengira kalau ia adalah beneran fajri, mungkin ia akan coba cari tau nanti.

******

Fenly, pemuda itu kini sedang berbelanja keperluan dapur, ia mengajak Gilang untuk menemani nya berbelanja, untuk nya Gilang masih ada waktu sebentar, sebelum ia harus berangkat kuliah, ya Gilang masih meneruskan kuliah nya yg sebentar lagi lulus.

"Fen Lo kenapa sih memutuskan untuk tidak kuliah lagi" ucap Gilang di sela sela fenly sibuk memilih barang barang keperluan nya.

"Lang Lo tau sendiri lah keadaan keluarga gue sekarang kek gimana, lagian gue gak mau bikin susah kak Shan, dengan gue kuliah itu pasti akan membebankan kak Shan, kak Shan pasti kesulitan nyari biaya kuliah gue" jelas fenly

"Fen kan gue dah bilang kalau masalah biaya kuliah Lo bisa gue yg tanggung, tapi apa Lo malah putus kan untuk berhenti kuliah, padahal sayang banget tau apalagi sekarang udah masuk semester akhir, janji kita buat wisuda bareng bareng kini dah pupus"

"Lang udah ya, intinya gue ngambil keputusan ini tuh dah mikir Mateng Mateng, dan gue juga gak mau merepotkan siapapun itu, termasuk Lo Lang, dengan gue berhenti kuliah gue bisa bantu kak Shan nyari kerja, bukan malah membebani nya, dah yok gue dah selesai belanja nih"

Fenly pun kini sudah membawa barang belanjaan nya ke kasir untuk ia bayar, namun setelah kasir itu menyebut kan nominal belanjanya, tiba-tiba Gilang malah menyodorkan kartu ATM nya, pertanda ia akan membayar belanjaan fenly, meski ada sedikit perdebatan Karna fenly merasa masih mampu bayar sendiri dan tidak ingin di bayar oleh Gilang, namun akhirnya fenly pun mau untuk di bayari Gilang, Karna Gilang tidak mau ada penolakan dari fenly.

Kini Gilang mengantarkan fenly ke rumah nya terleh dahulu, selepas itu ia baru akan berangkat ke kampus, Karna memang fenly pergi pakek mobil Gilang.

Di perjalanan menuju rumah fenly tiba tiba handphone milik fenly berbunyi, ia langsung melihat siapa yg menelpon nya.

"Tumben banget zweitson nelpon gue" ucap nya setelah melihat siapa yg menelpon dirinya.

"Zweitson yg temen nya Fajri bukan?" Tanya Gilang penasaran.

"Iya siapa lagi, yaudah gue akan dulu" Gilang hanya mengangguk sambil terus terfokus pada mobil yg ia setirin sendiri.

"Fen Lo tau gak gue sama Fiki tadi ketemu orang yg mirip banget sama aji, dia anak baru sekolah di sini, plis fen Lo harus percaya sama kita kita gak bohong, Lo sama bg sen harus ketemu Langsung sama dia" cerocos zweitson tanpa berbasa basi.

"Son son Lo kalau ngomong bisa pelan pelan gak, jangan terburu buru gitu dah kayak lagi di kejar maling tau gak, pasti yg kalian maksud itu Zidane kan?"

"Kok Lo bisa tau fen"

"Ya Karna gue udah pernah ketemu juga sama dia, tapi kak Shan yg belum ketemu langsung, btw thanks atas infonya, mungkin kapan kapan gue akan ngajak kak Shan ke sekolah kalian buat lihat langsung, Karna dia gak percaya sama gue, udah ya son gue lagi di jalan nih"

"Syukur deh kalau Lo udah sempet ketemu, wah bg sen harus ketemu sih, yaudah kita telpon buat ngabarin itu doang kok by by." Telpon terputus

Gilang yang dari tadi cuman menyimak obrolan mereka pun kini nampak penasaran dan langsung menanyakan pada fenly.

"Fen apa maksud nya, aji masih hidup?"

"Gak tau gue Lang, yg pasti ada seseorang yg mirip banget dengan aji, tapi dia ngaku namanya Zidane bukan Fajri dan dia juga gak tau gue siapa" jelas fenly

"Apa mungkin aji lupa ingatan ya dan dia gak inget kita lagi, mungkin pas dia hanyut di sungai waktu itu ada yg nolongin dia lagi, kayak di senetron senetron hahahaha"

"Kebanyakan nonton sinetron sih Lo"

Merekapun kini sudah sampai di rumah fenly, setelah itu Gilang langsung pamit pergi ke kampusnya.


🌸🌸🌸🌸

Jangan lupa vote dan komen

Biar author bisa makin semangat

Buat ngelanjutin cerita ini,

Thanks for reading

Collab: ShopieOktapiani

Dream || UN1TY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang